Jumat, 06 Agustus 2010

cerbung >> Hasinuda In Love_Part 25

PART XXV: Wanna Be My Girl?
Alvin dan agni sudah akur lagi, namun, status mereka masih menggantung. Iel masih tetap mengawasi keduanya, walaupun alvin sudah berkali-kali meminta iel menghentikan pengawasannya.
“yel, sampe kapan sih lo mau ngikutin gue?!”
“sampe lo sama dia berstatus jelas! Balikin kek cincinnya!” iel tidak sadar mengucapkan masalah cincin itu.
Alvin memegangi kepalanya. Dia tidak suka membahas masalah itu. Kenangan pahit itu berputar kembali dalam otaknya. Setelah beberapa lama kepalanya tidak sakit, kini kembali menyerang kepalanya dengan begitu hebat. Alvin merasa pandangannya berputar. dia ambruk, pingsan.
Iel panik. Dia gak kuat ngebawa alvin ke kamarnya. Dia membaringkan alvin di sofa. “gimana nyadarinnya?” iel bingung sendiri, dia gak pernah ngadepin orang pingsan sendirian, dia gak tau harus ngapain. Rio lagi latihan musik, cakka lagi sparing basket di sekolah. Bibi lagi ke pasar, dia bingung musti minta tolong sama siapa. Tiba-tiba terlintas di pikirannya. Agni!
Iel segera menghubungi agni. Untung agni ada di rumah, jadi dia bisa bantuin. Agni datang. Dia melihat alvin pingsan. “lo apain nih yel?” tanyanya. Tangannya menggeser-geser wajah alvin, memeriksa ada bekas pukulan atau tidak.
“gak gue apa-apain kok, dia tadi sakit kepala terus pingsan,” jelas iel.
“jangan dibikin sadar dulu, biarin aja gini dulu,” kata agni iseng.
“yee, gue datengin lo tuh buat nyadarin dia, bukannya dibiarin!” iel menoyor kepala agni.
“gak papa, gak lama lagi pasti sadar,” agni memberitahu iel.
“terus lo mau ngapain disini?” tanya iel.
“maen aja, emang gak boleh?”
“boleh sih, tapi ama siapa? Gue mau jalan sama dea nih!”
“yaudah gue sendiri aja.”
“gapapa nih? Jangan diapa-apain ya si alvin!”
“lo kira gue mau makan dia apa?! Udah sana! Kesian dea nungguin!”
“awas lo ya kalo alvin kenapa-napa!” iel berjalan keluar rumah.
Agni mengangkat kepala alvin dan meletakkan bantal sofa di bawahnya. Kemudian ia duduk di sofa sebelah dan menonton tv. Tidak berapa lama, alvin bergerak, dia menggerakkan tangannya memegangi kepalanya.
“alvin, lo udah sadar?” agni menengok ke alvin.
Alvin membuka matanya perlahan. Kepalanya masih sakit sedikit. “ag? Kok lo disini?” ia mencoba membangunkan dirinya, tapi tidak kuat. Agni membantunya duduk.
“maen aja, emang gak boleh?” agni merapikan rambut alvin yang acak-acakkan.
“ya bolehlah, gak ada yang ngelarang kok,” alvin menggeleng-gelengkan kepalanya menghilangkan bayang-bayang yang mengganggu penglihatannya.
“gue balik aja deh,” agni berdiri. Alvin langsung menggenggam tangannya dan menarik-nariknya seperti anak kecil.
“yah, kenapa balik, temenin,” katanya manja.
Agni menepuk-nepuk kepala alvin pelan. “manja banget sih lo, kayak anak kecil.”
Alvin berdiri, lalu mencium pipi agni. “kalo gini masih kayak anak kecil?” alvin tersenyum nakal.
“ihh! Nyari kesempatan aja lo!” katanya sambil menggelitiki alvin. alvin tertawa geli dan menghindar. Agni mengejarnya. Jadilah mereka kejar-kejaran lagi.
***
Rio, shilla, cakka, ify, dea, iel, dan alvin sedang berkumpul di RoH. Mereka sedang membahas ekskul masing-masing.
Rio dan shilla mendiskusikan pembagian kelompok dan tutorial menjadi vokalis. Cakka sama ify lagi nyoba bikin lagu. Iel dan dea lagi nyari referensi buat pertemuan selanjutnya. Alvin sendirian, daritadi dia nungguin agni tapi gak dateng-dateng juga, padahal mau ngebahas jadwal tanding yang bejibun gini.
“lama amat,” alvin gak sabaran nunggu.
“tadi katanya dia ada urusan bentar sama riko,” jawab shilla.
“hufft.. riko aja terus,” alvin melipat tangannya di dada. Tapi lama-lama perasaannya gak enak.
***
Sekolah sudah sepi, semuanya sudah pulang. Agni mendatangi riko yang menunggu di depan kelasnya. “ada apa ko?” riko tak menjawabnya, ia mengeluarkan saputangannya yang diberikan obat bius dan membekapnya di hidung dan mulut agni. Agni tak sempat melawan. Ia terbius. Riko membawanya ke sebuah ruangan.
***
Alvin jadi gelisah sendiri, dia mengecek keberadaan agni. Terpampang layar dan gambar hologram di depan alvin sekarang, alvin mencari titik dengan nama agni. Itu dia. di gudang? Alvin menekankan telunjuknya ke gambar hologram yang merupakan gudang. Wajahnya memerah marah. Dilihatnya riko sedang mengikat agni di kursi. Alvin segera berlari menuju gudang.
Cakka yang bingung kenapa alvin tiba-tiba lari langsung melihat ke layar. “sialan!” katanya geram dan langsung menyusul alvin. semua langsung melihat ke layar dan mengikuti cakka.
***
Agni membuka matanya perlahan. Ia tidak bisa menggerak-gerakkan tangan dan kakinya. Ia melihat kaki dan tangannya, diikat di kursi. Ia memberontak. Mulutnya dilakban agar tidak bersuara.
Riko mengangkat dagu agni dan tersenyum penuh kebencian. “jadi ini, harta alvin yang paling berharga? Yang ngebuat dia makin jauh dari aren?” agni membuang mukanya.
Riko semakin mendekat dengannya. Ia mencengkeram bahu agni kencang. Agni menahan sakitnya cengkraman riko. “apa sih bagusnya lo? aren jauh lebih baik daripada lo!” riko mencengkeram pipinya. Agni terus memberontak. Ia ketakutan.
Seseorang menarik kerah riko dari belakang dan langsung meninju mukanya. Riko tersungkur jatuh, dia mencoba berdiri dan memukul balik. Namun belum sempat pukulannya mendarat, orang itu sudah memukulnya lagi. Semua yang tadi diatas sampai disana sekarang. Alvin dan riko masih berantem. Shilla, ify, dan dea langsung melepaskan ikatan-ikatan agni. Cakka, rio, dan iel menahan alvin dan riko.
Riko mencoba melepaskan cengkraman iel dan rio, namun sia-sia, mereka jauh lebih kuat darinya. Alvin memandang riko dengan penuh amarah. Ia masih ingin terus memukuli riko, namun cakka menahannya. “udah vin, biarin dia gue yang urus, mendingan lo urusin agni,” cakka membawa riko ke ruangan lain. Shilla, ify, dan dea membantu agni berdiri, lalu meninggalkannya berdua dengan alvin.
Alvin menghampiri agni, ia membalik-balikkan tangan agni yang terikat tadi, mengecek apakah ada luka. “tangan lo gak papa kan?” ia tak menatap agni, alvin mengusap-usap tangan agni meraba apa ada yang membuat agni sakit. Lalu ia beralih ke wajah agni. Ia merasakan agni bergetar ketakutan.
Agni memeluk alvin erat. “alvin.. gue takut..” sorot matanya penuh ketakutan. Alvin membelai rambut agni dan mengusap punggungnya untuk menenangkannya. Agni sama sekali tidak menangis. Inilah hal lain yang alvin suka dari agni, dia begitu tegar dan tidak cengeng seperti cewek yang lain.
“tenang ya ag, gue ada disini, gue akan selalu ngelindungin lo dan ngejagain lo, jangan takut ya, udah dong, jangan gini terus,” agni mengangguk.
Alvin melepaskan pelukan agni. Ia menatap agni dengan aneh. “kenapa?” tanya agni bingung.
“lo tuh aneh ya, kok gak nangis sih,” alvin sengaja ngegodain agni biar dia senyum lagi.
“heh, gue gak cengeng ya!” balas agni.
“kalo gitu senyum dong, kayak gini,” alvin tersenyum. Agni tertawa kecil melihat tingkah alvin.
***
Alvin memasuki sebuah ruangan, disana ada riko, iel, rio, dan cakka. Ia menatap tajam riko. “lo di DO dari sekolah ini!” katanya pelan namun tajam. “lo akan masuk penjara, kecuali lo kasihtau siapa yang nyuruh lo!” alvin menunjuk-nunjuk riko penuh ancaman.
“gue gak disuruh siapa-siapa,” jawab riko getir.
“ohh, jadi lo lebih milih masuk penjara, oke!” tantang alvin. dia menekan nomor di hapenya.
“jangan!” cegah riko, dia berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman cakka dan rio. dia ingin sekali memukul alvin.
“kalo gitu, kasihtau siapa yang nyuruh lo! gak mungkin kan lo sendiri yang ngelakuin?!” alvin memandangnya penuh kebencian.
“aren, dia yang nyuruh gue, buat ngelukain agni, tapi dia gak nyuruh gue dengan cara itu,” riko tidak ingin aren di DO juga, tapi dia juga tidak ingin masuk penjara.
“ohh, jadi aren, oke, lo gak akan gue laporin polisi. Yel, buatin surat DO buat aren sama ni anak,” kata alvin tegas. “dan lo ko, jangan berani-berani nunjukkin muka lo lagi di depan agni dan kita! Dan jangan sampe ada yang tau sebab lo di DO dari sini, atau lo bakal kita masukkin penjara!” alvin meninggalkan semuanya dan mengantar agni pulang.
***
Agni mengetuk pintu kamar alvin. “masuk,” seru alvin dari dalam. Agni melangkah masuk dan berjalan beberapa langkah. Alvin memunggunginya mengerjakan tugas di meja belajarnya.
“sori ganggu, gue Cuma mau bilang makasih tadi udah nolongin gue, kalo gak ada lo gue gak tau bakal gimana,” agni menghela napas.
Matanya tertarik pada satu kotak merah di samping tempat tidur alvin. ia tahu isinya. Dan sekarang dia merindukan memakai benda di dalamnya. agni mendekati kotak itu. Ia mengambilnya, dan membukanya.
“gue juga minta maaf waktu itu udah gak percaya sama lo, seandainya dulu gue percaya sama omongan lo, pasti gak akan gini jadinya,” terdengar nada penyesalan dari ucapannya. Agni terus menatapi benda di dalam kotak itu. Cincinnya, lebih tepatnya, itu cincinnya.. dulu.
Disebelahnya, ada cincin alvin. agni ingin memakainya lagi, dia mengusap cincin itu dan mengambilnya. Alvin mendekati agni dan mengambil kotak yang dipegang agni. Ia juga mengambil cincin yang dipegang agni.
“jangan sentuh,” alvin memasukkan cincin itu kembali ke kotaknya dan menggenggam kotak itu.
“tapi.. itu kan cincin gue,” agni berusaha mendapatkan cincin itu kembali. Karna dengan kembalinya cincin itu, berarti statusnya dengan alvin kembali lagi.
“cincin lo? kayaknya bukan deh,” agni menatap alvin kecewa.
Alvin tidak menatap agni. Kenangan pahit itu kembali berpusar di pikirannya. “cincin ini dibalikin sama pemiliknya. Sepertinya pemiliknya udah gak menginginkannya lagi. Dan mungkin, pemiliknya itu juga udah gak menginginkan pasangannya lagi,” katanya pelan, alvin mengubahnya jadi sudut pandang ketiga.
“tapi disaat itu pasti pemiliknya lagi emosi, gak mungkin dia gak nginginin pasangannya,” agni membalasnya dengan sudut pandang ketiga juga.
“gak mungkin? Justru sangat mungkin, kan? dia Cuma nganggep pasangannya itu sebagai kakak, dia juga malah lebih milih cowok lain dibandingkan pasangannya itu, kan? padahal pasangannya tulus sayang sama dia, yang udah pasti bisa ngejagain dia, ngelindungin dia. aneh banget sih pemilik cincin ini, dia udah maenin pasangannya, nolak mentah-mentah, dan yang paling parah, dia ngebalikin cincin ini, disaat pasangannya itu mau buktiin kalo dia pantes buat pemilik cincin ini,” alvin mengucapkannya dengan berbagai penekanan emosi. Ia menatap agni sesuai perubahan emosinya.
Agni terdiam, dia tidak tahu harus membalas apa lagi. Sebuah kalimat terlintas di pikirannya, “tapi, kalo pemiliknya minta maaf dan janji gak akan ngulangin itu lagi, janji akan setia, apa mungkin, pasangannya maafin dia?”
“mungkin, kalo pasangannya itu yakin dengan janji yang diucapin dan dia masih sayang sama pemilik cincin ini, tapi kalo gak, ya udah, gak ada harapan lagi buat pemilik cincin ini,” alvin menyudahi perkataannya.
“gue sayang sama lo vin, lo mau kan maafin gue?” agni butuh jawaban alvin sekarang. Ia menatap alvin penuh harap.
“gak tau, udah, sana keluar,” alvin mengusir agni keluar. Agni keluar dari kamar alvin dengan kecewa.
Alvin terduduk di pinggir tempat tidurnya dan menatapi cincin itu, seolah-olah dia sedang menatap agni. “gue pasti maafin ag, siap-siap aja lo balik sama gue,” katanya sambil tersenyum kecil.
***
Agni badmood hari ini. dia masih kecewa dengan jawaban alvin kemarin, sama sekali tidak memberikan kepastian. Sama tidak pastinya dengan status mereka sekarang. Agni menghela napas. Sejak tadi pagi dia belum bertemu dengan alvin.
Dia baru menyadari dia hanya sendirian di kelas, setelah melayangkan pandangannya ke seisi kelas. Di koridor juga tidak ada seorangpun. “semua pada kemana? Perasaan tadi rame, kenapa langsung sepi?” gumamnya.
Handphonenya bergetar. shilla meneleponnya. Kenapa gak dateng kesini aja? Batinnya. Agni mengangkat teleponnya.
“kenapa shil?”
“ag! Cepetan ke lobby! Gawat!” agni mendengar nada panik dari shilla.
“apanya yang gawat?” agni jadi bingung sendiri, mana Cuma sendirian lagi di kelas.
“kak alvin ag, kak alvin..”
“alvin kenapa?” dia jadi panik.
“cepetan ag, ke lobby, cepetan!” suruh shilla cepat. agni segera berlari ke lobby. Semua orang ada disana, mengelilingi sesuatu.
Agni menerobos kerumunan. Ditengah-tengah dia melihat alvin sedang duduk dan memegang gitar, disekeliling lingkaran ada shilla, ify, dea, cakka, iel, dan rio. mereka tersenyum dan melambaikan tangan ke arah agni. Seperti tidak terjadi apa-apa.
Dea mendorong agni ke depan, ke arah alvin. agni speechless. Dia memandang alvin yang berada di tengah-tengah lingkaran. Alvin tersenyum dan menatapnya lekat.
Ketika alvin mulai memetik gitarnya, lampu dimatikan, semuanya berlutut. Mereka mengeluarkan lilin yang daritadi disembunyikan dan menyalakannya secara beruntun kesebelahnya. Sehingga cahaya lilin itu membentuk garis yang semakin lama semakin tebal. Agni memandang takjub. Ternyata mereka membentuk sebuah hati yang besar. Sehingga alvin dan agni kini berada di tengah-tengah hati itu.
If you love me like you tell me
Please be careful with my heart
You can take it just don't break it
Or my world will fall apart

You are my first romance
And I'm willing to take a chance
That till lilfe is through
I'll still be loving you

I will be true to you
Just a promise from you will do
From the very start
Please be careful with my heart
I love you and you know I do
There'll be no one else for me
Promise I'll be always true
For the world and all to see
Love has heard some lies softly spoken
And I have had my heart badly broken
I've been burned and I've been hurt before
So I know just how you feel
Trust my love is real for you
I'll be gentle with your heart
I'll caress it like the morning dew
I'll be right beside you forever
I won't let our world fall apart
From the very start I'll be careful with your heart
Alvin menyelesaikan lagunya, meletakkan gitarnya, dan berjalan ke arah agni. Sekarang ia berdiri di depan agni. Ia meraih satu tangan agni dan menciumnya. Membuat para alvinoszta menggeleng-gelengkan kepala tidak terima. Alvin menatap agni lalu berkata, “wanna be my girl?”
Agni yang terharu dengan apa yang dilakukan alvin langsung menjawab dengan pasti, “i want.” Alvin sontak memeluk agni saking senangnya. Agni tersenyum dan membalas pelukan alvin. Semua bersorak berbarengan, “ciee..”
Seluruh alvinoszta yang menyaksikannya kecewa sekaligus senang. Kecewa karna pangeran mereka sudah menjadi milik orang lain, dan turut berbahagia atas kebahagiaan alvin. lampu kembali dinyalakan, dan semua langsung bubar.
“akhirnya, ni anak dua jadian juga,” kata iel menghampiri mereka. Mereka berdua hanya tersenyum.
“tau nih, jangan berantem mulu ya! Pengang kuping gue kalo lo pada berantem mulu,” kata rio.
“kak, udah kita bantuin nih, PJ dong,” pinta ify.
“ohh, jadi ceritanya minta PJ nih, perasaan dulu gue gak minta ya ke lo pada, mustinya lo pada yang ngasih gue PJ! Gue kan yang bantuin cowok lo tiga buat nembak lo semua!” balas alvin.
“jadi kakak yang bantuin mereka?” selidik dea. Alvin mengangguk.
“tapi kalo urusan lagunya gue loh yang ngusul,” kata cakka buru-buru.
“tempatnya juga gue loh!” kata rio tak mau kalah.
“kalo waktunya gue, hhehe,” kata iel.
“kalo lilinnya? Hatinya? Siapa tuh yang ngusul?” tanya shilla. Mereka bertiga menggaruk-garuk kepala mereka yang tidak gatal. “alvin,” jawab mereka berbarengan.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar