Jumat, 06 Agustus 2010

cerbung >> Hasinuda In Love_Part 8

PART VIII: Pedekate
@Ruang Fotografi
Dea dan shilla melihat-lihat foto hasil jepretan iel dan kakak kelas yang lain. Mereka salut pada skill mereka.
“keren ya shill,” kata dea, melihat sebuah foto pemandangan jembatan gantung, dibawahnya sungai berbatu, hujan membuatnya terlihat lebih indah.
“iya,” kata shilla. “ternyata foto kak iel,” katanya setelah melihat tulisan di bawah lukisan itu. Dea mengangguk.
Pintu terbuka, rupanya iel yang masuk. “ada apa?” tanyanya ke dea dan shilla.
“gak papa kak, foto kakak yang ini keren banget,” puji dea.
“thanks,” iel tersenyum.
“oh iya, besok pulang sekolah ada praktek, jangan telat ya!”
“oke kak!” kata shilla. “kita balik dulu ya kak!” dea mengikuti shilla keluar.
***
@Kamar Agni
Iel mengetuk pintu kamar agni.
“masuk, ada apa?” tanya agni.
“lo ada nomernya shilla, dea, ma ify ga?” agni mengangguk, lalu menyodorkan hapenya ke iel.
“nih, cari aja,”
Iel segera mencatat nomernya dan mengembalikan hape agni. “thanx ya ni,” katanya sambil tersenyum.
@Kamar Cakka
“mana yel nomernya?” tanya rio semangat. Iel menyodorkan hapenya. Cakka dan rio segera mencatat nomer mereka. “thanx ya yel,” kata mereka bersamaan.
Iel mengambil hapenya dan berjalan ke balkon kamar cakka, lalu menelepon shilla.
“hai shill.”
“hai, ini siapa ya?”
“gue iel,”
“oh, kak iel, kenapa kak? lo dapet nomer gue darimana?”
“ada deh.. Cuma mau ngobrol aja, hehe.. lagi ngapain?”
“lagi ngerjain tugas kak,”
“oh, sori ya gue ganggu,” ucap iel dengan nada menyesal.
“gapapa kak,”
“yaudah deh, lanjutin aja ngerjain tugasnya, bye,”
“bye,” iel lalu menutup teleponnya.
“kasian lo, makanya kalo nelpon tau waktu, malem gini lo telpon,” ceramah alvin. Iel hanya senyum-senyum sendiri.
“gila lo ya? Senyum-senyum gaje?” tanya alvin. Iel langsung menoyor kepala alvin. “enak aja! Seneng gue bisa nelpon shilla.” Gitu doang yel, batin alvin.
Alvin mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Cakka sama rio kayaknya lagi sibuk smsan, iel senyum-senyum gaje sambil maen gitar, gue dikacangin, ngapain nih gue? Masa ngobrol sama agni? Batin alvin. Akhirnya alvin memutuskan memainkan piano cakka di pojok ruangan saja.
To: Ify Lyssa
Hai fy
From: Ify Lyssa
Ini siapa ya?
To: Ify Lyssa
Gue cakka, lagi ngapain fy?
From: Ify Lyssa
Oh kak cakka, lagi pelajarin lagu piano yang baru..
To: Ify Lyssa
Besok ke rumah gue yuk fy, maen piano, gimana?
From: Ify Lyssa
Ke rumah kakak?
To: Ify Lyssa
Yup^^
From: Ify Lyssa
Tapi agni, shilla sama dea ikut ya?
To: Ify Lyssa
Oke J
Dst..
Cakka juga senyum-senyum gaje kesenengan smsan sama ify. Alvin menggelengkan kepalanya pelan melihat 3 kembarannya ini falling in love, lalu melanjutkan bermain piano.
To: Dea
Hai de, ini gue rio, inget gak?
From: Dea
Kak rio yang kembar 4 itu kan?
To: Dea
Yap
From: Dea
Ada apa kak?
To: Dea
Besok jalan yuk, mau gak?
From: Dea
Sori kak, gue ada praktek fotografi, gue gak bisa
To: Dea
Oh, yaudah deh L
Dea tidak membalasnya lagi. Rio menunggunya selama 15 menit. Belum ada balasan juga. Rio cemberut kesal.
“napa lo yo?” tanya alvin.
“dea gak bales lagi sms gue,” rio menekuk mukanya.
“nasib lo hampir kayak iel, kayaknya dea ama shilla gak suka ama lo berdua deh..” kata alvin dengan wajah prihatin.
“kita kurang apa coba? Ganteng iya, pinter iya, jago iya, masa mereka gak suka sih? Impossible!” kata iel membela diri. Rio mengangguk.
***
“yang laen mana fy?” tanya cakka melihat ify hanya berdua dengan agni.
“shilla sama dea mau ikut praktek fotografi kak!” ucap ify. “gue berdua aja deh ama agni, untung dia mau.”
“oh, kalo gitu ayo, kita ke rumah gue,” ajak cakka. Sebelum cakka ikut masuk ke dalam mobil bersama ify, agni menariknya jauh.
“ada apaan sih ni?” tanya cakka kesal.
“jangan bilang-bilang gue tinggal di rumah lo, ya!”
“iya, iya,” cakka dan agni masuk ke mobil.
***
“fy, gue balik ke rumah dulu ya, ntar balik lagi kok!” kata agni, lalu turun di depan rumahnya dan masuk kedalam.
Ify dan cakka masuk ke dalam rumah. “pianonya mana kak?”
“tuh,” cakka menunjuk ke sebuah piano putih di ruang keluarga. Ify berjalan ke arah piano itu dan duduk dibangkunya.
“ayo kak, kita main,” ajak ify begitu cakka duduk disampingnya. Cakka mengangguk. Mereka memainkan lagu mereka, Rhythm of Our Loves. Mereka bermain dengan menutup mata, hingga suatu saat, ify menekan tuts yang sama dengan cakka, membuat tangan ify berada di atas tangan cakka. Mereka membuka mata. Mereka saling berpandangan. Cakka tersenyum.
Ify kemudian sadar dari lamunannya, “oops, sori kak,” katanya.
“it’s okay,” kata cakka.
Jantung mereka berdua berpacu dengan cepat. Ify menyudahi permainannya. Lalu duduk di sofa. Pipinya memerah karna kejadian tadi.
“mau minum apa fy?” tanya cakka.
“apa aja kak,” jawab ify sambil tersenyum. Pipinya memanas.
Cakka berjalan ke dapur. Mencoba meredakan detak jantungnya yang berdetak cepat. Lalu memesan minuman ke bibi. Cakka membawakan minumannya. “thanx kak,” kata ify.
“agni tinggal di sebelah ya kak? kok belom balik-balik sih?” tanya ify.
“iya, tau dah kemana,” jawab cakka.
Agni kemudian datang. Dia sengaja melambat-lambatkan jalannya, agar cakka dan ify bisa berduaan. Kemudian mereka mengobrol dengan serunya.
***
“de, ini gimana sih makenya?” tanya shilla.
“nih, ini gini caranya,” kata dea sambil mempraktekkan cara menggunakan kamera itu.
Iel melihat mereka dari kejauhan, dan memotret mereka. Shilla dan dea yang merasa diperhatikan, menoleh ke segala arah. Lalu iel segera mengambil foto mereka yang sedang menoleh ke arahnya.
“kak iel!!” seru iel dan dea bersamaan.
“apa?” kata iel tenang.
“ngapain ngambil foto kita segala? Malu tau,” kata shilla.
“hehe, gapapa, anglenya lagi bagus,” kata iel sambil cengengesan.
“kak, daripada ngambil foto kita, mendingan ngajarin nih!” seru dea.
“iya, iya,” iel merangkul keduanya dan mengacak-ngacak rambut mereka. Pipi dea bersemu merah dan jantungnya berdetak cepat.
“nih kak, gue gak ngerti makenya,” kata shilla. Iel mengajari shilla alih-alih melihat shilla. Dea yang melihatnya merasa cemburu.
“kak, gue juga gak ngarti nih!” kata dea untuk mengalihkan perhatian iel pada shilla.
“oh, ini, sini,” iel mengajari dea, padahal dea sudah mengerti mengoperasikan kamera itu. Dea hanya ingin iel didekatnya.
***
Rio dan alvin sedang mengobrol di cafe green.
“menurut lo gue ngapain nih vin biar bisa bareng sama dea?” tanya rio.
“mmm.. gimana kalo lo ajak dia jalan pas malem minggu aja?”
“tapi kalo dia nolak?”
“nasib,” jawab alvin sekenanya.
“yee.. serius dong,” kata rio.
“kenapa lo gak ajak iel ma cakka juga?”
“jiahh.. masa ceweknya satu cowoknya tiga?” kata rio heran.
“bukan itu maksud gue! lo sama dea, iel sama shilla, cakka sama ify, gimana?” kata alvin yang mulai kesal.
“ohh.. oke deh.. lo gimana?” kata rio senang
“gue? ya gue dirumah aja,” jawab alvin.
“agni?”
“biarin amat,” kata alvin lagi.
Kayaknya ni anak bener-bener gak ada rasa ama agni, tau rasa lo nanti kalo suka ama dia! Batin rio.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar