Jumat, 06 Agustus 2010

cerbung >> Hasinuda In Love_Part 6

PART VI: Antara Alvin dan Agni
@SMA AS-Lapangan Futsal Indoor
Sekeliling batas pagar lapangan sudah dipenuhi murid-murid yang ingin menonton pertandingan untuk calon ketua futsal putri. Di tengah lapangan, sudah ada alvin, agni, obiet, deva, dan zeva. Deva menjadi kiper untuk alvin dan zeva menjadi kiper untuk agni. Sedangkan obiet menjadi wasit. Mereka akan bermain 1 lawan 1.
“peraturannya! Gak ada istirahat! Kalo lo bisa dapetin 15 poin sebelum gue, lo resmi jadi ketua futsal putri, gimana?” kata alvin.
“oke!” balas agni.
Pertandingan berlangsung dengan sengit, masing-masing kesulitan untuk mendapatkan poin karna kipernya anak basket yang notabene jago nangkep dan lempar bola, sedangkan lawan mereka sendiri cukup gesit dan saling bersaing mendapatkan bola.
***
@Room of Hasinuda
Iel, Rio, dan Cakka tidak menonton pertandingan karna mereka tahu, agni pasti menang, secara, agni itu pinter banget maen bolanya, lebih hebat dari alvin mungkin. Mereka bersantai di ruang khusus keluarga Hasinuda, terletak di sebelah ruang osis.
Bel masuk berbunyi, namun alvin tak jua kembali.
“si alvin lama amat sih maennya, udah masuk nih..” kata iel.
“tau tuh, bukannya 30 menit cukup ya buat maen futsal?” tanya rio.
“harusnya sih cukup.. masa salah satu dari tu anak dua belom ada yang menang sih?” kata cakka.
Akhirnya mereka menunggu alvin datang. Sudah satu jam mereka menunggu, tapi alvin tak kembali juga. Tiba-tiba seorang anak menggedor-gedor pintu ruangan itu. Cakka segera membukanya, dilihatnya ada shilla sedang terengah-engah habis berlari dari lapangan ke lantai tiga. “ada apa?” tanya rio dari belakang cakka.
“kak.. kak alvin..” kata shilla masih kecapean.
“alvin kenapa?!” tanya cakka panik, perasaannya jadi tidak enak.
“kak alvin.. ping.. san..”
“HAH?!” iel, rio, dan cakka kaget. Mereka segera berlari ke lapangan.
@Lapangan Futsal
Semua murid masih diluar batas lapangan, tidak ada yang berani masuk juga tidak ada yang kembali ke kelas, mereka tidak menghiraukan omelan guru-guru. Iel, rio, dan cakka menerobos kerumunan murid dan masuk ke lapangan. Iel dan rio membawa alvin ke ruangan mereka, sedangkan cakka membantu agni yang terjatuh di lapangan ke ruang uks.
@UKS
Ify dan dea mengikuti cakka ke uks, tak lama shilla pun datang.
“ag!! Lo gak kenapa-napa kan?” tanya shilla.
“dia gak papa, sedikit dehidrasi aja, kok bisa sih? Emang maennya gimana? Alvin kenapa bisa pingsan?” tanya cakka, lalu menyerahkan sebotol air minum kepada agni yang masih berbaring di tempat tidur uks.
“tadi kak alvin bikin peraturan, gak ada istirahat sampe salah satu diantara mereka dapet poin 15,” kata ify.
“gila!” cakka segera berlari ke ruangan mereka.
***
@Room of Hasinuda
“alvin!!” teriak cakka khawatir saat memasuki ruangan.
“ckck, gila ni anak, gak sadar apa punya penyakit. Ckck,” rio duduk di samping tempat tidur alvin. Di ruangan ini ada tempat tidur seperti di rumah sakit buat jaga-jaga kalo ada diantara mereka yang sakit.
Iel bergerak cepat, ia memakaikan alat pernapasan seperti di rumah sakit pada alvin. Napas alvin yang tadi terengah-engah dan cepat mulai normal kembali. Tak lama, alvin tersadar.
“gila lo vin! Inget woy, lo gak boleh kecapekan! Inget asma lo tuh.. mana akhir-akhir ini sering kambuh lagi!” omel iel.
“sorry deh, gue kira gue kuat, ternyata enggak,” sesal alvin, masih memakai alat bantu pernapasannya.
Baru saja alvin mau melepas alat itu, cakka langsung mencegahnya. “pake dulu! Nanti lo kumat lagi lagi!” alvin menurut.
“tu anak mana? Hhh, gue kalah, gak nyangka gue tu anak bisa ngalahin gue,” kata alvin sedih.
“dia di uks, lo kalah? Wih, hebat tu anak, lo bisa dikalahin, jadi deh dia sebagai kapten futsal putri,” kata rio. “berapa poinnya?”
“14 gue 15 dia,” kata alvin sambil menutup matanya menahan malu dikalahkan cewek.
***
@Kantor Hasinuda – Ruangan Bu Ucie
“wind, kamu masih inget dulu, pas kamu milih alvin jadi pendamping anakmu?” tanya bu ucie.
“ya,” jawab bu winda. Mereka mengenang masa-masa itu.
>>Flashback
Ting.. tong..
Bel rumah hasinuda berbunyi, bu ucie membuka pintu dan mempersilakan orang itu masuk. Orang itu ialah bu winda yang membawa bayinya yang baru berumur 4 bulan. Mereka duduk di karpet yang dipenuhi bantal-bantal berbagai bentuk.
“jadi mereka anak kamu cie?” tanya bu winda
“iya, yang lagi main mobil-mobilan itu gabriel, yang main boneka doraemon itu mario, yang main boneka bola itu cakka, dan yang lagi baca buku itu alvin,” jawab bu ucie sambil menunjuk anaknya satu persatu.
“ini agni, anakku, umurnya baru 4 bulan,” kata bu winda.
“lucunya,” bu ucie gemes melihat anak bayi itu. “kamu mau pilih yang mana?” tanya bu ucie.
“panggilin mereka aja satu satu.”
“menurutku cakka cocok dengan anak ini,” balasnya sambil tersenyum.
“gabriel, iel, sini,” bu ucie melambaikan tangan memanggil gabriel.
Iel kecil menghampiri bu ucie sambil berlari.
“ini dede agni, gimana? Lucu kan?”
Gabriel kecil melihat bayi itu. Lalu menoel-noel lengan bayi itu beberapa saat. Agni bayi tidak meresponnya. Gabriel kecil bosan dan meninggalkan mereka. Lalu bu ucie memanggil mario kecil.
Rio kecil mengahmpiri mereka dengan menyeret salah satu tangan boneka doraemon seukuran dirinya, dan menatap bayi itu. Ia menyipitkan matanya, menengok-nengokkan kepalanya melihat bayi itu dan membandingkan dengan boneka doraemonnya. Lalu ia memeluk bonekanya dan menyeretnya kembali ke tempatnya tadi dan bermain kembali. Bu ucie hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya.
Lalu bu ucie memanggil cakka dan alvin kecil. Mereka menghampiri bayi itu. Alvin menatap anak itu dalam diam. Sedangkan cakka mengelus-ngelus lengan agni bayi. Agni bayi tidak meresponnya. Namun cakka kecil tidak menyerah, ia memberikan robot-robotan kecil untuk agni bayi. Bu ucie dan bu winda tersenyum. Agni bayi memegangnya, tak lama, ia melempar robot itu, membuat cakka kecil kesal dan kembali.
Bu ucie dan bu winda pasrah. Tidak ada yang cocok sepertinya dengan agni bayi. Alvin kecil mendekati agni bayi. Ia mengelus pipi agni bayi dan menggenggam jemari agni, lalu menciumnya. Agni bayi tertawa kecil. Agni bayi senang. Lalu bu winda meletakkan agni kecil di atas bantalan. Agni kecil berguling, mengubah posisinya menjadi tengkurap menghadap alvin kecil. Alvin kecil lalu membawa bukunya dan menunjuk-nunjuk gambar itu kepada agni bayi. Bu ucie dan bu winda kemudian menetapkan pilihan mereka. Alvin dan agni.
>>Flashback selesai
“mereka cocok banget ya?” tanya bu winda.
“ya, tadinya aku akan memilihkan cakka, namun melihat sikap alvin, aku setuju bila alvin dengan agni,” kata bu ucie.
“tapi kita gak tahu sekarang, apa mereka masih akur kayak dulu atau gak ya?” kata bu winda.
***
Tiba hari kamis, alvin pulang ke rumah dengan langkah gontai. Dilihatnya, ada pindahan beberapa barang ke sebelah kamarnya. Alvin menghela napas pasrah, lalu masuk ke kamarnya dan tertidur kelelahan setelah rapat osis.
Agni pulang ke rumahnya, di kamarnya, sebagian barangnya masih tetap disana. “mama!” teriaknya dari dalam kamar.
“apa sayang?”
“kita pindah kemana? Gak semuanya dipindah kan?”
“gak semuanya kok, cuma buat sementara aja, sini mama anterin kamu ke rumah calon tunangan kamu.”
Agni melangkah dengan malas, bu winda mengantarnya ke tetangga sebelah. “ngapain ma kita kesini?”
“ini rumah calon tunangan kamu.”
“hah? Sebelahan doank? Ngapain pindahan segala?”
“kan biar kamu bisa beradaptasi dulu sama calon kamu.”
Mereka masuk ke dalam rumah dan menemui pak duta. “loh? Kok om duta?”
“ini papa calon tunangan kamu.”
“berarti ada diantara iel, rio, alvin, sama cakka dong?” tanya agni tidak terima. Bu winda dan pak duta mengangguk.
“hhh,” rasanya tubuhnya semakin lemas saja, bisa-bisa nanti di sekolah dia dapet setumpuk peringatan. Mereka menunjukkan kamar agni.
Lumayan luas, kamarnya bernuansa krem, dan semua perlengkapannya ada disana. Agni merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Kemudian ia keluar, berniat mengelilingi isi rumah itu.
***
Rio berlari ke ruang musik. Iel, alvin, dan cakka baru pulang, tapi dia masih harus melatih kelompoknya. Semoga mereka masih nunggu, batinnya. Pintu terbuka, dilihatnya dea sedang memainkan senar biolanya, ify memainkan piano, shilla memutar-mutar micnya, sedangkan zeva menggebuk-gebuk drum tanpa nada. “sorry,” kata rio. Semua menoleh.
“ayo mulai,” katanya lagi. “lagunya The Prayer,” kata rio.
Mereka membuka buku lagu, dan memainkannya. Karena lagunya berpasangan, rio bernyanyi bersama shilla. Mereka berdua saling menatap. Shilla merasakan jantungnya berdegup kencang. Rio juga merasa sedikit deg-degan, namun ia tidak mempedulikannya.
***
Alvin berjalan menuju ruang keluarga. Dimainkannya piano di ruang keluarga. Lagu yang menggambarkan kegalauan. Perasaannya sekarang tak menentu. Antara marah, kecewa, sedih, bingung, dan senang. Ia melihat seorang anak yang sangat amat dikenalnya berjalan melewatinya. Alvin mengucek matanya.
“heh! Ngapain lo disini?” tanya alvin.
Anak itu berbalik menghadap alvin dan memutar bola matanya. “siapa dari lo berempat yang bakal ditunangin?” tanyanya balik.
Alvin diam. Jangan-jangan.. “lo calon tunangannya?” tanya alvin.
“iya”
“gak terima gue! Ogah gue sama lo!” alvin menunjuk-nunjukkan telunjuknya ke agni.
“jangan-jangan.. lo lagi? Ogah amit-amit deh gue!” agni melipat kedua tangannya.
“ehem.. ehem..” pak duta menghampiri mereka. “kalian udah saling kenal? Bagus dong?”
Agni dan alvin saling melotot dengan tatapan membunuh. Lalu keduanya tersenyum paksa ke pak duta.
***
Cakka dan iel baru pulang. Dilihatnya alvin dan agni sedang bertengkar mulut di depan kamar.
“woy! Berisik!” teriak iel di dekat mereka.
“diem lo! Ini urusan gue sama dia!” kata mereka berdua kompak.
Cakka menggeleng-gelengkan kepalanya, heran dengan dua anak ini. “diem lo berdua!” teriaknya sambil menjauhkan keduanya dan mendorong mereka ke kamar masing-masing.
***
begitulah awal mula kenapa alvin yang dijodohkan dengan agni..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar