Sabtu, 04 Desember 2010

Hasinuda in Love special part ALNI 4c =>last part

agni membaca nama penelepon yang terpampang di layar hapenya. Matanya membelalak dan tersenyum gembira. Tanpa membuang-buang waktu, dia langsung mengangkatnya. Pembicaraan keduanya sepertinya seru sekali, membuat dea, ify, dan shilla penasaran dengan apa yang dibicarakan.

“ngomongin apa aja sih ag? Seru amat,” tanya dea penasaran.

“ray mau balik kesini! Sekarang dia lagi di jalan kesini!” jawabnya semangat.

Ketiganya berpandangan senang. Yey! Ray mau dateng lagi! asik! “kangen gue ama dia, udah satu setengah tahun gak ketemu dia,” kata shilla kangen. Yang lain mengangguk setuju.

Sekitar setengah jam-an kemudian, seorang laki-laki berambut gondrong menghampiri mereka dengan langkah setengah berlari. “hai!” serunya, melambaikan tangannya. Yang lain tersenyum membalasnya. Kedatangan orang itu cukup menyita perhatian anak-anak mereka. Siapa itu ya? batin mereka.

Ray memeluk mereka satu persatu, kangen. “haih, udah lama ya gue gak ketemu lo semua. Makin cantik aja nih,” godanya sambil tersenyum jail.

Keempatnya hanya tertawa kecil menanggapinya. Bisa saja ray ini. “by the way, gimana kabar lo di swiss? Zahra kok gak ikut balik?” tanya ify.

“biasa aja, tapi gue senengan disini, deket ama cewek cantik kayak lo berempat. Tumben nanyain zahra, dia lagi sibuk sama karirnya, maklum, fashion designer yang mulai naik daun di swiss,” jawab ray semangat. ketiganya hanya membulatkan mulutnya dan menganggukkan kepala mengerti. Pertanyaan mengenai zahra tadi hanya untuk basa-basi. Asli, mereka malas banget dengerin tentang zahra.

Ray memeluk leher agni dari belakang. “kangen gue ag sama lo. mumpung gak ada alvin, gak papa kan gue meluk lo?” tanyanya ngarep. Tiga yang lain berdecak melihatnya. Gak tau diri amat sih si ray, udah tau agni punyanya alvin, punya anak lagi, masih aja pengen deket-deket agni.

“jangan weh, nanti alvin liat, dimarahin gue,” tolak agni menghindar. ray cemberut, melepaskan pelukannya, lalu duduk di samping agni.

Alvin. dia berdiri di ambang pintu belakang. tangannya mencengkeram dinding pintu kuat-kuat. Marah, sakit hati, kecewa, dan rasa cemburu begitu menguasai hatinya. Meskipun dia tahu agni tak mungkin berpaling darinya, tapi tetap saja, rasa takut terus mengalir cepat dalam darahnya, membuat dirinya benar-benar merasa ketakutan setiap melihat agni dekat dengan cowok lain.

Semakin lama alvin bersama agni, semakin besar pula rasa takutnya. Dia hanya ingin agni terus bersamanya, tanpa ada satu cowok pun di dekat mereka. Ya, alvin tahu, rasa posesifnya muncul lagi, namun dia tidak peduli. Memang haknya kan untuk mendapatkan hati agni seutuhnya? Tanpa harus ada cowok lain yang ada di hatinya? Sekalipun itu hanya sebatas teman? Alvin menghela napas berat, mengapa harus ada pemandangan seperti ini lagi sih?

Netha daritadi terus-terusan mencuri pandang ke arah mummynya dan laki-laki disebelahnya. Ia mengerutkan keningnya, tidak suka melihatnya. Dia tidak suka melihat mummynya dekat-dekat sama cowok lain selain daddynya, dia gak mau orang itu meluk-meluk mummynya. Mummynya Cuma punya dia sama daddynya. Gak boleh ada cowok yang deket-deket sama mummynya.

Netha berjalan ke arah mummynya. Ray berniat menaikkan netha, namun netha malah menghindar, meminta shilla yang menaikkannya. Netha mengambil boneka conannya dan memeluknya, hal yang biasa dia lakukan kalau sedang bete. “itu siapa?” tanyanya pada mummynya sambil menunjuk ray.

Agni tersenyum, mengenalkan ray pada netha. “ini uncle ray, temen mummy.”

Ray tersenyum, mengulurkan tangannya. “ray. netha pasti gak inget sama uncle ray.” sebenarnya ray mencoba ramah saja, kalau aslinya, dia gak suka banget sama ni anak, biarpun anaknya agni, judulnya tetep anaknya alvin juga! Sampe sekarang masih ada perasaan tidak rela melepas agni dalam hatinya.

Netha menatapnya dingin, tidak membalas uluran tangan ray. “netha gak punya uncle lain selain uncle cakka, uncle rio, sama uncle iel,” katanya dingin. Ray yang menyadari sikap netha langsung menarik tangannya kembali.

“netha! Gak boleh gitu! Gak sopan!” tegur agni. netha diam saja, masih terus menatap ray sangat dingin.

“persis banget sama alvin,” katanya sinis. Ya, dia masih sangat ingat sekali saat pertama bertemu alvin. begitu dingin. Persis sekali seperti ini. netha juga dingin sekali padanya. Sepertinya kebencian alvin pada dirinya diturunkan ke netha.

Netha balas tersenyum sinis. Dia benar-benar tidak suka dengan sosok didepannya. Entah kenapa, padahal dia baru sekali ini bertemu dengan ray, tapi rasa bencinya sudah tumbuh begitu cepat. sepertinya orang ini ancaman besar baginya.

Shilla, ify, dan dea cukup takjub juga dengan adegan didepannya ini. tentu saja masih jelas dalam ingatan mereka, bagaimana perlakuan alvin saat pertama kali bertemu ray. ditambah dengan perlakuan netha sekarang, sepertinya alvin benar-benar menurunkan darah kebenciannya terhadap ray ke netha.

“mummy, jangan deket-deket dia, netha gak suka,” pinta netha, masih terus menatap ray dingin. Ray membalas tatapannya dengan sinis. Kalau tidak ingat ini anaknya agni juga, pasti sudah dia sinisin terus sampe nangis daritadi.

“netha, jangan gitu ah! Sekarang kamu salaman sama uncle ray!” perintah agni tegas.

Netha mengerutkan keningnya, bergantian menatap ray dan mummynya. Dia gak mau. “netha!” perintah agni agak kencang.

Netha masih tidak mau mengulurkan tangannya. Agni sudah akan meluncurkan perintahnya lagi, namun langsung disela. “kalo gak mau, jangan dipaksa,” kata seseorang yang baru berjalan dengan dingin.

Netha tersenyum gembira menatapnya. Akhirnya ada yang membelanya juga. “daddy!” serunya senang. Alvin tersenyum dan mengacak rambut netha. Netha menggandeng tangan daddynya.

“hai vin!” sapa ray, mengangkat satu tangannya.

Alvin tidak membalasnya, dia malah menatap ray penuh kebencian. Tangannya membelai lembut rambut netha. “mulai sekarang, jangan pernah masuk rumah gue lagi! selamanya! Kecuali gue yang minta!” serunya tegas. Netha tersenyum senang menanggapinya.

“fine, gue balik. Ohya ag, gue tinggal di rumah lama lo dulu ya sementara. Jaga diri lo baik-baik, anak lo ini persis sejuta persen sama tu orang. Semoga sifat posesifnya gak nurun,” pesan ray sebelum meninggalkannya.

Agni berdecak. “napa sih? orang aku yang minta juga!” keluh agni.

“shil, fy, de, temenin netha main di dalem ya,” pinta alvin. ketiganya menurut dan membawa netha serta yang lain ke dalam rumah. Alvin mau bicara dulu dengan agni, ia duduk bersandar di tiang balkon.

Melihat mereka sudah tidak ada lagi, alvin langsung membuka pembicaraan. “aku gak suka liatnya,” katanya dingin, menatap agni tajam.

Agni merinding. Sudah beberapa tahun ini dia tidak pernah melihat tatapan alvin ini padanya. seram sekali didingini oleh alvin. “alvin,” panggilnya pelan. Alvin diam saja, masih terus menatapnya seperti itu.

“alvin, ya ampun, kamu tuh masih jealousan aja sih? dia ray, bestfriendku, kamu udah tau banget kan?” kata agni, berusaha menetralisir rasa jealous alvin, yang dia tau pasti, sangat besar sekali.

“taulah ag, males aku ngomong sama kamu. Gak pernah ngertiin aku,” balasnya kesal.

Agni mendekat ke sebelah alvin, mengusap-usap lengan alvin. “sayang, aku tau aku salah. Aku gak akan ngulanginnya, aku minta maaf,” katanya tulus.

Alvin masih tetap diam. Jujur saja, dia masih kesal dengan agni. tanpa berkata apapun, dia langsung meninggalkan agni. agni menatap punggung alvin yang semakin menjauh. Meskipun alvin berjalan dengan tenang dan dingin, dia tahu, dalam diri alvin, pasti sedang bergejolak keras kemarahannya.
***
Alvin masuk ke kamar netha. Terlihat netha sedang bermain-main dengan bonekanya di tempat tidur. Alvin membanting dirinya ke tempat tidur, tepat di sebelah netha, sukses membuat netha mengelus dadanya kaget.

Alvin tersenyum kecil melihat reaksinya. “daddy!! Bikin netha kaget aja!” omelnya sebal.

“iya-iya, sorry deh. daddy boleh tidur disini?” tanyanya.

“kenapa gak tidur di kamar daddy aja?” tanyanya heran. tumben sekali daddynya tidur dikamarnya.

“males,” balasnya singkat.

“daddy marah sama mummy ya?” tanyanya penasaran.

“gak. Udah, kamu maen aja. Daddy mau tidur! Ngantuk!” kata alvin mengakhiri pembicaraan ini. malas sekali dia membicarakannya. Alvin memejamkan matanya, mencoba tidur, lelah dengan sakit hatinya.

Netha memandangi daddynya yang sedang tidur. Raut wajahnya terlihat kelelahan sekali. netha mengusap wajah daddynya pelan, takut membangunkannya. Setetes air jatuh dari pelupuk mata alvin, pelepasan segala emosinya selama ini. netha bingung, kenapa daddynya meneteskan air mata? Netha segera menghapusnya.

Alvin, dia terlalu lelah dengan semua sakit hati yang pernah dialaminya. Kenapa agni tak pernah mengerti dirinya? Kenapa agni selalu mencobainya dengan segala rasa marah dan cemburu? Tak mengertikah agni bahwa dia terlalu menyayangi agni? apakah agni tak pernah memikirkan perasaannya?

Sungguh, rasa kecewa terlalu berat dalam hatinya. Melihat agni dipeluk ray di rumahnya sendiri, dengan kesadaran agni sendiri, membuat hatinya cukup menangis saat itu. resiko baginya memang, menikah dalam usia yang terlalu muda, membuat agni merasa masih bebas seperti teman-temannya yang lain.

Alvin tahu, dia mengerti. Dia slalu mencoba mengingat-ngingat itu setiap melihat agni didekati cowok lain. Dia slalu mencoba bersabar. Tapi mau bagaimana lagi, sekarang rasa sakitnya sudah tak terbendung. Dia tidak mau menahan segala emosinya seperti dulu lagi.

Netha beranjak berdiri, meninggalkan daddynya pelan-pelan, dan mencari mummynya. Janggal sekali rasanya, melihat mummy and daddynya berjauhan seperti ini, sama sekali tidak berbicara atau bertatap wajah seperti biasa, slalu menghindar satu sama lain.

“netha, jangan tinggalin daddy, sini aja ya sayang,” gumam alvin pelan. Netha kembali ke tempatnya tadi, baru tahu kalau daddynya tak benar-benar tidur. Sesungguhnya, beberapa hari ini alvin tidak pernah benar-benar tidur, dirinya slalu ingin terjaga saja rasanya, memastikan bahwa agni dan netha masih terus bersamanya.

“daddy kenapa? tadi katanya mau tidur,” tanya netha.

Alvin membuka matanya dan tersenyum ke arah netha. “tadi daddy tidur kok, bentar doang tapi,” katanya bohong sambil membelai rambut netha.

“bohong, daddy tadi gak tidur kan? daddy kecapekan ya? netha panggilin mummy ya? terus, daddy tadi kok air matanya jatuh? Daddy sedih ya? sedih kenapa?” tanyanya beruntun.

Alvin mendudukkan dirinya. “banyak amat pertanyaannya. Tadi daddy tidur kok, masa kamu gak percaya sih? daddy Cuma sedikit kecapekan doang. Emang tadi air mata daddy jatoh ya? kok bisa ya? padahal daddy gak nyadar loh,” katanya masih berbohong.

“daddy bohong! Netha gak suka dibohongin!” marah netha. Rupanya kelihaian alvin menutupi sesuatu tidak berpengaruh pada anaknya.

“iya-iya, udah ya, netha main lagi aja, daddy balik dulu ke kamar daddy,” pamitnya, sengaja menghindar membicarakan ini. netha menatap daddynya kesal, selalu saja menghindar.
***
Agni tahu alvin tidak pernah tidur beberapa hari ini. seringkali dia melihat alvin kehilangan keseimbangan dan hampir pingsan. Wajah alvin pun terlihat sangat kelelahan sekali. Tapi setiap kali dia mau berbicara, alvin selalu menghindar dan tidak mendengarkannya.

Seperti sekarang saja, alvin makan dalam diam, tidak seperti biasanya, selalu melontarkan candaan. “alvin,” panggil agni, mengawali pembicaraan. Alvin sama sekali tidak menanggapinya, seolah tak ada suara apapun. “alvin,” panggil agni lagi.

“netha, netha sayang sama daddy?” tanya alvin pada netha, tidak ingin berbicara dengan agni dulu. Netha mengangguk pasti. Alvin tersenyum. “netha gak akan ninggalin daddy?” tanyanya lagi. netha mengangguk lagi.

“netha gak akan nyakitin hati daddy kan?” netha mengangguk kembali. Walaupun banyak pertanyaan muncul di pikirannya. Ada apa dengan daddynya ini? agni yang tahu alvin sedang menyindirnya, diam saja, lebih baik tidak melawan alvin.

“netha, nanti kalo ada cowok yang sayang banget sama netha, slalu sabar dengan netha, slalu nyoba ngejaga hatinya netha, netha bakal sayangin gak?” sindirnya tajam. rasanya hati agni seperti tertusuk mendengar alvin menyindirnya begitu.

“iyalah. Emangnya kenapa?” tanya netha bingung.

“nanti kamu kalo cari cowok yang kayak daddy ya. yang sabar banget ngadepin orang yang dia sayang, meskipun orang yang dia sayang itu bikin dia sakit hati berkali-kali,” bukannya menjawab pertanyaan netha, alvin malah menyindir agni lebih tajam lagi.

“daddy, kenapa sih, nanyanya aneh mulu?” tanya netha lagi.

Alvin tersenyum tipis. “gak papa kok. Udah, makan lagi aja,” katanya. Ia menatap agni yang menunduk terus daritadi. Semakin melihat agni tidak berani meminta maaf padanya, semakin besar juga rasa sakit hatinya. Ia jadi menganggap agni benar-benar tidak merasa bersalah.

Bukan begitu, agni justru sangat merasa bersalah. Hanya saja, dia takut alvin tidak mau memaafkannya, hingga tak berani mengungkapkannya. Entah bagaimana caranya, dia pasti harus meminta maaf dan memberi alvin pengertian, tapi bukan sekarang, dia butuh menyiapkan mental menerima penolakan alvin nanti.
***
Alvin membenamkan wajahnya diatas kedua tangannya yang dilipat di atas meja kerjanya. Dia sungguh-sungguh lelah sekali, lemas sekali. dia ngantuk, tapi dia tak bisa tidur. Ia memejamkan matanya, mencoba tidur sejenak. Tetap tidak bisa. Arggh! Alvin mengepalkan tangannya kuat-kuat, sudah benar-benar diluar batas kemampuannya sekarang.

Agni menghela napas. Sekarang waktu yang tepat, dia perlu membicarakan ini semua dengan alvin, agar tidak ada salah paham lagi diantara mereka. Agni membuka pintu kamarnya pelan, terlihat alvin sedang membenamkan wajahnya diatas meja.

Agni menghampiri alvin, mengusap rambutnya. “alvin,” panggilnya. Alvin diam saja, membiarkan rasa ketakutannya menghilang sedikit demi sedikit seiring dengan usapan agni di kepalanya. “aku minta maaf. Gak seharusnya aku nyuruh ray masuk ke rumah, padahal kita udah buat perjanjian. Gak seharusnya juga aku ngebiarin ray meluk aku sedetikpun. Maaf,” kata agni bersalah.

Alvin menyandarkan badannya ke kursi, menatap agni. hatinya sedikit lega mendengar pernyataan agni barusan. Namun mengingat hal itu, rasanya hatinya malah semakin sakit. “kamu tau, udah berapa kali kamu nyakitin hati aku? Udah berapa kali kamu ngancurin hati aku? Udah berapa kali kamu ngelukain hati aku? Udah berapa kali kamu mutusin semua harapanku?” tanyanya pedih.

“asal kamu tau ag, aku udah putus asa, aku gak tau musti gimana lagi. kamu selalu aja ngancurin segala harapan-harapan aku ke kamu, kamu selalu ngebuat aku jadi orang paling lemah, paling menderita, yang selalu takut kalo kamu bakal ninggalin aku, walaupun aku tau kamu gak akan ninggalin aku. Aku selalu dihantuin rasa ketakutan itu ag,” ungkap alvin.

Stop. Ini Cuma ngebuat hati agni tersayat mendengarnya. Dia tahu alvin sudah banyak tersakiti gara-garanya, namun dia tidak suka mendengarnya, membuatnya merasa seolah-olah menjadi orang paling kejam dan tak berperasaan.

“alvin, aku tau. terlalu sering kan? aku minta maaf vin, aku janji gak akan ngulanginnya,” janji agni sungguh-sungguh.

“ag, emangnya salah ya kalo aku minta hakku sama netha? Buat milikkin hati kamu seutuhnya? Tanpa harus dibagi dengan orang lain? Salah?” tanya alvin, menatap agni penuh pengharapan.

Agni menarik tangannya, melipat kedua tangannya di dada, bersandar di meja dan menatap alvin. “salah. Bukan salah kamu minta hak kamu sama netha, tapi salah akan apa yang kamu minta. Gak bisa vin, dia ray, temenku dari aku masih kecil banget, yang slalu nemenin aku, yang slalu nyayangin aku. Gak mungkin aku bisa ngilangin dia dari hati aku vin,” agni berharap alvin benar-benar mengerti penjelasannya.

Alvin marah. Dia gak suka ditolak habis-habisan seperti ini lagi. “jadi kamu lebih milih dia? fine! Aku gak bakal pernah minta hati kamu lagi! gak usah peduli sama aku kalo gitu!” marahnya. Alvin membuang mukanya, tambah kesal saja dia sama agni.

“alvin, dengerin aku dulu. Bukan itu maksudku vin, aku sayang sama kamu, Cuma sama kamu dan netha. Ray itu Cuma sebatas temen baikku doang. Itu aja. Rasa sayangku ke dia juga gak lebih, Cuma sebatas teman baik, kamu percaya sama aku kan vin?” harap agni benar-benar.

Alvin menghela napas berat. sia-sia saja sepertinya meminta agni berlaku seperti yang diharapkannya. Sudahlah, dia capek kalo harus seperti ini terus. “yaudah, aku maafin,” katanya setengah hati.

“vin, kamu masih marah kan?” tanya agni, sepenuh hati tidak yakin kalau alvin sudah memaafkannya. Alvin bukan orang yang gampang memaafkan.

Alvin mencoba melembutkan tatapannya, lalu menatap agni. “jadi kamu maunya didiemin sama aku? Dimarahin sama aku? Dicuekkin sama aku?” godanya.

Agni tersenyum kecil, menepuk kepala alvin pelan dengan ujung jari-jarinya. “ya enggaklah!” balasnya.

Alvin membalas senyumannya, kemudian berdiri. “mau kemana?” tanya agni.

“ngantuk, mau tidur,” katanya manja sambil mengucek matanya seperti anak kecil.

“hais, balik lagi manjanya. Ya udah, sana tidur!” balas agni sambil menggelengkan kepalanya. Drastis sekali tingkahnya alvin, dari marah-marah malah langsung manja gini.

Alvin menatap agni, mengerutkan keningnya, manyun. “apalagi?” tanya agni ketus.

Alvin tersenyum jahil, dengan gerakan kilat ia mengecup pipi agni, kemudian memeluknya erat. “jangan pernah nyoba buat nyakitin aku lagi. kesabaran dan ketegaranku ada batasnya. Kamu bakal tau sendiri akibatnya kalo kamu nyakitin aku,” ancamnya berbisik.

Agni menepuk-nepuk punggung alvin, tahu bahwa perlakuannya sudah melewati batas keteguhan alvin. “ya, aku akan membatasi sikapku sekarang, supaya gak nyakitin kamu lagi sedikitpun,” balas agni. sungguh, sebelumnya dia belum pernah diancam alvin sedikitpun, sekarang, dia jadi seram, takut alvin akan berbuat macam-macam, mencoba bunuh diri lagi.

Alvin melepas pelukannya. Matanya masih memancarkan kelembutan, seperti tidak mengatakan apa-apa tadi. Ia mengelus pipi agni. “aku sayang sama kamu,” katanya lembut, menatap agni dalam.

Agni membalas tatapannya. “aku juga sayang sama kamu, selalu, selamanya, gak akan berkurang sedikitpun,” balasnya sambil tersenyum.

Alvin mengacak rambut agni. “main sama netha yuk,” ajaknya sambil menarik tangan agni.

“gak. Kamu tidur aja, kecapekan gitu,” tolaknya. Alvin cemberut.

“tapi mau main,” rengeknya seperti anak kecil.

Agni mencubit pipi alvin gemes. “udah punya anak juga gayanya masih kayak anak kecil aja! Malu sama anak!” ejeknya.

Alvin cengengesan. “hehe, biarin dong. Kalo gitu aku tidur di kamar netha aja ya?” usulnya. Tanpa menunggu balasan agni, ia langsung menarik tangan agni, membawanya bermain bersama netha.
***
Alvin dan agni yang sudah berjanji dengan netha akan mengajaknya jalan-jalan seharian langsung membawanya ke sebuah tempat bermain besar di Jakarta. Seharian, mereka bermain disana, senang sekali rasanya melihat netha tertawa bahagia seperti itu.

Agni memangku netha di tangan kirinya. Mereka berjalan di pinggir pantai, beristirahat sebentar sebelum pulang. Netha sendiri yang meminta untuk disana dulu. “mummy, dingin,” kata netha kedinginan. Badannya sedikit menggigil.

Agni menarik jaket netha yang diduduki netha di tangannya, lalu memakaikannya di badan netha. “masih dingin?” tanyanya. Netha mengangguk. “mummy peluk ya?” tanyanya lagi. netha mengangguk lagi.

Agni memeluk netha, kasian netha sampai kedinginan seperti ini. “masih dingin,” kata netha bergetar. agni melepas pelukannya, mengusap-usap badan netha supaya tidak kedinginan.

Sebuah jaket menutupi badannya dan netha. Agni menatap alvin, alvin hanya tersenyum. “thanks,” kata agni.

“netha, masih kedinginan gak? Kalo masih, kita duduk dulu ya,” tanya alvin.

“jalan terus,” jawabnya.

“masih kedinginan?” ulang alvin. netha mengangguk. Alvin mengambil netha dari agni dan memeluknya, menutup badan netha dengan jaket yang diberikannya pada agni tadi.

Mereka duduk sebentar. Sudah malam, tapi netha masih tetap ngotot mau jalan. “netha, pulang ya. nanti sakit,” bujuk agni. netha mengangguk.

Alvin mengecup pipi netha. “sayang, masih dingin gak?” tanya alvin lagi. netha melepas pelukannya sebentar dan menggeleng, kemudian memeluk alvin lagi.

Badan daddynya hangat, dia suka. Dia ingin selalu dekat-dekat daddynya, dipeluk daddynya. Agni tersenyum kecil dan mengusap-usap kepala netha. Dia tahu apa yang dirasakan netha sekarang, bersentuhan dengan alvin akan terasa hangat. Sampai sekarang dia tidak tahu, badannya dan netha yang dingin, atau badan alvin yang terlalu hangat?

“vin,” panggil agni.

“hmm,” balas alvin.

“dari dulu sampe sekarang, aku bingung, badan aku sama netha yang dingin atau badan kamu yang kelewat hangat?” tanyanya polos.

Alvin tertawa kecil. “pikir aja sendiri,” balasnya jahil. Lucu banget sih agni nanya beginian.

Agni mengerutkan keningnya, amat tidak puas dengan jawaban alvin. “kok gitu sih? jawab yang bener dong,” katanya tidak puas.

“tau ah, males jawabnya,” balas alvin. agni manyun. Alvin kemudian berbisik pada netha, mengecilkan volumenya hingga agni tidak dapat mendengarnya. Netha tersenyum dan mengangguk, kemudian alvin menurunkannya.

“loh, kok diturunin?” agni mau mengangkat netha, namun tangannya langsung ditahan oleh alvin. ia menatap alvin bingung.

Alvin tersenyum dan memeluknya, mengelus lembut kepalanya. Ia tidak mengucapkan apapun, membiarkan agni tahu sendiri jawabannya, yang alvin sendiri tahu, pasti akan memakan waktu lama untuk agni mengerti, mengingat berapa besar tingkat ketidakpekaannya.

Agni memejamkan matanya untuk sekian detik, membiarkan dirinya hangat karena dipeluk alvin. hmm, nyaman sekali, membuatnya ingin tertidur dalam pelukan alvin sekarang. Alvin melepas pelukannya, mengecup kening agni. makin hari, dia makin sayang saja sama agni, ingin selalu memanjakannya, ingin selalu di dekatnya.

Netha cemberut, kedua tangannya sudah terlipat di dadanya. Bukan karna tidak suka melihat kedua orangtuanya mesra, hanya saja, dia malas kalau dicuekkin. “mummy, daddy,” panggilnya manja.

“ya, kenapa netha sayang?” agni berlutut di depan netha.

“kok Cuma mummy doang yang dicium?” protesnya iri.

Alvin dan agni tertawa kecil mendengarnya. Alvin ikut berlutut di depan netha. “netha juga mau?” tanyanya. Netha mengangguk semangat.

Alvin dan agni berpandangan penuh arti. Kemudian alvin meraih satu tangan agni dan menggenggamnya, kemudian mengeratkan genggamannya, seolah memberi isyarat pada agni. sedetik kemudian, keduanya langsung mengecup pipi netha berbarengan. Alvin di pipi kanannya, sedangkan agni di pipi kirinya.

Netha tersenyum senang. Dia senang sekali dimanjakan seperti itu. alvin kemudian mengangkat netha kembali ke pelukannya. “netha sayang daddy sama mummy,” katanya sambil tersenyum. Alvin mengacak-acak rambut netha.

“kita juga sayang sama netha,” balas keduanya berbarengan. Netha jadi seneng sendiri, dia jadi terus-terusan tersenyum. Sedangkan agni dan alvin hanya tertawa kecil melihat tingkah anak mereka yang lucu sekali.
***
Agni berlari mendribble bolanya, menghindari alvin yang berusaha merebut bolanya. Ya, sedaritadi mereka berdua bermain basket dengan semangatnya, satu-satunya cara menghilangkan kejenuhan mereka selama ini. sedangkan netha malah bermain futsal sendirian, menendang-nendang bolanya ke arah manapun, yang penting dia terus berlari.

“ah! Kalah,” kata agni kecewa setelah melihat alvin memasukkan bola ke ring dengan tepat.

Alvin malah cengengesan, senang karna akhirnya dia terus-terusan mengalahkan agni. “haha, udahlah, capek,” katanya, berjalan mendatangi netha. Agni menggerutu kesal, tidak terima dikalahkan terus. ia berjalan di belakang alvin.

“netha, bolanya ditendang ke gawang dong, jangan asal-asalan,” kata alvin. heran, anaknya suka sekali berlari-lari, sampai-sampai bola pun ditendang asal-asalan, yang penting dia berlari terus.

Netha berhenti, mengambil bolanya dan memeluknya. Kemudian menghampiri daddynya yang duduk di tengah lapangan, mengulurkan bolanya sambil tersenyum manis. “main sama netha,” katanya.

Alvin mengambil bola yang diberikan netha tadi, kemudian menggandeng netha, mengajaknya ke dekat gawang. Alvin meletakkan bola itu tepat di depan kaki netha. “tendang,” suruhnya. Netha menendangnya pelan, hingga bolanya hanya bergeser beberapa centi saja dari tempatnya.

“bukan gitu netha, nendangnya yang bener dong,” alvin mengajari netha dengan telaten, agar netha bisa bermain dengan benar, bukan asal-asalan saja. netha hanya mengangguk-anggukkan kepalanya setiap daddynya menjelaskan. Sebenernya dia bisa, Cuma dia mau buat daddynya capek aja ngajarin dia. hihihi..

“udah ya netha, istirahat dulu,” kata agni. netha mengangguk dan berlari kecil ke arah mummynya yang menunggu di gazebo.

Alvin mendudukkan netha di atas paha kanannya, menggerakkan jari-jarinya memainkan poni netha. Netha menarik tangan daddynya, mengusap garis jahitan di tangan daddynya itu. sudah lama dia penasaran dengan garis itu, yang dia tidak tahu kenapa di daddynya ada tapi di dia gak ada.

“daddy, ini apa?” tanyanya sambil menunjuk bekas jahitan itu. agni dan alvin sontak melihat apa yang ditunjuk netha, tidak kaget dengan apa yang ditunjuknya.

Agni menatap alvin yang pandangannya mulai sayu, yang malah jadi terus memandangi bekas jahitannya. Alvin tersenyum tipis. “sebuah kesalahan terbesar yang pernah daddy buat. yang kalo saat itu mummy kamu sama uncle kamu gak nemuin daddy, pasti daddy dan kamu gak ada disini,” jawab alvin, mengakhirinya dengan senyuman.

Agni tersenyum tipis mendengar jawaban alvin. entah bagaimana hidupnya sekarang bila alvin benar-benar meninggalkannya. Mungkin dia juga gak akan bisa tersenyum seperti sekarang, atau lebih tepatnya, dia gak mungkin bisa tersenyum lagi. alvin terlalu berarti baginya, kehilangan alvin sama saja dengan kehilangan separuh jiwanya. Dia akan selalu mengontrol emosi dan mood alvin, agar tidak terjadi lagi hal seperti itu.

“keputusan terbodoh. Gak nyangka daddy kamu ini bisa mikir hal kayak gitu. Bikin mummy ketakutan aja,” kata agni, mendengus kesal. netha bingung, tidak mengerti apa yang dibicarakan kedua orangtuanya ini.

Ya, memang keputusan terbodoh alvin. andai saja waktu itu dia benar-benar meninggalkan dunia ini, pasti dia dan netha tidak disini sekarang, tidak bisa merasakan kebahagiaan seperti ini, yang jauh lebih besar dibandingkan penderitaannya dulu. Pasti dia gak akan bisa ngeliat netha, gak bisa ngeliat agni senyum buat dirinya lagi, gak bisa ngerasain jadi daddy, dan gak bisa ngeliat kembarannya married dan punya anak. Penderitaannya pada akhirnya berujung manis seperti ini.

“apa sih? gak ngerti,” kata netha.

“udahlah, kamu gak perlu ngerti sekarang. Nanti aja kalo kamu udah gede,” balas alvin, mengacak rambut netha. Netha cemberut, dia pengen tau. “jangan cemberut ah, jelek, nanti juga daddy sama mummy kasihtau kok,” katanya lagi.

Netha mengangguk menurut. “daddy, cerita dong gimana waktu itu daddy bisa sama mummy ampe sekarang,” pinta netha.

Alvin dan agni berpandangan, lalu tertawa. gak akan sanggup mereka nyeritainnya, terlalu memalukan. “kok ketawa sih? cerita dong,” kata netha lagi.

“gak mau ah, malu-maluin,” kata agni mencoba meredam tawanya. Netha menggembungkan pipinya dan manyun, seperti alvin biasanya kalo lagi ngambek.

“iya-iya, tapi jangan ketawa ya,” kata alvin. netha mengangguk. Alvin dan agni menceritakannya bergantian, kadang mereka tertawa geli sendiri menceritakannya. Lucu sekali rasanya menceritakannya pada anak mereka.

Netha tertawa setelah keduanya selesai bercerita. Memang lucu sekali orangtuanya ini. “udah dibilangin jangan ketawa juga,” sindir alvin setengah tersenyum. Netha langsung menutup mulutnya, mukanya sampai merah menahan tawa.

“ya ampun mukanya sampe merah gitu, yaudah, ketawa aja,” kata alvin kasihan. Netha langsung tertawa lepas. Sungguh aneh mereka, pake cuek-cuekkan segala lagi, padahal saling suka juga! Apalagi daddynya, hais, sok-sokan bilang gak peduli padahal aslinya sayang banget sama mummynya. Tapi dia heran sama mummynya, nguji kesabaran daddynya terus, ckck.

“mummy, daddy, netha gak dijodohin?” tanyanya polos.

Alvin dan agni menatap netha aneh. “hah? Dijodohin?” kata keduanya heran. netha mengangguk.

“ya enggaklah! Ngapain coba? Nanti kamu malah kayak mummy lagi, mau sama daddy kamu karna TER-PAK-SA!” jawab agni dengan penekanan di kata terpaksa sambil menatap alvin. tatapan yang sama seperti waktu mereka berdua tahu kalau dijodohkan, penuh kebencian, namun tidak benci sebenarnya.

Alvin sewot juga ngeliat tatapan agni yang seperti itu. “HEH! Terpaksa darimananya hah! Jelas-jelas waktu itu kamu sendiri yang ngebet banget pengen marriednya! Aku ajuin abis lulus, malah kamu milih yang lebih cepet! Siapa yang terpaksa ya kalo gitu?” balasnya sengit.

“tau ah! Males ngomong sama kamu! Gak akan ada habisnya!” balas agni. netha tertawa kecil melihat tingkah mummy and daddynya ini.

“males? Yaudah! Jangan ngomong sama aku!” balas alvin.

Netha memeluk daddynya. “netha paling suka yang waktu daddy jagain mummy waktu mummy sakit itu, pas kalian belum lama kenal. Pokoknya netha suka semua sikap daddy yang cuek tapi care,” komentarnya.

“kalo mummy mah jahat sama daddy, kasian lagi, daddy ampe segitunya,” komentarnya lagi.

Agni dan alvin hanya tersenyum tipis mendengarnya.
***
Entah kenapa, beberapa hari ini, agni jutek banget sama alvin, lagi badmood kali dia. Alvin membuka matanya, menguap, ngantuk sekali dia. alvin melirik jam dinding, hah? Udah jam segini? telat dong dia! alvin melihat ke sebelahnya, gak ada agni? alvin segera bersiap-siap dan turun ke bawah.

Terlihat agni sedang menyiapkan netha untuk sekolah. Ya, netha sekarang sudah bersekolah di playgroup. Usianya sudah menginjak 4 tahun. Alvin segera duduk di meja makan dan memakan sarapannya. “sayang, kok tadi gak bangunin sih? ampir aja aku telat,” kata alvin.

Agni memandangnya kesal, “makan aja, gak usah banyak komen!” balasnya. Sebenernya dari kemaren ni dia kesel sama alvin, gak biasanya alvin lupa sama hari ini.

“kenapa sih kamu marah-marah mulu sama aku?” protes alvin kesal.

“diem!” kata agni setengah membentak. Alvin kaget, dan langsung melanjutkan makannya dalam diam. Setelah selesai, dia langsung mengantar agni kuliah dan netha sekolah, lalu ke kantornya sendiri. Heran, si agni kenapa lagi? marah-marah mulu kerjaannya.
***
Alvin baru saja mengantar netha ke sekolahnya, disana dia bertemu cakka, rio, dan iel yang juga mengantar anak mereka. Untung saja tadi dia sudah mengantar agni duluan, jadinya dia bisa ngobrol sama mereka.

Keempatnya mengobrol di kantor iel. alvin membaringkan badannya di sofa, bingung dengan sikap agni akhir-akhir ini. “gue bingung, si agni marahin gue mulu tiap hari, padahal gue gak ngapa-ngapain juga,” curhatnya.

Rio, iel, dan cakka berpandangan heran. gak inget apa si alvin ini tanggal berapa? Tumben banget ni anak lupa. Jelas aja si agni marah-marah. Alvin yang tidak mendapat respon menyadarkan lamunan ketiganya. “kok diem?”

“err.. lo liat tanggalan sekarang deh vin,” saran rio.

Alvin melihat tanggalan di hapenya, lah terus kenapa? “terus kenapa?” tanyanya tidak paham.

“woy vin! sadar! Tanggal berapa nih? Gak inget lo sekarang hari apa?” kata cakka kesal.

“hari sabtu, terus?” tanyanya bingung.

Ketiganya menepuk kening mereka. Baru kali ini melihat alvin lalai. “vin! lo married sama agni kapan hah!” kata iel mencoba menyadarkan alvin.

“kapan? Emm, 6 tahun yang lalu, terus?” alvin masih belom sadar juga.

“bego banget sih lo vin! pantes aja agni marah-marah sama lo! masa lo lupa sih? ini hari anniversarynya lo sama dia!” capek juga si rio lama-lama nungguin alvin sadar.

Alvin menepuk keningnya. Baru inget dia. “terus gimana dong?” tanyanya bingung, dia gak tau musti ngapain. Jangan sampe agni marah banget sama dia.

“mana kita tau! biasanya kan lo banyak ide buat kayak gitu!” balas cakka tidak mau ikut campur.

Alvin mendengus kesal. “gue gak bisa mikir! Abisan dia marah mulu sama gue, gue jadi gak bisa mikir hal lain,” katanya.

“udahlah vin, gak usah buat yang macem-macem, lo redain marahnya dia aja dih,” suruh iel.

“ahh! Bingung gue! ngantuk lagi! gue boleh tidur disini ya yel? Ngantuk banget, semalem gue lembur,” kata alvin meminta ijin. Iel mengangguk. Alvin kemudian memejamkan matanya, tidur.

“baru kali ini gue liat dia lupa sama hal ginian. Pertama kalinya juga gue liat dia gak terlalu meduliinnya,” kata rio heran. cakka dan iel mengangguk setuju.

Cakka memandangi alvin yang tertidur, kemudian tersenyum. “kita beruntung, akhirnya alvin bisa milikin agni yang sabar banget, perhatian banget sama dia, juga mau ngerawat dia jadi bener gini. coba waktu alvin sama kita, biarpun keliatannya rapi, aslinya berantakan banget, ancur-ancuran idup dia,” katanya.

“ya, kita emang salah, gak ngerawat dia. salah kita dia jadi depresi gitu, salah kita dia jadi terus-terusan menderita, salah kita dia jadi nyoba bunuh diri. Kita emang gak bisa ngurus dia, untung ada agni yang mau ngurus dia,” tambah rio. iel mengangguk setuju.

Kalau dulu, setiap alvin tidur, pasti wajahnya menunjukkan kelelahan dan kegalauan yang amat besar, berbeda sekali dengan sekarang, wajahnya menunjukkan bahwa dia sudah bisa hidup dengan tenang, menjalani hari-harinya dengan penuh kebahagiaan.
***
Alvin mendapati agni sedang tiduran di sofa, matanya terpejam, memukul-mukul keningnya pelan dengan tangannya yang terkepal. Alvin berlutut di sebelah agni, mengusap pipi agni. agni membuka matanya, menyambut alvin yang baru pulang dengan senyum tipis.

“kenapa ag?” tanya alvin khawatir.

“gak papa, Cuma pusing dikit,” jawabnya tanpa melihat alvin. tumben banget sih alvin lupa ini hari apa.

Alvin mengangkat setengah badan agni, dan duduk agak miring disebelahnya, menyandarkan agni ke bahunya. Ia mengelus punggung tangan agni. agni menyamankan posisinya, dia sedang ingin dimanjakan alvin, habisan alvin terlalu sibuk dengan kerjaannya, dia jadi dicuekkin.

“emm, ntar malem jalan yuk,” ajak alvin. agni menatapnya senang, berharap alvin akan memberikan kejutan untuknya nanti.

“kemana?” tanyanya antusias.

“ya kemana aja kek gitu, ke mall kek, kemana kek,” balas alvin. agni mengangguk lemas, dia kira alvin membawanya ke tempat yang romantis seperti tahun-tahun sebelumnya.
***
Cafy, yeldea, yoshill, dan agni berkumpul di ruang keluarga rumah alni. Anak-anak mereka bermain di kamar netha.

“ahh! Kesel gue! masa si alvin lupa sih sam anniversary kita!” kata agni. daritadi dia uring-uringan terus gara-gara alvin belum mengucapkannya.

“ya lo aja sih ag yang bilang ke dia duluan,” usul shilla yang rupanya sudah bosan melihat agni uring-uringan gak jelas daritadi.

“gak mau! Enak aja! Dia dong yang mustinya bilang dulu!” balas agni tidak terima.

“terserah lo deh ag, moga aja dia inget. Kalo dia beneran lupa gimana?” tanya ify ingin tahu.

“kalo dia lupa? Gue diemin sampe taon depan! Sampe anniv kita lagi!” agni tidak bermain dengan kata-katanya, dia serius.

Yang lain cengo dengernya. Sampe taon depan? Sadis amat. “sadis lo ag, kasian kak alvin,” kata dea tidak tega, membayangkan alvin yang pastinya bakal gampang melonjak emosinya kalo lagi didiemin sama agni.

“biarin!” balasnya.

Sekitar setengah jam-an kemudian, alvin pulang. Dia langsung duduk di sebelah agni. “jadi kan kita jalan?” tanyanya. Agni tampak berpikir, kemudian menggeleng. “kok gak jadi sih? tadi bilangnya iya,” protesnya.

“nanti netha sama sapa?” alasan agni.

“sama kitalah! Udah sana lo pergi,” kata cakka.

“netha diajak aja ya?” tanyanya, bete dia sama alvin.

Alvin mengerutkan keningnya. “gak usah, kita berdua aja. Ayolah,” bujuknya. Agni mengangguk malas. Alvin tersenyum dan menggandeng tangan agni keluar.
***
Alvin menghentikan mobilnya tepat di depan pintu masuk sebuah cafe yang cukup besar. “kamu masuk dulu aja, nanti aku nyusul,” kata alvin. agni segera turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam cafe.

Agni masuk ke dalam. Gelap banget, gak ada penerangan sama sekali. gak ada suara sedikitpun. Agni jadi takut sendiri, mana gak ada orang lagi, gak salah nih si alvin? udah tutup kali nih cafenya. Tiba-tiba pintu dibelakangnya tertutup. “alvin?” panggilnya. Gak ada jawaban.

Agni melangkah maju beberapa langkah, sepertinya dia menginjak sesuatu seperti karet atau kertas gitu. Ia meraba lantai dibawahnya, ada banyak sekali, agni mengambilnya satu dan merabanya. Kelopak white lily? Ia menciumnya, benar, white lily.

Tanpa ragu, agni terus berjalan maju. Dilihatnya di atas meja-meja kafe, sudah banyak lilin terpasang dan kelopak white lily bertebaran. Ia tersenyum, tahu bahwa alvin yang pasti merencanakan ini semua. Agni terus berjalan mengikuti jalur kelopak lily di lantai, hingga dia sampai di belakang cafe.

Senang sekali dengan apa yang dilihatnya disana. Beberapa lampion oranye berbaris didepannya, menunjukkan sebuah jalan. Di lampion itu ada sebuah tulisan dan setangkai white lily. Agni mengambil white lilynya dan membaca tulisannya.

‘aku sayang kamu’, ‘aku akan ngasih kamu cinta aku, setiap hari, setiap waktu’, ‘kamu, wanita terbaik yang pernah ada’, ‘kamu, sempurna untukku’, ‘ijinin aku, buat selalu ngejaga hati kamu selamanya’, dan yang terakhir, ‘alvin love agni’. agni tersenyum.

enam, jumlah yang sama dengan ulang tahun pernikahannya dengan alvin. tidak terasa, waktu cepat sekali berlalu. Padahal masih terekam jelas dalam ingatannya, saat dia baru pertama kali bertemu alvin, yang rasanya baru kemarin saja dia bertemu. Tahu-tahu, sekarang mereka sudah married dan punya anak.

Sekarang, tepat di depan agni, sebuah kolam renang yang cukup besar dengan sebuah tempat yang cukup besar diatas airnya. Disana, alvin duduk di atas bangku sambil memangku gitarnya, menyambut agni dengan senyumannya.

Agni tersenyum senang. Dia suka sekali diperlakukan seperti ini oleh alvin. alvin menatap agni begitu lembut dan dalam, kemudian mulai memetik gitarnya, dan melantunkan sebuah lagu untuk mereka berdua, yang tentu saja, dengan penghayatannya.

Ku telah miliki
Rasa indahnya perihku
Rasa hancurnya harapku
Kau lepas cintaku
Rasakan abadi
Sekalipun kau mengerti
Sekalipun kau pahami
Ku pikir ku salah mengertimu

Aku hanya ingin kau tahu
Besarnya cintaku
Tingginya khayalku bersamamu
Tuk lalui waktu yang tersisa kini
Di setiap hariku
Di sisa akhir nafas hidupku

Walaupun semua hanya ada dalam mimpiku
Hanya ada dalam anganku
Melewati hidup
Rasakan abadi
Sekalipun kau mengerti
Sekalipun kau pahami
Ku pikir ku salah mengertimu

Aku hanya ingin kau tahu
Besarnya cintaku
Tingginya khayalku bersamamu
Tuk lalui waktu yang tersisa kini
Di setiap hariku
Di sisa akhir nafas hidupku

Aku hanya ingin kau tahu
Besarnya cintaku
Tingginya khayalku bersamamu
Tuk lalui waktu yang tersisa kini
Di setiap hariku
Di sisa akhir nafas hidupku

Sepanjang lagu, agni bergerak perlahan ke arah alvin, ia berjalan di atas jalan yang dibuat di atas air, ke tempatnya alvin sekarang. Dan kini, keduanya sudah berada di tengah kolam. Alvin meletakkan gitarnya, kemudian berdiri, mendekat ke arah agni.

Alvin tersenyum, kemudian mengecup kening agni. “happy anniversary ya sayang,” ucapnya sepenuh hati. agni membalas mengecup pipi alvin, “happy anniversary too,” balasnya lalu tersenyum.

Alvin mendekap agni dalam peluknya, membelai lembut rambutnya. “aku sayang sama kamu, selamanya,” katanya lembut.

“ya, aku juga, selalu sayang sama kamu,” balas agni. alvin melepaskan pelukannya, kemudian menggandeng tangan agni, membawanya ke pinggir kolam, ke sebuah meja.

Alvin mengalungkan kedua tangannya, satu di pergelangan pinggang agni, satu lagi di leher agni. “makasih ya ag,” kata alvin.

“buat?” tanya agni tidak mengerti.

“buat semuanya. Kamu sayang sama aku, kamu udah mau ngurus aku dari aku depresi dulu, kamu yang selalu nemenin aku disaat aku susah. Aku gak tau harus ngelakuin apa buat bales semua yang udah kamu kasih ke aku,” balas alvin. jika diflashback ulang ke masa 6 tahun sebelumnya sampai sekarang, agni baik sekali padanya. Kalau tidak ada agni, tidak mungkin dia seperti sekarang.

Agni membalikkan badan menghadap alvin dan tersenyum. “aku Cuma minta satu permintaan,” alvin menatapnya bertanya. “jangan pernah tinggalin aku, penuhin semua janji kamu, dan percaya sama aku,” katanya. Alvin mengangguk dan tersenyum.

Mereka berdua kemudian duduk dan memakan makanan yang dipesan alvin sebelumnya. keduanya mengobrol tentang banyak hal, tak jarang sindiran atau pujian terlontar dari mulut mereka. Hanya inilah yang sebenarnya mereka berdua butuhkan, canda tawa yang mengisi hari mereka, dan rasa sayang yang menyelimuti mereka, sekarang, nanti, dan selamanya.

“alvin, tadi kok kamu nyanyinya lagi itu sih? napa gak yang laen aja coba? Till the end of time gitu? Atau apa kek,” tanya agni heran.

Alvin tersenyum kecil. “aku Cuma mau nunjukkin perjuangan aku dapetin kamu aja waktu itu. yang akhirnya jadi berujung manis 6 tahun kemudian,” balasnya.

Agni tersenyum, dia tahu maksud alvin. bahagianya dirinya, bisa selalu bersama alvin, yang selalu menjaga dirinya dan menyayanginya. Andai dia bersama cowok lain, mungkinka sebahagia ini? rasanya tidak mungkin. Hanya alvinlah, satu-satunya yang bisa.

Ya, 6 tahun silam, ketika alvin harus memperjuangkan cintanya untuk mendapatkan agni, yang bisa terbilang cukup berat juga.

Ku telah miliki
Rasa indahnya perihku
Rasa hancurnya harapku
Kau lepas cintaku
Rasakan abadi
Sekalipun kau mengerti
Sekalipun kau pahami
Ku pikir ku salah mengertimu
Aku hanya ingin kau tahu
Besarnya cintaku
Tingginya khayalku bersamamu
Tuk lalui waktu yang tersisa kini
Di setiap hariku
Di sisa akhir nafas hidupku

Perih, hancur, takut, putus asa, semua sudah dialami alvin. terlalu sering, terlalu banyak, berulang kali agni meruntuhkan perjuangannya. Namun tidak, semakin agni mencoba menghancurkannya, semakin besar pula rasa sayangnya pada agni, semakin dia mengerti, bahwa agni, harus agni, yang mengisi seluruh sisa hidupnya, seluruh sisa waktunya di dunia. ‘aku sayang sama kamu’ kalimat yang gak pernah alvin absen ucapkan seharipun pada agni, sekedar menunjukkan bahwa cintanya begitu besar, bahwa dia ingin agni slalu bersamanya.

Walaupun semua hanya ada dalam mimpiku
Hanya ada dalam anganku
Melewati hidup
Rasakan abadi
Sekalipun kau mengerti
Sekalipun kau pahami
Ku pikir ku salah mengertimu

Dulu, waktu agni bersama riko ataupun ray, dia jadi pesimis, jadi takut kalau agni akan meninggalkannya. Sampai-sampai, dia jadi depresi, benar-benar ketakutan kehilangan agni. Dia tidak percaya dengan agni waktu itu, dia salah. Karna jauh di dalam dirinya, dia sendiri pun tau, agni menyayanginya, hanya saja, dia tidak menanggapi perasaanya itu. Ya, kesalahpahaman belaka.

Aku hanya ingin kau tahu
Besarnya cintaku
Tingginya khayalku bersamamu
Tuk lalui waktu yang tersisa kini
Di setiap hariku
Di sisa akhir nafas hidupku

Aku hanya ingin kau tahu
Besarnya cintaku
Tingginya khayalku bersamamu
Tuk lalui waktu yang tersisa kini
Di setiap hariku
Di sisa akhir nafas hidupku

Namun sekarang, perjuangan beratnya sudah berakhir manis. Karna dihadapannya ini, perempuan yang amat dicintainya tersenyum manis padanya, hanya untuk dirinya. Yang selama ini ditunggunya, diharapkannya, diperjuangkannya, dan dimimpikannya.

Agni. pada akhirnya dia bisa memiliki agni, dan dia bahagia karena itu, benar-benar bahagia. Janjinya pada diri sendiri, bahwa dia akan selalu menepati semua janjinya pada agni juga selalu membuat agni dan netha bahagia.

Menjaganya, melindunginya, mengisi harinya, membuatnya tersenyum, dan menyenangkannya. Hanya itu yang bisa alvin lakukan untuk agni, untuk sekarang, dan selamanya.

TAMAT

Hasinuda in Love special part ALNI 4b

“agni!” teriak alvin marah, menghentikan langkah agni.

Agni diam di tempatnya, kaget dimarahin gitu. Ia menggenggam tangan ray begitu kencang, menahan tubuhnya yang jadi lemas, gak terima dimarahin. Ray memegang kedua lengan agni, menahannya agar tidak jatuh.

“ag, agni, udah, duduk dulu ya, badan lo jadi lemes gini,” bisik ray khawatir.

Agni menggeleng, mencoba menguatkan badannya kembali. “udah, jalan lagi,” pintanya. Ray mengangguk.

Alvin berdecak dan berlari ke belakang keduanya, melepaskan tangan agni yang menggenggam tangan ray. alvin menatap agni marah. Agni jadi merinding. Tiba-tiba tubuhnya jadi beneran lemas, hampir saja dia terjatuh kalau alvin tidak menahannya duluan.

“ag! Ag,” panggil alvin panik, takut agni kenapa-napa. ray membantu alvin mendudukkan agni di sofa. “agni, pusing ya? udah ya, jangan pergi makanya,” katanya khawatir.

Agni menggeleng pelan. “gak papa, Cuma kaget aja dimarahin gitu,” jawabnya, istirahat sejenak, memulihkan keadaannya.

“sori, aku janji deh ya gak bakal marahin kamu lagi,” kata alvin merasa bersalah.

“jadi aku boleh pergi sama ray?” tanya agni meminta ijin.

“gak usah lah ag, nanti kalo lo kenapa-napa gimana?” tolak ray tidak enak.

Alvin menoyor kepala ray. “enak aja lo nyumpahin dia kenapa-napa!” katanya kesal. “yaudah, boleh,” kata alvin setengah hati pada agni. agni tersenyum bersemangat. Alvinnya malah bete ngeliat si agni kesenengan.

“tapi jangan kelamaan! Trus jangan kecapekan! Kalo pusing bilang! Trus jangan deket-deket sama dia! terus..” belum selesai alvin menyebutkan pesannya, agni sudah menyelanya duluan.

“iya! Tau sih!” katanya. “yaudah, pergi dulu ya,” pamitnya, lalu langsung ngeloyor pergi bersama ray.

Alvin mendengus kesal setelah keduanya pergi. Sumpah! Bikin kesel setengah mampus! Aneh banget sih agni ngidamnya! Masa malah jalan sama cowok laen! Udah gitu temen deketnya lagi! pernah suka lagi! mana si raynya juga dulu cinta banget lagi sama si agni! ahh! Bikin kesel aja!

ngidamnya ngeraguin banget sih! ganjen amat, masa jalan ama cowok laen? Ih, gimana anaknya coba nanti? Nanti keganjenan lagi, amit-amit deh. moga aja anaknya bener, gak kayak mamanya ini yang euhh.. bisanya bikin dia sakit hati doang!

Alvin malah jadi uring-uringan sendiri nungguin agni sama ray pulang. Lama amat sih! udah 4 jam nih ditungguin gak pulang-pulang. Mana ditelponin gak diangkat lagi! bikin khawatir aja.

Sejam kemudian, agni pulang. Ia duduk di sofa. Kecapekan. Alvin yang melihat agni baru pulang langsung menuruni tangga cepat-cepat, menghampirinya. “sayang! lama amat sih! ngapain aja coba! Mana ditelponin gak diangkat lagi!” omel alvin, duduk di sebelah agni.

“berisik! Udah ah, capek, ngantuk!” kata agni cepat, biar alvin gak cerewet! Males banget dengerin omelannya, kayak yang bagus aja suaranya!

Alvin menatapnya kesal, ahh, rese banget sih si agni. kemudian alvin melipat kedua tangannya dan menatap lurus TV di depannya dengan kesal. “sana tidur! Gak usah peduliin aku! Tinggalin aja terus! pergi sono sama ray! yang lama! Selamanya aja sekalian!” alvin sudah benar-benar kesal, hingga tak menyadari apa yang diucapkannya. Dia Cuma ingin mengungkapkan kekesalannya.

Agni marah, gak tau apa alvin kalo dia lagi sensitif banget? Alvin ngusir dia nih? Oke! Yaudah, dia pergi! Pusing amat sih! “fine! Aku pergi kalo gitu!” agni berdiri, menatap alvin tajam, kemudian berjalan cepat keluar rumah.

Alvin jadi merinding. Dia gak nyangka agni marah. Emang tadi dia ngomong apa sih? dia aja gak tau. alvin berdiri, berlari kecil, menyamai langkah agni, dan menarik tangannya. “ag, sori. Kamu kenapa sih? kok mau pergi lagi? tadi katanya ngantuk?” tanyanya bingung.

Agni udah bener-bener kesel banget sama alvin. ia menepis tangan alvin. “gak usah peduliin gue! gue mau pergi! Rese banget sih lo!” alvin mencengkeram kedua bahu agni, menahannya pergi. Napa lagi sih? emang tadi dia ngomong apa ampe agni segini marahnya? Ampe lo-gue nya keluar lagi?

Agni meringis sakit. Alvin kencang sekali menahan bahunya. Sepertinya alvin belum menyadarinya. “al..vin.. sa..kit, le..pas..” katanya kesakitan.

Alvin tersadar, dan langsung mengendurkan cengkramannya, dia ngapain tadi? “ag, agni, kenapa? aduh, sori banget ya, aku gak nyadar. Tadi emang aku ngapain kamu? Trus aku ngomong apa sebelumnya?” tanyanya, mengusap lembut bahu agni, yang tanpa ia sadari, begitu kuat dicengkram olehnya.

Agni menatap alvin bingung. Lah, dia gak nyadar daritadi? Aneh. “tadi kamu kekencengan nahan bahuku, sakit banget. trus tadi kamu tuh ngusir aku tau gak sih! jahat banget!” jawabnya cemberut.

Alvin kaget sendiri dengernya, emang tadi dia gitu ya? jahat amat. Alvin kemudian menarik agni ke dalam pelukannya, mengusap lembut kepala agni. “aku gak tau, maaf banget deh tadi. Abisnya kesel banget. maaf ya,” kata alvin merasa bersalah. Dia benar-benar tidak sadar tadi.

Agni mengangguk setengah hati. dia masih kesal dengan alvin, tapi kalau alvin sudah memperlakukannya dengan lembut, dia jadi tidak bisa melawan. “maaf,” ulang alvin lagi, dengan tulus, tahu bahwa agni belum memaafkannya.

Agni melepaskan pelukan alvin, tersenyum dan mengangguk. Alvin membalas senyumannya dengan manis. “aku sayang sama kamu,” ucapnya sepenuh hati, menatap agni lembut.

“aku juga sayang sama kamu,” balas agni, membalas tatapan alvin, yang menurutnya, selalu bisa menghipnotisnya agar menjadi lembut juga. Alvin meraih satu tangan agni dan mengecupnya, menunjukkan rasa sayangnya pada agni.
***
Agni mengobrol dengan shilla, ify, dan dea di bangku panjang pinggir lapangan, sedangkan cakka, rio, iel, ray, dan zahra bermain basket, alvin malah sibuk sama kerjaannya di dalem rumah.

Agni berdiri, menghadap tiga temannya. “gue mau maen basket dulu ya,” pamitnya. Ketiganya bertatapan penuh arti, lalu menatap agni tajam.

“gak boleh!” larang ketiganya bersamaan.

Agni mengerutkan keningnya. “apa hak lo ngelarang gue?”

“hak kita? Emang gak ada! Tapi kalo lo mau maen, kita kasihtau kak alvin! biar lo dimarahin sama dia!” ancam ify sambil tersenyum penuh kemenangan. Dea dan shilla mengangguk setuju.

Agni berdecak kesal. “maenannya ngadu lo mah!” gerutunya. Ketiganya hanya tertawa saja.

Agni membalikkan badannya, menonton kelimanya yang sedang bermain basket. Dia ngiri, dia juga pengen maen lagi, kayak dulu. Tangannya udah ngegeremet pengen ngedribble bola, kakinya udah gak sabar buat lari-lari ataupun melompat. Tapi dia tahu, kondisinya gak memungkinkan sekarang, dia gak mau anak dia kenapa-napa.

Tiba-tiba bola basket terlempar kencang ke arahnya. Untung instingnya sebagai pemain basket membuatnya refleks menangkap bola tersebut. Agni sempat terhuyung beberapa langkah mundur, kuat sekali lemparan bolanya. “AGNI!” panggil cakka sambil berlari-lari dari tengah lapangan ke arahnya. “ag! Sori! Lo gak kenapa-napa kan?” tanyanya bersalah.

Agni menjatuhkan bola yang ditangkapnya tadi. Perutnya jadi sakit. “alvin.. panggilin alvin..” agni memegangi perutnya, sakit sekali. dia jadi takut kenapa-napa. Jangan sampai terjadi apa-apa dengan anaknya. Ify berlari memanggil alvin. shilla dan dea membantu agni duduk.

“ag, sori, gue gak sengaja ngelempar ke lo, sori banget,” cakka sudah ketakutan sekali. dia takut bayi dalam kandungan agni kenapa-napa.

Agni merintih kesakitan. Alvin berlari cepat, dia panik sekali mendengar agni tiba-tiba kesakitan. Alvin segera duduk disamping agni, menggantikan shilla. “ag! Kenapa? sakit?” tanyanya panik. Ia mengarahkan wajah agni ke hadapannya, pucat sekali.

Agni meletakkan satu tangan dan keningnya diatas pundak alvin, membuat wajahnya tertutupi rambutnya. Dia tidak mau yang lain melihatnya. Alvin mengusap-usap punggung agni, mencoba menenangkannya. “bisa tinggalin kita berdua dulu?” pintanya.

Semua mengangguk dan segera pergi meninggalkannya berdua, kecuali cakka. “vin, ag, gue minta maaf banget, gue gak sengaja ngelempar ke arah agni. gue minta maaf,” katanya merasa bersalah.

Alvin mengangguk dan melambaikan tangannya menyuruh cakka masuk, meninggalkannya. “tapi agni gimana vin?” dia takut sekali melihat agni kesakitan. Alvin menggeleng lalu menyuruh cakka pergi. Cakka mengangguk dan meninggalkan keduanya.

“ag, sakit? Ke dokter aja ya?” tanyanya lembut. Dia tahu agni kesakitan sekali, air matanya membasahi bahunya.

Agni menggeleng kecil. “gak usah. Udah gak kenapa-napa,” katanya, mengusap air matanya. Sesungguhnya perutnya masih sedikit, tapi dia gak mau liat alvin khawatir. lagipula dia rasa kandungannya tidak kenapa-napa, hanya sedikit kaget saja.

Alvin mengusap rambut agni. “beneran gak papa? Udah, ke dokter aja ya,” pintanya halus. Agni menggeleng. “yaudah, tapi laen kali harus bener-bener jaga diri ya kalo aku gak ada, jangan sampe kayak gini,” pesannya.

Agni mengangguk, menegakkan badannya, menghadap alvin. entah kenapa tubuhnya jadi terasa sangat lemas sekali. dia jadi kehilangan sedikit demi sedikit kesadarannya. “alvin.. vin, kok badanku lemes banget sih?” ucapnya heran, ia memegang bahu alvin sebagai titik beratnya untuk bertahan.

“hah? Ag! Ag! Kamu kenapa?!” tanyanya panik. Alvin memegang kedua lengan agni, menahan tubuh agni yang semakin lemas.

“hh.. gak tau.. pusing..” tubuh agni semakin lemas, dan tak sadarkan diri. Dia pingsan. Alvin segera menggendong badan agni dengan hati-hati dan membawanya ke kamar. Dia takut sekali.

Alvin membaringkan agni di tempat tidur, mengecek suhu badannya. Normal. Agni kenapa? alvin segera meminta dokter datang dan memeriksanya. Sementara dokter memeriksa, alvin menunggu diluar bersama yang lain.

Cakka benar-benar merasa bersalah, dia terus-terusan meminta maaf pada alvin. alvin hanya menanggapinya dengan senyuman tipis, dia tidak mendengarkan cakka sama sekali. seluruh pikirannya hanya penuh dengan keadaan agni sekarang. Alvin kemudian meminta cakka berhenti, ia berdoa semoga agni dan bayinya tidak kenapa-napa.

Alvin masuk ke kamar setelah mendengar penjelasan dokter. Ia duduk bersandar di kepala tempat tidur, di sebelah agni, menggenggam tangannya. Rasa cemas terus menghantui dirinya.

Agni menggerakkan tangannya, mulai sadar. “alvin,” panggilnya lemah.

Alvin tersenyum tipis. “ya, udah sadar?” tanyanya lembut. Agni mengangguk kecil.

“aku kenapa?” tanyanya bingung.

“kandungan kamu shock gara-gara tadi kamu nangkep bola yang kenceng banget,” jawab alvin pelan. Ia mengelus jemari agni yang digenggamnya dengan ibu jarinya.

“terus?” tanya agni khawatir.

“udah gak papa kok. Sekarang istirahat dulu ya,” pinta alvin.

Agni mendudukkan dirinya. “enggak ah,” tolaknya.

Alvin membelai rambut agni. “trus maunya?” tanyanya.

“gak tau, lagi gak mood aja. Istirahat mulu, bosen,” jawabnya cemberut.

“yaudah, kalo gitu sini aja ya,” alvin mendekatkan agni tepat ke sebelahnya, menyandarkan badan agni ke badannya, melingkarkan satu tangannya di perut agni dan satu lagi menggenggam tangan agni.

Agni tidak menolak, dia memang sedang ingin dimanjakan oleh alvin. “alvin, yang laen dimana?” agni gak enak juga kalo yang laen mereka tinggal.

“udah pada pulang kok,” jawab alvin, kemudian mengecup punggung telapak tangan agni.

Agni bergeser sedikit, menyamankan posisinya. “vin, aku kangen banget sama kamu,” ucapnya pelan.

Alvin memandangnya lembut, “sama,” kemudian mengusap pipi kirinya dan mengecup kepalanya begitu lama. “aku sayang sama kamu, selalu dan selalu,” katanya lagi.

Agni hanya tersenyum. “aku juga,” balasnya.

“aku seneng banget, bentar lagi kita punya anak. Kita jadi gak kesepian lagi deh. aku janji, kalo anak kita udah lahir, aku bakal ngejagain dia, ngelindungin dia, nyayangin dia, pokoknya sama kayak janji aku ke kamu,” kata alvin, mengalungkan kedua tangannya di leher agni.

Agni tersenyum kecil, menepuk lutut alvin. “jangan,” balasnya.

Alvin mengerutkan keningnya, tidak mengerti maksud agni melarangnya. “kok gitu?” tanyanya bingung.

“abisnya nanti kamu kelewat manjain dia, dia jadi nakal deh,” jawab agni sambil tersenyum.

Alvin tertawa kecil dan mengacak poni agni. “kirain apaan. Kalo aku yang manjain mah gak mungkin jadi nakal,” balas alvin lagi.

Keduanya terus mengobrol, tentang anak mereka nantinya. Yang kadang diselingi candaan dan tawa.
***
Beberapa bulan kemudian..

Senyum alvin terus merekah, begitu bahagia dirinya sekarang. Menatap bayi yang sedang digendongnya. Ya, bayi siapa lagi kalau bukan bayinya? Cantik sekali. putih, manis, dan lucu.

Alvin membuka pintu sebuah kamar rumah sakit. Alvin menghampiri orang yang sedang tertidur disana dengan penuh kegembiraan. Dia terlalu senang, sampai-sampai senyum tak mau lepas dari wajahnya.

Alvin menatap orang tersebut sejenak, kemudian mengecup kening orang itu. orang itu membuka matanya perlahan. Setelah melihat alvin dengan jelas, ia tersenyum, kemudian menatap bayi yang digendong alvin. ia mengangkat tangannya, kemudian mengusap kepala bayi tersebut dengan lembut.

“makasih ya sayang,” ungkap alvin dengan senyuman manis, kemudian mengecup kening agni.

Agni mengangguk kecil. “sini,” agni mengulurkan tangannya, ingin menggendong bayinya juga. Alvin memberikannya dengan hati-hati.

Tak perlu digambarkan, betapa bahagia dirinya. Tentu saja, sangat sangat bahagia, bisa melahirkan anak secantik ini, sungguh anugerah baginya. Dia bahkan sudah tak ingat dengan rasa sakitnya tadi, melihat anaknya sehat, bahagia, dan tersenyum, sudah membuatnya lupa dengan segala kesulitannya.

Alvin mencondongkan badannya ke arah agni dan bayinya. “cantik, kayak kamu,” puji alvin jujur.

Agni tersipu mendengarnya. “putih, mirip kamu,” balas agni. alvin hanya tersenyum menanggapinya. Keduanya terus menatap lekat bayi mereka yang sedang tertidur ini. seolah satu-satunya hal yang ada disana hanyalah anak mereka.

“mau kita kasih nama siapa?” tanya alvin, menatap agni. “olivia?” usulnya.

“gak! Kalo olivia kesannya anaknya rada gemuk gimana gitu. Apa ya?” komentar agni. hening. Keduanya berpikir.

“netha!” ucap keduanya berbarengan setelah memandangi bayi mereka, melihat semua lekuk wajahnya, mencari nama yang pas untuk karakternya nanti.

“yaya, netha, dari namanya aja udah keliatan kalo dia anaknya anggun, agak sedikit tomboy, manis, lucu, cerdas, dan..” belum agni selesai mengucapkan karakter nama netha, alvin sudah melanjutkannya sendiri.

“sedikit manja,” kata alvin sambil tersenyum penuh arti. Ya, mereka butuh sikap manja anak mereka pastinya.

“nethalni sindunata,” sebut alvin. agni mengangguk. Alvin mengelus pipi netha. Menggemaskan sekali.

Tiba-tiba pintu menjeblak terbuka. keduanya sontak menoleh ke arah pintu. Begitu melihat siapa yang datang, keduanya langsung berdecak kesal. “bisa pelan aja gak sih?” tegur alvin kesal.

Semuanya hanya cengengesan saja. “hehe, sori vin, ag,” kata iel, berjalan ke arahnya bersama yang lain.

“congrats ya lo berdua! Udah jadi ortu nih!” kata cakka, menepuk bahu alvin. keduanya hanya mengangguk dan tersenyum menanggapinya.

“namanya siapa?” tanya rio, menatap bayi keduanya.

“netha, nethalni sindunata,” jawab alvin pamer. Ketiganya membulatkan mulutnya dan mengangguk-angguk mengerti, kemudian menatap bayi alvin dan agni.

Shilla, ify, dea, dan zahray malah sibuk ngeliatin bayi keduanya. Berbagai pujian dan komentar terlontar dari mulut mereka. “lucu, gemesin, cantik, manis, imut.”

“bakalan gimana ya ni anaknya?” kata dea menebak-nebak, mencoba membayangkan.

“pasti manja! Pasti itu mah!” kata shilla buru-buru.

“iya tuh! Terus pasti dia lembut banget dah, kayak kak alvin,” kata ify sambil tersenyum.

“dia juga pasti rada tomboy gitu, sama tuh kayak agni!” kata ray ikut-ikutan.

“galak juga!” celetuk zahra ikut-ikutan juga, sukses membuat agni mendelik kesal padanya, membuatnya menundukkan kepalanya.

“gue doain tuh anak peka ya kayak kak alvin, gak kayak lo ag, ckck,” kata dea.

“terus aja sih! yang bagus-bagus nyebutnya dari alvin! gantian yang jelek-jelek dari gue!” katanya kesal. emangnya dia seburuk itu apa? Ampe-ampe gak ada yang bagus disebutin dari dia?

Semua menahan tawa. Alvin kemudian berbisik di telinga agni, namun menutupnya dengan telapak tangannya, agar tidak ada yang mendengar. “kamu? Baik, manis, cantik, anggun, mempesona, sabar, perhatian, penyayang. Sempurna. Kamu, sempurna bagiku. Jangan peduliin orang lain ya,” alvin menatapnya dan tersenyum. Agni membalas senyumannya.

“bisik-bisik apaan tuh?” tanya iel ingin tahu.

“rahasia,” balas agni. ia mengecup kening bayinya.

“eh vin, gue saranin, jangan terlalu manjain anak lo. nanti dia malah nakal lagi kalo udah gedenya,” peringat cakka.

Alvin memandang semuanya satu persatu, mereka mengangguk setuju. “kalo sama gue, gak akan jadi nakal,” kata alvin sok.

“terserah lo deh, anak anak lo ini, bukan anak gue,” timpal cakka kesal. alvin dan agni hanya cengengesan saja mendengarnya.
***
“alvin! nethanya jangan digendong mulu, nanti dia jadi manja!” seru agni yang duduk bersila diatas tempat tidur, menonton TV. Pasalnya, sejak sepulangnya dia dari rumah sakit beberapa minggu yang lalu, alvin jadi ngegendongin netha terus, bisa-bisa si netha nanti gedenya manja banget, si alvin manjain dia banget sih.

Alvin yang daritadi lagi asik bercanda sama netha, langsung manyun, cemberut. Dia kan pengen sama netha terus, gak ngerti amat sih. “netha sayang, nanti kalo udah gede jangan kayak mummy ya, galak gitu, ngatur-ngatur mulu, gak peka lagi,” bisiknya pada netha.

Agni menatap alvin kesal, kemudian berjalan ke arah alvin. “netha sama aku aja! Kamu mah bikin imageku buruk di depan netha!” agni mengambil netha hati-hati dan menggendongnya.

Alvin tersenyum menahan tawa. Lucu sekali sih agni. “makanya jadi orang tuh yang peka dikit, jangan galak-galak napa,” katanya.

Agni membaringkan netha di tempat tidur, tepat di sebelahnya, mengusap lembut kepalanya. “terserahlah. Males bantah kamu,” balasnya malas. “sayang, nanti kalo udah gede, jangan kayak daddy ya! Udah ngeresein, susah diatur, suka nyela mummy lagi! kamu gak boleh kayak gitu ya,” nasehat agni pada anaknya.

Alvin memutar bola matanya. Sama aja itu mah! Alvin duduk di sebelah netha yang satunya, sehingga netha diapit kedua orangtuanya. “nanti pokoknya netha harus kayak daddy! Perhatian, lembut, penyayang. Iih, kamu tuh lucu banget sih! gemes daddy sama kamu!” alvin jadi mencubit pelan pipi netha saking gemesnya.

Agni menatapnya kesal sekali. dicubit-cubit segala! Nanti kalo nangis gimana! Ia mengusap lembut pipi netha yang dicubit alvin tadi. “jangan nyubit-nyubit! Jangan keseringan gendong dia! jangan terlalu manjain! Jangan..”

“jangan sentuh aja sekalian!” potong alvin gedeg. Masa nyubit anaknya sendiri gak boleh?

“bukan aku yang bilang loh,” sahut agni jail. alvin jadi beneran kesal. ia menggendong netha dan membawanya keluar. Netha jadi menangis, gak mau digendong alvin.

“cupcupcup.. udah ya netha sayang, jangan nangis, cupcup..” alvin mencoba menenangkan netha yang terus menangis dengan menepuk-nepuk lengan netha pelan.

Agni segera keluar begitu mendengar netha menangis. Tepat didepan pintu, terlihat alvin yang sedang sibuk menenangkan netha. Agni mengusap lembut kepala netha dan menciumnya. “udah ya sayang, jangan nangis,” bujuk agni.

Tidak berpengaruh. “agni, gimana nih?” tanya alvin bingung.

“sini,” agni meminta netha dari alvin. alvin memberikannya dengan hati-hati. agni membawa netha yang mulai mereda tangisnya berbaring kembali di tempat tidur.

Tangis netha berhenti. Agni mengusap bekas air mata netha dengan telunjuknya. “udah, tidur ya sayang,” agni menepuk-nepuk dada netha dan mengusap kepalanya. Alvin hanya bisa memandanginya dengan kecewa, netha tidak mau digendong olehnya.

Alvin menatapi telapak tangannya, membalik-balikkannya. Apa ada yang salah dengan tangannya? Atau dengan sentuhannya? Kenapa netha menangis waktu digendong olehnya? Padahal biasanya juga tidak kenapa-napa.

Perlahan, netha mulai mau memejamkan matanya untuk tidur. Hingga akhirnya sekitar setengah jam kemudian, dia tertidur pulas. Agni tersenyum kecil. Lucu sekali anaknya kalau sedang tidur. Agni membalikkan badannya, mencari alvin.

“vin, napa masih disitu?” tegurnya heran. alvin terkejut tiba-tiba dipanggil. Kemudian duduk di sebelah agni.

“kok netha gak mau digendong sama aku sih?” tanyanya kecewa.

Agni menepuk-nepuk kepala alvin. “lagian kamu keseringan gendong dia kali, jadinya bosen,” jawabnya. Alvin mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.
***
Alvin mengecek keadaan netha di boks bayi. Kok netha belum bangun ya? biasanya jam segini udah bangun. Terlihat netha masih tertidur, namun badannya berkeringat dingin. Alvin menyentuh kening netha. Panas sekali. alvin jadi panik, dia memanggil-manggil agni.

Alvin mengendong netha, membaringkannya di tempat tidur. Ia mengelap badan netha yang berkeringat dan menggantikan bajunya. Agni mengecek suhu badan netha. Panas sekali. dia jadi panik. “netha, netha, bangun ya sayang,” panggil alvin cemas, menepuk dada netha pelan, membangunkannya.

Netha langsung terbangun dan menangis keras. Agni dan alvin menutup telinga mereka sedetik, kaget karna tangisannya kencang sekali. agni menggendong netha dan menepuk-nepuk lengan netha lembut. “ssttt.. netha, udah ya diem, jangan nangis terus,” bujuknya, menatap netha tidak tega.

Netha masih terus menangis. “cupcupcup.. netha sayang, jangan nangis ya, nanti lehernya sakit,” kata alvin yang masih panik. Alvin mengecup kening netha. Perlahan, tangis netha mereda, jadi sesenggukan kecil.

Agni membaringkannya di tempat tidur, membiarkan alvin menenangkannya dulu dan segera mengambil kompresan. Sekembalinya dia, netha sudah tenang, meskipun badannya masih tetap panas. Agni mengompres kening netha dengan air yang sedikit hangat dan menyelimutinya dengan selimut bayi.

Alvin menyiapkan makanan netha dan membawanya ke kamar. Agni memindahkan kompresannya dan menggendong netha. “netha, makan ya sayang,” kata alvin, menyuapi netha. Netha menurut, ia memakannya sambil terus memandangi wajah alvin yang cemas.

Netha tertawa kecil, lucu sekali suaranya. Alvin dan agni berpandangan bingung, kenapa tiba-tiba anak mereka jadi ketawa sendiri? Agni menggenggam jemari kiri netha. “netha sayang, kenapa ketawa? Apa yang lucu?” tanyanya lembut.

Netha malah menunjuk-nunjuk alvin. alvin jadi bingung kenapa dia diketawain. “netha, emang daddy kenapa? netha ngetawain daddy kenapa?” tanyanya.

“abisan mukamu lucu vin kalo lagi panik,” jawab agni yang sepertinya mengerti maksud netha.

Alvin mengerutkan keningnya. “lucu apanya! Orang panik sih dibilang lucu! aneh! Pantes aja netha ketawa sendiri! Nurun dari mummynya toh!” balasnya kesal. alvin meletakkan makanan netha di tempat tidur, kemudian melipat kedua tangannya di dada dan menggembungkan pipinya.

netha tertawa lepas. Agni dan alvin juga tertawa jadinya, gara-gara melihat netha yang lucu sekali kalau tertawa. alvin menggeleng-gelengkan kepalanya, “netha netha, lucu banget sih kamu, gemes deh,” kata alvin.

“netha, nanti kalo kamu udah gede, daddynya masih kayak anak kecil gini gayanya, omelin aja ya! jangan diketawain, hehe,” kata agni jail.

Alvin memajukan bibirnya, rese banget sih agni. “enak aja! Gak boleh! Gak sopan! pokoknya netha gak boleh ngomelin daddy! Agni! jangan bikin dia jadi jahat dong!” katanya kesal.

“netha, nanti kita sama-sama omelin daddy ya kalo daddy begitu! Gak pantes banget tau gak, masa udah jadi daddy tapi gayanya masih kayak anak kecil gitu? Malu-maluin kan ya?” sindir agni, tidak memedulikan kata-kata alvin sebelumnya.

Alvin mencubit pipi agni gemas. Agni mengusap-usap pipinya. “sakit weh,” katanya.

“biarin! Lagian rese banget sih jadi orang!” balasnya. “netha, mendingan nanti netha jangan kayak mummy deh, udah bawel, galak, suka ngatur-ngatur tapi susah diaturnya, suka nyindir, gak peka lagi! pokoknya kamu harus kayak daddy! Udah baik, manis, cakep, keren, pinter, multitalented, lembut, perhatian lagi!” nasehatnya pada netha.

Netha sudah hampir menangis lagi, takut sama orangtuanya, nyindir-nyindiran mulu. “hais, sayang, jangan nangis lagi. udah, cup, diem ya,” kata agni menenangkan netha.

“sayang, jangan nangis lagi. jelek tau kalo nangis, senyum aja ya,” rayu alvin sambil tersenyum. Netha tersenyum, seolah mengerti yang diucapkan mummy and daddynya ini.

“ih! netha pinter deh! udah ngerti ya apa yang mummy sama daddy omongin?” tanya agni dengan nada seperti anak kecil.

Netha menggerak-gerakkan bibirnya, seolah mau berbicara, namun tak tau apa yang mau dikatakan, sehingga hanya terdengar seperti kekehan. “netha mau ngomong ya? nanti daddy sama mummy ajarin ya. sekarang netha tidur lagi ya,” kata alvin sambil mengelus pipi netha.

Seperti benar-benar sudah bisa memahami maksud alvin, netha menurut, dia langsung memejamkan matanya untuk tidur. Alvin dan agni tersenyum, hebat sekali sih anak mereka ini, udah ngertiin apa yang mereka mau.
***
Anak perempuan berumur 2 tahunan berlari kecil di kamar, menghampiri mummynya yang lagi siap-siap kuliah, sama daddynya yang lagi siap-siap ngantor. “mummy,” panggilnya manja, berdiri di samping mummynya yang lagi ngerapiin penampilan daddynya.

“ya, kenapa sayang?” balas agni tanpa memandang anak itu sedikitpun.

Anak itu cemberut. “daddy,” panggilnya lebih manja. Alvin menatap anak itu, kemudian menggendongnya dengan satu tangan. “kenapa sayang?” tanyanya lembut. Agni beralih menyiapkan tasnya.

“daddy, main,” pinta anak itu.

“yah, gak bisa sayang, daddy mau ke kantor dulu,” balas alvin, menepuk-nepuk punggung telapak tangan anak itu.

“mummy,” harapnya.

“mummy juga gak bisa netha sayang, mummy mau kuliah dulu. Netha main sama aunty shilla dulu ya?” kata agni, berharap netha mengerti.

Netha mengerutkan keningnya. Lucu sekali kelihatannya. “aunty shilla? gak mau. Maunya aunty ify,” katanya.

Alvin tersenyum dan mengacak-acak poni netha. “yaudah, sama aunty ify ya. nanti netha bisa main sama dede calyssa deh,” katanya senang.

Netha mengangguk. “daddy sama mummy kapan main sama netha? Netha bosen,” keluhnya.

Agni dan alvin jadi merasa bersalah. Gara-gara kesibukan mereka, netha jadi terabaikan. Agni membelai rambut netha dengan lembut. “maafin kita ya sayang, kita janji deh bakal nemenin kamu seharian,” janjinya.

“kapan?” tanya netha tidak yakin. Habisan, mummy and daddynya ini sibuk gak kira-kira, dia jadi dicuekkin.

“emm.. minggu ini, kita jalan-jalan ya?” jawab alvin tanpa berpikir panjang.

Agni menatap alvin, mengisyaratkan bahwa alvin kan sebenarnya tidak bisa. Alvin menggelengkan kepalanya, dia akan membatalkan semua janji hari itu, biar netha bisa seneng. Netha jauh lebih penting dari kerjaannya.

“iya netha, hari minggu ini ya,” janji agni juga. Netha tersenyum dan mengangguk.

“yaudah, kita anterin kamu ke rumah calyssa,” alvin menurunkan netha, membiarkannya berlari kecil ke luar.

“netha! Hati-hati di tangga!” peringat agni. netha berhenti dan mengangguk cepat, lalu berlari lagi. agni hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya ini.
***
Netha berlari ke ruang tamu ify dan cakka. “calyssa,” panggilnya. Dia berjalan menuju calyssa, adik sepupunya yang sedang duduk di karpet, memain-mainkan keyboard kecil di hadapannya.

Calyssa, anak ify dan cakka yang baru berumur satu tahun. Cantik, manis, lucu, menarik. Masih kecil aja insting musiknya udah tinggi. Salut sama cakka dan ify yang ngajarin anaknya bermusik dari masih bayi.

“netha! Jangan lari-lari!” teriak agni dari depan.

“ag, bisa pelan dikit gak sih? jangan tereak-tereak napa?” sahut ify dari dalam, menggosok-gosok telinganya.

Agni hanya cengengesan saja. “sori deh. eh, nitip netha ya!” katanya. Ify hanya mengangguk. “gak enak nih gue, jadi sering nitipin netha ke lo sama cakka,” katanya tidak enak.

“ya elah ag! Bagus lagi lo nitipin netha ke kita, jadi calyssa ada temennya,” kata ify, menaik-turunkan alisnya dan tersenyum. Agni berasa de javu nih, kayak waktu gita nitipin ourel ke dia deh.

“cakka mana fy?” tanya alvin basa-basi.

“udah pergi duluan,” jawabnya. “kak, ag, lo berdua perhatiin si netha dong, kasian dia, kayaknya kurang perhatian deh dari lo berdua,” saran ify perhatian.

Keduanya menatap netha yang lagi asik bermain dengan calyssa, lalu mengangguk. Sepertinya sikap mereka keterlaluan pada netha, jangan sampai netha jadi kekurangan kasih sayang mereka. Alvin paling gak mau itu, dia tahu rasanya bila kurang kasih sayang, sakit sekali, dia gak mau sampe anaknya sama kayak dia.

“thanks ya fy, udah peduliin netha. Kita bakal lebih peduliin dia kok,” kata alvin. ify hanya tersenyum menanggapinya. “duluan ya fy,” pamitnya, menggandeng tangan agni dan keluar.

Ify menggelengkan kepala pelan melihatnya. Ya ampun, awet banget sih mereka, gak abis-abis mesranya. Ckck.. salut deh ngeliatnya. Udah berapa tahun tuh mereka married? Mana dari muda banget lagi, gak bosen apa ya? pikir ify.

Ify mendekati calyssa dan netha, duduk disebelah mereka. “calyssa, netha, main piano aja yuk,” ajak ify. keduanya menggeleng. “loh, kok gak mau?” tanyanya heran, biasanya pada mau tuh.

“basket, main basket,” kata netha semangat. Calyssa menganggukkan kepalanya.

Ampun deh si netha, semangat banget kalo disuruh maen yang olahraga begitu, dicekokkin olahraga terus sih sama kak alvin sama agni. mendingan anak gue deh, maenannya ama musik, biarpun suka basket juga sih, batin ify.

“yaudah, ayo kita main basket,” ify berdiri dan menggandeng kedua tangan anak itu, membawanya ke lapangan basket di halaman rumahnya. Kemudian mengambil bola, dan mengajak keduanya bermain.
***
“mummy, daddy, netha mau main sama yang lain,” pinta netha begitu melihat mummy and daddynya sibuk depan laptop masing-masing. Mummynya di tempat tidur, sedangkan daddynya di meja kerja.

“sama?” tanya agni, melirik netha sebentar kemudian beralih ke laptopnya lagi.

Netha cemberut, mummynya tidak peduli dengannya sepertinya. “sama calyssa, silvia, gandhi, juga sama chrisiel,” jawabnya pelan.

“yaudah, mummy telponin ya, nanyain bisa gak main sama kamu,” agni mengambil hapenya dan menghubungi mereka satu-persatu. “bentar lagi juga mereka dateng,” katanya setelah selesai menelepon.

Netha menatap kesal mummynya. Benar kata daddynya, mummynya gak peka sama sekali! masa dia dianggurin terus? kok bisa sih daddynya mau sama mummynya ini?

Netha beralih ke dekat alvin. “daddy,” panggilnya manja. Alvin langsung mendudukkan netha di pangkuannya.

“kenapa sayang?” tanyanya sambil tersenyum. Satu tangannya memeluk netha, sedangkan yang satunya masih sibuk buat ngetik.

Netha menatap daddynya senang. Daddynya selalu perhatian padanya. “netha sayang daddy,” katanya, lalu sedikit berdiri, mengecup pipi daddynya. Alvin tertawa kecil, mengacak-acak poni netha. “daddy juga sayang sama netha,” balasnya mengecup kepala netha.

“kok ke mummy gak?” tanya agni iri.

“mummy gak peduli sama netha. Netha kesel sama mummy,” kata netha kesal.

Agni berdecak. Alvin mengusap-usap kepala netha. “netha, gak boleh gitu. Gak boleh kesel sama mummy. Sayangin mummynya ya,” katanya mengajari netha. Netha mengangguk mengerti.

Netha turun dari pangkuan alvin dan berlari kecil ke arah agni. “kenapa? tadi katanya kesel sama mummy!” kata agni ketus.

Netha takut dimarahin mummynya, dia hampir menangis. Dia mendorong tangga kecilnya untuk naik ke atas tempat tidur, kemudian duduk di sebelah mummynya, menatapnya. “netha sayang sama mummy. Mummy jangan marah sama netha. Netha minta maaf,” katanya takut-takut. Berharap mummynya mau memaafkannya.

Agni menatapnya dingin. Netha sudah ketakutan sekali, dia menangis. Belum pernah dia melihat mummynya menatapnya seperti ini. Alvin menatap netha tidak tega. Tega banget sih agni ngerjain netha sampe begini. “mummy gak sayang sama netha,” kata agni dingin, kemudian beralih kembali ke laptopnya.

Tangis netha semakin kejer saja, ia merangkak ke arah bantal kepala di belakang agni dan tengkurap, melipat kedua tangannya, dan membenamkan wajahnya. Dia menangis sesenggukan. Agni tersenyum kecil melihatnya.

Hati netha sakit begitu mendengar mummynya tidak sayang lagi sama dia. dia sangat-sangat takut, dia gak mau kehilangan mummynya. Apalagi alvin, mendengar agni berkata seperti itu pada netha membuat hatinya sakit juga. Keterlaluan banget sih agni.

“AGNI!” marah alvin. agni menatapnya kesal, selalu saja mengganggu acaranya ngisengin netha.

“diem!” balas agni cukup keras, membuat netha semakin kencang nangisnya. Dia jadi merasa gara-gara dia orangtuanya jadi marahan.

Alvin beranjak dari tempat duduknya dan duduk di samping netha, mengusap punggungnya. “netha, udah ya sayang,” bujuknya lembut.

Netha tidak mempedulikannya. “mummy jahat sama netha! Mummy gak sayang sama netha!” teriak netha sesenggukan. Dia masih terus menangis.

Alvin mengangkat netha, memeluknya. “AGNI! Keterlaluan!” marahnya lagi pada agni. benar-benar kelewatan si agni ini, tega banget sama anak sendiri, ampe nangis ketakutan begini.

“daddy.. mummy benci netha.. mummy gak sayang netha.. netha takut sama mummy..” adu netha sesenggukan.

“agni, jangan gini dong! Gak lucu tau!” alvin sebenernya gak mau marah sama agni, tapi agninya duluan yang mulai.

Agni berdecak kesal. lalu memindahkan netha yang ada dalam pelukan alvin, mendudukkannya di paha kanannya, tangan kanannya menjaga netha agar tidak jatuh. “diem!” katanya galak pada netha.

Netha masih terus menangis. Mummynya galak sekali padanya. “cengeng! Mummy gak mau punya anak cengeng!” omel agni. netha segera menghapus air matanya cepat-cepat, berhenti menangis, kemudian menatap mummynya takut.

Agni menggedong netha dengan satu tangan dan tersenyum. Netha senang, senyum ini yang mau dia lihat dari mummynya, senyum yang lembut dan manis, bukannya galak. “mummy juga sayang sama netha, selalu sayang. Maafin mummy ya,” kata agni lembut dan jujur, kemudian mengecup kepala netha.

Netha memeluk leher mummynya erat. Senang karna mummynya masih sayang sama dia. ia mengangguk. “peluk,” katanya manja. Agni tertawa kecil dan memeluk netha. Alvin hanya menggelengkan kepala melihatnya. Ampun deh si agni, bikin anaknya takut aja.

Agni mengusap-usap rambut netha. “udah ya sayang. Udah ditungguin tuh dibawah,” katanya, melepaskan pelukannya, kemudian menghapus sisa air mata netha dengan telunjuknya. Netha mengangguk bersemangat.

Agni menurunkan netha, membiarkan netha berlari kecil menghampiri sepupu-sepupunya. Netha suka sekali berlari. “netha, udah mummy bilang kan, jangan lari-lari mulu, nanti jatoh!” peringat agni.

Netha mengajak calyssa, silvia, gandhi, dan chrisiel bermain bersamanya di gazebo. Banyak sekali mainannya yang ditaruh disana. Agni, shilla, ify, dan dea membantu anak mereka naik ke gazebo yang lebih tinggi dari mereka.

Sementara anak mereka bermain, keempatnya mengobrol. “udah lama kita gak ngobrol kayak gini, berasa udah lama banget,” kata agni kangen.

“ya iyalah! Lo sama kak alvin kecepetan married, kecepetan punya anak, jadinya kan kita jarang ngobrol!” sahut dea. Ify dan shilla mengangguk setuju.

“jeuh.. udahlah, jangan dibahas. Eh de, enak lo anaknya kembar tapi cewek cowok, gak ribet bedainnya. Gue kadang mikir, gimana mami bedain mereka berempat ya?” kata agni lagi.

“aih-aih, kata lo gampang, hah?! Susah lagi! kadang mereka suka ngerjain gue, pada pura-pura jadi kembaran yang satunya!” curhat dea jengkel. Ketiganya hanya membulatkan mulutnya.

“gue tau dink gimana mami bedainnya, gak susah amat ah. Kalo kak iel sama rio kan mirip tuh, paling bedainnya gini aja. Kalo kak iel, pasti tampangnya semangat banget, leader banget tampangnya. Kalo rio, lembut banget dah mukanya, terus kepancar aura perhatiannya dia,” jawab shilla menerka-nerka.

“kalo cakka sama kak alvin, ya gampang banget lah bedainnya! Yang satu kayak orang jepang gitu, yang satu kayak orang korea. Tapi kalo dilihat sekilas, mereka tuh mirip banget loh,” jawab ify. agni hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

“mami, turun. Silvia, main.. petak umpet,” kata silvia, anaknya rio dan shilla dengan kata-kata yang masih berantakan.

Shilla mengangguk dan menurunkannya. Yang lain pun ikut menurunkan anak mereka. “hati-hati ya sayang,” katanya sambil menepuk kepala silvia. Silvia mengangguk dan tersenyum, kemudian berlari mengikuti yang lain.

“anak lo cantik shil, mirip banget sama lo,” puji agni. shilla hanya tersenyum.

“iya, udah gitu lembut banget lagi. hadeuh.. kayak kak rio banget,” tambah ify.

“asal jangan jealousan aja kayak maminya,” sindir dea bercanda.

“anak lo juga, gue doain gak terlalu sabar kayak mamanya ini. mau jadi apa ni dunia kalo orangnya kelewat sabar kayak lo,” balas shilla. dea hanya tertawa kecil menanggapinya.

“haha.. anak gue dong,” pamer ify bangga.

“jangan irian berat kayak mamanya!” tukas ketiganya sambil tertawa. ify ikut tertawa. keempatnya bercanda dengan gembiranya, seperti dulu.

Hasinuda in Love special part ALNI 4a

SPECIAL PART ALNI IV: Our Biggest Happiness

Alvin sudah keluar dari rumah sakit dan menjalani kehidupannya seperti biasa. Beruntungnya, dia tidak perlu meminum obat-obatan lagi karna sudah diterapi di rumah sakit kemarin ini.

Alvin tiduran di rerumputan halaman belakang dengan menekuk satu kakinya. Sedangkan agni, sedang sibuk baca novel di sebelahnya, agak jauh. Alvin bosan memain-mainkan hapenya, ia menatap agni yang lagi serius baca. Rasanya dia selalu kangen dengan agni, biarpun agni selalu bersamanya. Ia tersenyum, lalu menarik pelan kunciran rambut agni.

Agni tidak menyadarinya, saking sibuk baca. Alvin menatapnya kesal, walaupun dia tahu, agni tidak melihatnya, karna membelakanginya. Alvin menarik bahu agni dengan tangan kirinya, membuat agni bersandar di dadanya.

“apa sih vin? gak liat apa gue lagi baca?” tanya agni tanpa mengalihkan pandangannya dari novel yang dipegangnya.

Alvin membelai rambut agni dengan tangan kanannya, menatap lembut wajah agni. wajah yang selalu ada dalam bayangannya, dalam pikirannya, dalam hatinya. Alvin berhenti membelai rambut agni, telunjuk kirinya mengikuti lekuk wajah agni, kemudian menurunkan telunjuknya dari kening agni, ke hidungnya, lalu sampai ke bibirnya.

Agni menepis tangan alvin kasar. “liat gak sih gue lagi baca! Gangguin aja!” katanya kesal, merasa terganggu.

Alvin menarik tangannya, kecewa agni menolaknya. “oke, gue gak ganggu,” katanya.

Agni memiringkan kepalanya menghadap alvin. alvin menatapnya kangen. Agni menutup bukunya dan menyingkirkannya. “alvin, sori, gue gak bermaksud kasar sama lo,” katanya meminta maaf.

Alvin mengedipkan kedua matanya agak lama, menggantikan anggukan kepalanya. Ia membelai rambut agni lagi. “jangan baca lagi,” pintanya ketika agni mau mengambil bukunya lagi. agni menurut, ia menarik kembali tangannya.

Agni memejamkan matanya, mendengarkan detak jantung alvin, yang beruntungnya masih bisa dia dengar sampai sekarang. “gue sayang sama lo,” kata agni.

“gue juga sayang sama lo ag, sayang banget,” balas alvin. agni tersenyum. Lagi-lagi, alvin mencurahkan perasaannya melalui lagu, yang dinyanyikannya.

If I had to live my life without you near me
The days would all be empty
The nights would seem so long
With you I see forever oh, so clearly
I might have been in love before
But it never felt this strong

Our dreams are young and we both know
They’ll take us where we want to go
Hold me now, touch me now
I don’t want to live without you.

Nothing's gonna change my love for you
You oughta know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I’ll never ask for more than your love.

Nothing’s gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
The world may change my whole life through but nothing’s gonna change my love for you.

If the road ahead is not so easy
Our love will lead the way for us like a guiding star
I’ll be there for you if you should need me
You don’t have to change a thing
I love you just the way you are.

So come with me and share this view
I’ll help you see forever too
Hold me now, touch me now
I don’t want to live without you.

Nothing's gonna change my love for you
You oughta know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I’ll never ask for more than your love.

Nothing’s gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
The world may change my whole life through but nothing’s gonna change my love for you.

Alvin mendudukkan dirinya, membuat agni juga duduk, menghadap alvin. Alvin mengecup kening agni. Agni tersenyum dan menepuk-nepuk pipi alvin. Kemudian menyandarkan setengah badannya di kaki alvin yang ditekuk.

“ag, kalo orang laen tuh makin lama makin bosen sama pasangannya, kok gue enggak ya? Gue malah makin lama makin sayang sama lo,” ungkapnya.

“ngegombal lo? udah gue bilang kan, kalo lo ngegombal, gak bakal ngaruh sama gue!” katanya ketus.

Alvin menatapnya heran. “siapa yang ngegombal? Orang beneran kok, emangnya lo gak percaya?”

“enggak!” jawab agni asal. Alvin langsung memeluk agni setelah mendengar jawabannya.

Alvin tidak mengatakan apapun, dia hanya memeluk agni, sangat lama. Agni sendiri jadi bingung, biasanya alvin akan mengucapkan sesuatu, tapi ini gak sama sekali. “alvin,” panggilnya. Alvin tidak menjawab.

Alvin mengecup pipi agni, dan berbisik, “rasa sayang gue terlalu besar ke lo, agni.”

“iya, udah ah, lepas,” agni melepaskan pelukan alvin.

Tiba-tiba seorang anak perempuan kecil berumur lima tahunan berlari ke arah mereka. “ourel!” teriak seorang perempuan dari pintu belakang.

Agni dan alvin refleks melihat ke arah anak kecil itu. “ourel!” agni meregangkan tangannya, membiarkan anak kecil bernama ourel itu memeluknya.

“ourel! Hati-hati!” teriak perempuan itu khawatir, menghampiri alvin dan agni.

“kak gita!” kata alvin senang. “kak, mau nitipin ourel lagi ya?” tanyanya antusias.

“iya, sori ya vin, ag, jadi ngerepotin,” katanya tidak enak. Ia duduk disamping alvin.

“gak ngerepotin kok kak! justru agni seneng, jadi ada temennya!” jawab agni, sambil bercanda dengan ourel.

“iya kak! gak ngerepotin sama sekali! emangnya mau kemana kak?” tanya alvin.

“itu, mau ke bandung dulu sama irsyad, urusan kerjaan, gak mungkin bawa ourel kan?” jawabnya. “gak enak nih, jadi gangguin kalian,” tambahnya.

“elah kak, gak gangguin kok. Gak enakan amat sih jadi orang! Kalo perlu sering-sering nitipin ourel sama kita! Jadi anak kita aja sekalian,” kata alvin seneng.

“ag, gantian dong,” pinta alvin. agni dengan terpaksa membiarkan ourel bermain bersama alvin. padahal dia seneng banget sama anak kecil.

“enak aja jadi anak kamu! Makanya, cepetan punya anak,” kata gita enteng.

“kak, jangan ngomongin itu, nanti dia marah,” bisik alvin.

“oops, sori, gak maksud. Udah deh ya, kakak tinggal, udah ditungguin sama irsyad nih! Ntar malem kakak jemput dia!” katanya sambil berjalan pulang.

“ourel, sini yuk, maen basket sama aunty,” ajak agni sambil menarik tangan ourel dari alvin.

“ih, lagi maen sama gue juga! Jangan ourel, ourel maen sama uncle aja ya, kita berenang aja yuk!” ajak alvin, menarik tangan ourel yang satunya.

Ourel bingung, ia menarik kedua tangannya. “ourel gak mau maen sama uncle sama aunty! Ourel mau maen sendiri!” katanya, lalu berjalan ke arah taman bunga white lily.

Alvin dan agni mengerutkan keningnya. “elo sih!” kata agni kesal sambil menunjuk alvin.

“heh! Gara-gara lo tau, dia jadi gak mau maen sama gue!” balasnya.

“rese lo!”

“lo lebih rese!”

“tau ah! Males gue berantem sama lo!” bisa gak slesai-slesai kalo berantem sama alvin.

Jadinya, keduanya hanya memperhatikan ourel main sendirian. Daritadi ourel nolak terus diajakin maen apapun sama mereka.

Agni menekuk kedua lututnya, dan memeluknya. “ourel lucu banget sih. masa gak mau gue ajak maen, padahal kan gue bosen maen sama lo mulu,” keluhnya.

Tadiannya alvin mau membalas ucapan agni, tapi dia langsung mengurungan niatnya, karna sudah berjanji gak akan ngomonginnya dulu. Padahal tadi dia mau bilang, “kalo gitu lo kasih gue anak dong ag” tapi gak jadi. “hmm.. anak gue bakal selucu ourel gak ya nantinya?” tanyanya iseng.

Agni tidak menjawabnya. “woy! Jawab kek!” kata alvin kesal.

Agni memandangnya kesal. “lo bilangnya anak lo! bukan anak kita! Ngapain gue jawab!” balasnya sewot.

Alvin mengacak rambut agni dan mencium pipinya. “ya anak kita lah! emangnya gue sama siapa lagi coba?” katanya gemes.

“oh, kirain. Ya gue gak tau lah! udah! Jangan dibahas!” alvin tertawa kecil melihat agni yang selalu menghindar membicarakan ini.
***
Alni, cafy, yeldea, yoshill, dan zahray hari ini mau jalan bareng. Mereka memutuskan untuk jalan ke sebuah taman yang cukup besar, yang dekat danau dan hijau.

Ray menarik tangan zahra ke suatu tempat, ke tengah-tengah taman, dekat air mancur. Cafy, yoshill, yeldea, dan alni yang tahu apa yang akan dilakukan ray hanya diam, menonton.

Ray berdiri berhadapan dengan zahra. Ia menggenggam kedua tangan zahra, dan menciumnya. Zahra blushing, namun segera menyembunyikannya. Ray menatap zahra begitu lembut, yang menurut zahra, tatapan yang biasa dia tunjukkan pada agni.

“zah, jujur aja, gue sayang sama lo. lo mau gak jadi cewek gue?” tanya ray to the point.

Zahra tampak berpikir. “tapi lo masih sayang sama agni kan?” tanyanya. Dia tidak mau nanti jadi pelampiasan ray saja.

“enggaklah zah! Dia udah punya alvin. dan gue sadar, kalo ada cewek yang lebih baik dari dia, ya yang ada dihadapan gue sekarang. Gue tulus sayang sama lo, lo mau kan jadi cewek gue?” jawab ray, berharap zahra mau menerimanya.

Zahra menganggukkan kepalanya. “gue mau,” jawabnya mantap. Ray langsung memeluknya, senang sekali.

“thanks ya zah, gue janji gak akan nyia-nyiain lo,” kata ray. zahra tersenyum dan mengangguk.

“gak seru ah, terlalu to the point,” komentar alvin kecewa.

“emangnya waktu itu lo enggak apa?” tanya agni heran.

“hehe..” alvin hanya cengengesan saja.

“congrats ya buat lo berdua! PJnya dong!” tagih shilla antusias. Yang lain mengangguk setuju.

“yaudah! Lo semua terserah deh mau beli apa aja, nanti gue yang bayar!” katanya. Semuanya langsung bersorak senang.
***
Kesepuluhnya menonton karnaval yang sedang berparade di sepanjang taman. Agni yang mulai bosan memilih untuk melihat-lihat ke sekitar. Pandangan agni berhenti di sebuah titik. Seorang anak laki-laki kecil sedang menangis kencang. Tidak ada yang memperhatikannya, semua sibuk melihat pawai tersebut.

Agni menghampirinya, berjongkok dan mengusap kepalanya. “dek, adek kenapa? jangan nangis ya, ini kakak punya coklat, tapi jangan nangis ya,” kata agni lembut, merogoh tas kecilnya, mengambil sebatang coklat dan memberikannya pada anak itu.

Anak itu mengambilnya, tangisnya perlahan berhenti. “gitu dong, anak baik, namanya siapa?” tanyanya, mengusap bekas air mata anak itu.

Anak itu menatap agni, kemudian membuka coklatnya, memakannya. “bastian,” katanya, coklatnya belepotan di bibirnya.

Agni tertawa kecil. “kok tadi nangis? Mamanya mana?”

Bastian menggelengkan kepalanya. “gak tau,” katanya hampir menangis lagi.

“cup.. cup.. jangan nangis lagi ya,” kata agni. anak itu menurut. Agni tersenyum.

“sayang,” panggil alvin. tidak ada jawaban. alvin menoleh ke sebelahnya. “loh, ag, Agni,” panggil alvin celingukan, agni tidak ada disampingnya. Gak ada. Kemana sih? alvin mencari-cari agni. ia berbalik ke belakang. melihat agni ada di dekat bangku taman, bersama seorang anak kecil.

Alvin menghampiri mereka. “sayang, anak siapa nih?” tanyanya. “lucu, ampe belepotan gitu makannya,” komentarnya. Alvin mengeluarkan saputangannya dan membersihkan mulut anak itu.

“gak tau, tadi dia nangis, gue kasih coklat aja,” jawab agni. “namanya bastian,” tambahnya, mengerti tatapan bertanya alvin.

“bastian, kakak gendong mau gak?” tanyanya. Bastian mengangguk. Alvin tersenyum dan langsung menggendongnya dengan satu tangan.

“vin, anak orang lo gendong aja, nanti dimarahin mamanya lo!” peringat agni, berdiri.

“biarin, lagian kasian dia sendirian,” balas alvin.

Agni menggeleng-gelengkan kepala melihatnya. Alvin sama saja seperti dirinya, sama-sama seneng sama anak kecil. “lo lucu vin,” katanya. Alvin hanya tersenyum menanggapinya.

Melihat alvin yang selalu sayang sama anak kecil membuat agni semakin sayang saja dengan alvin. alvin memang kesulitan menyalurkan rasa sayangnya sampai-sampai malah kemakan sama dia sendiri, jadi stress sendiri. Alvin. dia perhatian banget sama anak kecil, sayang banget.

Agni tiba-tiba mengecup pipi alvin. alvin menatapnya, bingung. “gak papa, gue Cuma gemes aja ngeliat lo demen banget sama anak kecil,” kata agni. alvin tertawa kecil mendengarnya.

“bastian!” seru seorang ibu-ibu, berlari ke arah mereka. “bastian! Kamu gak papa nak?” tanyanya khawatir. “makasih ya nak udah jagain bastian,” alvin menyerahkan bastian ke ibu-ibu itu. Ia terus menatap bastian tidak rela.

“iya bu, ibu mamanya? Tadi dia nangis disini, ditanyain tapi gak tau,” jawab agni. ibu itu mengangguk dan tersenyum.

“sekali lagi makasih ya nak. Kita duluan ya. ayo bastian, dadah sama kakaknya,” kata ibu itu. bastian melambaikan tangannya kearah alvin dan agni.

Keduanya membalasnya. Kemudian ibu itu membawa bastian pergi. Alvin malah jadi murung, gak rela ngelepas bastian. “alvin, udahlah, toh lo bukan siapa-siapanya sih,” kata agni.

“tapi gue mau sama dia,” balasnya kepengenan. Agni memeluk lengan alvin.

“sayangnya gak mungkin! Udahlah, jangan ditekuk gitu dong mukanya. Kita jalan lagi yuk,” ajak agni. alvin masih diam di tempatnya. “alvin, gue tau lo sayang banget sama anak kecil, tapi jangan segitunya dong, anak orang maen lo samber aja,” kata agni lagi.

Alvin menghela napas. “ayo,” ajaknya. Agni tersenyum kecil. Dia tahu alvin pengen banget punya anak, tapi kan mereka masih sekolah.
***
Cakka dan ify duduk di bangku taman. Sedaritadi hanya diam saja yang dilakukan keduanya. Cakka melingkarkan tangannya di pinggang ify dan membelai rambutnya.

“fy, lo bosen? Tunggu bentar ya,” pamit cakka pada ify. ify menatap punggung cakka yang semakin menjauh dengan bingung. Mau ngapain dia? malah ditinggal.

“ditinggal gue,” gerutu ify kesal. ia melipat kedua tangannya di dada dan memejamkan matanya, menunggu cakka kembali.

DUKK! Kepala ify seperti membentur sesuatu yang ringan. Seperti.. balon? Ify membuka matanya. Kepalanya mundur sedikit begitu melihat belasan balon ada di hadapannya.

“suka gak fy?” tanya cakka dari balik balon-balon tersebut. Ia mengesampingkan semua balonnya, hingga wajahnya terlihat oleh ify.

“buat apa balon? Lo kira gue anak kecil?” tanya ify heran.

“jeh, bukannya gitu. Lo bosen kan diem mulu? Kita bagiin aja balonnya ke anak-anak kecil di sekitar sini, gimana?” ajaknya sambil tersenyum.

Ify tersenyum dan mengangguk. “mau!” katanya antusias. Cakka mengulurkan tangannya pada ify. ify menerimanya.

Kemudian mereka sibuk membagi-bagikan balon pada anak kecil disana. Menyenangkan sekali. cakka sungguh baik.
***
Rio dan shilla, keduanya sedang kejar-kejaran. Tawa dan canda mengikuti gerakkan kaki mereka yang terus berlari.

“rio! udahan ah! Capek!” kata shilla, menghentikan acara kejar-kejarannya. Rio ikut berhenti, duduk di sebelah shilla.

“makanya shilla jangan lari mulu, capek kan!” kata rio.

Shilla tidak menanggapinya, ia melayangkan pandangannya ke sekitar. Ada cakka sama ify. lagi bagi-bagiin balon? “yo! Itu kak cakka sama ify kan? lagi ngapain tuh? Bagi-bagiin balon?” tanya shilla heran, menunjuk cakka dan ify.

Rio mengikuti telunjuk shilla. “iya. Kayaknya sih gitu, shilla mau juga? Tapi jangan balon, mawar aja, buat pasangan-pasangan lain, gimana?” ajak rio. shilla mengangguk setuju, kemudian mengikuti rio.

“nih buat shilla! rio sayang sama shilla!” rio memberikan mawar pertama yang dibelinya pada shilla.

Shilla tersenyum manis. “shilla juga sayang sama rio!” balasnya. Keduanya kemudian membagi-bagikan mawar ke pasangan-pasangan seperti mereka disana. Senangnya bisa membuat orang lain tersenyum.
***
Iel dan dea berjalan-jalan di sekitar danau. Dea menghentikan jalannya. “kenapa de?” tanya iel.

Dea menunjuk seseorang yang duduk tepat di pinggir danau. Iel mengarahkan pandangannya kesana. Seorang kakek-kakek berumur 60an. Keduanya menghampirinya.

“permisi kek, boleh kita duduk disini?” tanya iel sopan. kakek-kakek itu melihatnya dan mengangguk sambil tersenyum.

“nama kalian siapa?” tanyanya.

“saya dea kek, kalo yang ini gabriel,” jawab dea sambil tersenyum.

“oh. Kalian pacaran? Ya ampun anak muda jaman sekarang, kecil-kecil udah pacaran aja,” kata kakek-kakek itu. keduanya tersipu.

“kakek sendirian disini?” tanya iel.

“gak, tadi kakek sama cucu kakek. Dia lagi maen-maen dulu sama pacarnya, jadinya kakek disini aja deh,” jawabnya.

“kita boleh nemenin kakek?” kata dea.

“gak usah, kalian jalan aja berdua. Gak enak kakek ganggu kalian,” kata kakek itu.

“gak papa kek! kita nemenin kakek disini, ngobrol-ngobrol aja,” kata iel semangat.

Kakek itu tertawa kecil. “jarang banget kakek nemuin anak muda kayak kalian yang masih perhatian sama kakek-kakek gini. udah cakep, ramah, baik lagi,” puji kakek itu. keduanya tersenyum lagi.

kemudian dilanjutkan dengan mengobrol tentang banyak hal. Kadang mereka tertawa, kadang terkagum-kagum mendengar cerita kakek itu. yang jelas, menyenangkan sekali. sayang sekali anak muda jaman sekarang banyak yang meninggalkan kakek nenek mereka. Padahal mereka asik juga kalo diajak ngobrol, bisa berbagi pengalaman.
***
“ag,” panggil alvin.

“hmm,” jawab agni singkat. Dia lagi sibuk nyuapin ourel, lagi-lagi gita menitipkannya pada mereka.

“gantian dong nyuapin ourelnya, masa lo mulu sih, gue kapan?” tanyanya gereget. Agni maruk banget sih, dia mulu yang ngurusin ourel, kapan gantian dia?

“nanti! Pokoknya gue aja yang urusin ourel, lo gak usah!” jawab agni.

Alvin menggerutu kesal. “agni, jahat ah lo mah. Pokoknya gue yang ngurusin ourel!” alvin mendudukkan ourel di pangkuannya dan mengambil paksa piring ourel yang dipegang agni. lalu ia gantian menyuapi ourel.

Agni Cuma bisa geleng-geleng kepala aja liat alvin yang begini terus. selalu saja rebutan ourel. Tak lama, gita datang. “aduh, sori ya kakak jadi nitipin ourel terus, sibuk banget sih,” katanya, duduk di sebelah agni.

“kak, ourelnya boleh buat alvin gak kak?” tanya alvin kepengenan.

“enak aja! No way! Udah berapa kali kamu minta ourel dari kakak? Gak akan!” tolak gita.

“ourelnya boleh nginep gak kak?” tanyanya lagi.

“ampun deh vin, kakak udah kelewat sering ngerepotin kalian. Masa mau nyuruh ourel nginep disini sih? bisa dimarahin irsyad nih. Belom lagi ourelnya pasti rewel kalo gak sama kita,” jawab gita. “udah ya ag, vin, ourel mau kakak bawa pulang nih,” katanya lagi, meminta ourel.

Alvin memeluk ourel, tidak rela mengembalikannya pada gita. “kak, please, biarin ourel nginep disini ya, sehari aja,” pinta alvin benar-benar, menatap gita penuh harap.

“alvin,” kata agni, menyuruh alvin mengembalikan ourel. Alvin tetap diam, terus memeluk ourel. “alvin! kasian ourelnya! Cepetan kasih ourelnya ke kak gita!” perintah agni galak.

Alvin menatapnya memohon. Agni menggelengkan kepalanya. Alvin terpaksa mengembalikan ourel ke gita. “ahh! Gitu sih!” alvin berlari ke gazebo, marah sekaligus kecewa.

“ag, alvin kenapa sih?” tanya gita bingung.

“udah kak, bawa aja ourelnya, biar alvin agni yang urus,” kata agni. gita mengangguk dan meninggalkannya.

Agni menghela napas dan berjalan keluar, menghampiri alvin. ia duduk di sebelahnya. Alvin menekuk kedua kakinya, memeluk lututnya, membenamkan wajahnya. “alvin,” panggil agni pelan.

Alvin langsung memeluknya. “agni, kenapa sih lo selalu ngebuat gue jauh dari anak kecil? Gue kan sayang sama mereka ag, gue mau deket-deket mereka,” katanya kecewa.

Agni mengusap-usap punggung alvin. “alvin, lo harus sadar, mereka bukan milik lo, lo gak bisa minta mereka selalu sama lo,” katanya tidak tega. Kasihan banget sih si alvin.

Alvin melepas pelukannya, menatap agni penuh harap. “tapi gue sayang sama mereka ag! Gue pengen milikin mereka! Arghh! Gue bingung! Lagi-lagi gue gak bisa nyurahin kasih sayang gue! semuanya dibatesin! Terus gue harus gimana ag?” tanyanya putus asa.

Agni mengusap-usap dada alvin, menenangkannya. “alvin, yang sabar ya, masih sekolah vin. kalo gak kita ngadopsi anak aja ya?” usul agni.

“gak mau! Gue gak mau ag! Gue maunya ourel! Kalo gak bastian!” tolak alvin mentah-mentah.

“ya gak bisa lah vin! jelas-jelas mereka punya orangtua! Mana mau pula orangtuanya ngasih anaknya ke kita!” agni kesal dengan alvin. yang aneh-aneh aja sih maunya!

Alvin malah diam seribu bahasa. Aslinya, dia lagi uring-uringan dalam dirinya sendiri. Bukannya dia ngebet banget pengen punya anak, tapi dia bingung harus sama siapa lagi nyalurin kasih sayangnya. Terlalu banyak, terlalu melimpah dalam dirinya. Dia gak mau stress gara-gara gak bisa nyurahin kasih sayangnya gini.

“alvin,” panggil agni.

“udah ag, cukup, gue pengen sendiri dulu,” kata alvin, mengusir agni secara halus. Agni mengecup kepala alvin, kemudian meninggalkannya.

Melihat agni yang sudah masuk dan tidak terlihat lagi, alvin mulai uring-uringan beneran. Ia mengacak-ngacak rambutnya sendiri, saking kesalnya. Agni yang melihatnya dari balkon sungguh-sungguh tidak tega. Tapi mau apalagi, dia tidak bisa berbuat apapun.
***
Selama berhari-hari, alvin malah diam terus. dia Cuma mau ngomong kalo lagi di deket ourel. “alvin, lo marah sama gue?” tanya agni.

“gak,” jawabnya singkat. Dia sibuk maen rumah-rumahan sama ourel.

“ya jangan diem dong. Kangen gue vin sama lo yang cerewet,” kata agni, mengusap-usap rambut ourel yang duduk dibawah.

Alvin menatap agni. “lagi gak mood aja ag,” balasnya. Agni paham, alvin lagi kesel mati-matian dalam dirinya sendiri.

“yaudah. Asal lo jangan pernah minta ourel lagi ke kak gita! Gak enak gue sama dia,” alvin mengangguk.

Pas sekali, baru saja diomongin, gita sama irsyad mendatangi mereka. “ourel nakal gak?” tanya irsyad. Keduanya menggeleng.

“ourel pulang ya, udahan maennya,” kata irsyad sambil mengangkat ourel, kemudian menggendongnya. Alvin iri melihatnya. Dia juga mau kayak gitu. Dia kesepian.

“alvin, agni, thanks banget ya lo berdua udah jagain ourel selama ini. gue janji deh gak bakal nitipin ourel ke kalian lagi. gak enak gue ngerepotin lo berdua terus,” kata irsyad tidak enak.

Alvin malah terus-terusan menatap ourel, dia gak mau jauh-jauh dari ourel, dia udah terlanjur sayang sama ourel. “kak, ourel sering-sering aja dititipin disini, gue kesepian kak, gue mau maen sama ourel terus,” kata alvin penuh harap.

Irsyad yang sudah diceritakan oleh gita kalau alvin slalu begini saat ngambil ourel balik, bersikap biasa saja. “lo masih mau maen sama ourel vin?” tanyanya. Alvin mengangguk.

“yaudah, lo maen lagi deh sama dia, tapi bentar aja ya,” irsyad menurunkan ourel ke pangkuan alvin.

“makasih ya kak!” kata alvin tersenyum. Irsyad hanya mengangguk saja. dia tidak tega melihat alvin seperti ini.

“alvin, kasian ourelnya, capek,” kata agni tidak enak.

“udah ag, gak papa kok,” kata gita.

“gak enak agni kak, alvin slalu minta ourel dari kalian, agni kan jadi gak enak sama kalian,” balas agni.

“dia kan kesepian ag, udahlah, biarin aja sih,” kata irsyad.

Sepeninggalan ourel, gita, dan irsyad, alvin kembali menekuk mukanya. “alvin, jangan gini terus dong, capek gue. selalu ngeliat lo murung setelah mereka pergi,” kata agni.

Alvin tiduran di pangkuan agni. “ag, masa rumah segede gini yang tinggal Cuma kita sama pembantu doang sih? gue kesepian ag!”

“terus mau gimana lagi vin?” agni mengusap-usap rambut alvin dan menepuk-nepuk dada alvin.

“gak tau lah ag! Gue sendiri bingung musti begimana! Pusing gue.” alvin memejamkan matanya, memilih untuk tidur saja daripada harus memikirkan hal yang gak ada jalan keluarnya begini.

Agni mengecup kening alvin. “belom saatnya vin,” gumamnya. Dia tahu persis maksud alvin, sangat mengerti. Tapi masalahnya gak mungkin sekarang, masih sekolah.
***
Alvin memutar-mutar bola basket dengan telunjuknya, menatapnya. Hari ini ourel gak dititipin ke mereka, sepi sekali. agni menyodorkan segelas orange juice ke alvin. alvin menghentikan mainannya dan meminumnya.

“alvin, udah gue bilang kan, kalo lo mau anak kecil, ngadopsi anak aja, kalo gak lo maen ke panti asuhan kek!” agni menatap alvin, berharap alvin mengerti.

Alvin balas menatapnya. “gue gak mau ag, gue Cuma mau anak kita atau ourel!”

Agni menatapnya setengah putus asa. “alvin! lo ngerti kan kondisinya sekarang? Gak mungkin banget! ourel, lo tau sendiri dia anaknya kak gita sama kak irsyad! Impossible vin! gak bakal dikasih sama mereka mau lo ngapain juga!”

Alvin menundukkan kepalanya. Dia ngerti, ngerti banget. tapi dia kesepian banget, kalo agni ekskul atau les, dia jadi sendirian di rumah. Gak ada yang bisa diajak main. Kalo main sama rio, iel, atau cakka, ahh, males banget. bosen.

Agni mengarahkan wajah alvin ke arahnya, memegang pipi alvin dan mengusapnya. “alvin, gue tau banget lo kesepian. Tapi gak gini juga kan vin caranya? Gue janji vin, kalo gue udah lulus, gue bakal ngasih lo anak, biar lo gak kesepian.”

Alvin tersenyum dan mengecup kening agni. agni membalas senyumannya. melihat gitarnya ada di gazebo, agni langsung mengambilnya, berniat mengembalikan mood alvin sekaligus menghindari pembicaraan seperti ini.

Agni duduk kembali di hadapan alvin, memangku gitarnya, menatap mata alvin, kemudian tertawa kecil. Entah apa yang ditertawakannya. Agni mulai memetik gitarnya, masih menatap alvin, dan mulai bernyanyi dengan penuh perasaan sesuai lagu yang dinyanyikannya untuk alvin.

Berawal dari cintaku pertama
Diawal ku jumpa
Kamu benar membuatku tergila-gila
Ke langit jadinya
Alvin yang tadinya murung jadi langsung berubah 180 derajat moodnya, dia malah terus menatap agni yang bernyanyi untuknya. Betapa lucunya tingkah agni sekarang baginya, bernyanyi untuknya? Alvin jadi senyam-senyum sendiri kesenengan campur kegeeran.
Kau pun kiriminkan seribu puisi cinta
Tak pernah ku duga
Ku balas kamu dengan senyuman manja
Kau hanya tertawa
Dalam hati, agni bersyukur, alvin jadi tersenyum lagi, berarti berhasil sudah caranya untuk mengembalikan alvin yang sebenarnya. Agni juga jadi senyam-senyum nyanyinya, kebawa auranya alvin yang lagi seneng. Kepalanya sedikit bergoyang sesuai dengan irama lagunya, begitu dimabuk cinta, begitu melambung jauh. Alvin sendiri tanpa sadar mengikuti agni, terbawa caranya membawakan lagu.
Malu-malu tapi mau
Ku lihat sayang
Tampak jelas di matamu
Lama-lama kau mendekat
Ku lihat sayang
Katakan cinta untukku
Agni.. agni.. bisa amat sih nemu lagu yang pas buat mereka? Haha.. alvin jadi bener-bener seneng, bahkan sudah lupa bahwa beberapa hari kemarin ini dia murung.
Kamu memang yang pertama cinta
Menyentuh pipiku dengan manja
Karena kamu yang ku rasa cinta
Mendapatkan segalanya
Kau mulai lagi dengan tingkah lakumu
Ku tersipu malu
Kau titip salam lewat mentariku
Berdegup jantungku
Alvin mengecup pipi agni disela permainannya, menunjukkan bahwa dia benar-benar senang. Agni tak berhenti, dia terus memainkannya, semakin bersemangat malahan.
Malu-malu tapi mau
Ku lihat sayang
Tampak jelas di matamu
Lama-lama kau mendekat
Ku lihat sayang
Katakan cinta untukku
Kamu memang yang pertama cinta
Memulai dengan senyuman manja
Karena kamu yang ku rasa cinta
Lebih dari segalanya
Cinta….
Alvin bersiap ikut bernyanyi, sekedar mengungkapkan bahwa dia sama seperti agni.
Kamu memang yang pertama cinta
Menyentuh pipiku dengan manja
Karena kamu yang ku rasa cinta
Mendapatkan segalanya
Kamu memang yang pertama cinta
Memulai dengan senyuman manja
Karena kamu yang ku rasa cinta
Lebih dari segalanya
Cinta….
Selesai. Keduanya tertawa kecil. Aneh sekali, mereka sering tertawa, tapi kadang bingung dengan apa yang ditertawakannya. Alvin mengacak rambut agni. “lucu,” katanya.
“masa gue lucu sih?” tanya agni tidak puas.
“keren,” puji alvin jujur. Agni tersenyum, puas sekali melihat mood alvin kembali.
***
1,5 tahun kemudian..

Agni hampir saja ambruk saat menaruh makanan di meja. Ia menopang badannya dengan satu tangan di meja dan satunya lagi memegang kepala kursi. Pusing sekali.

“sayang!” panggil alvin sambil menuruni tangga. begitu melihat agni mau ambruk seperti itu, dia langsung berlari menuruni tangga, menuju agni.

Alvin melingkarkan satu tangannya di pinggang agni dari belakang, satu tangannya lagi menahan lengan kanan agni, agar agni tidak terjatuh. “sayang, udah dibilangin juga, jangan repot-repot, lagi hamil juga.”

Agni memegang tengkuk alvin dan berbalik, kemudian memeluk lehernya. “pusing banget vin,” katanya.

Alvin mengusap kepala agni dengan satu tangan, satu tangannya lagi masih melingkar di pergelangan pinggang agni. “iya-iya, udah, duduk dulu ya,” alvin menarik kursi.

“gak mau duduk, peluk,” kata agni. alvin tersenyum dan memeluk agni, sampai agni melepasnya sendiri. Gak lama, agni melepas pelukannya, lalu duduk.

“masih pusing?” tanya alvin khawatir.

Agni menggeleng. Baru saja tiga bulan dia hamil, tapi kepalanya udah pusing banget. masih gak biasa sama efek-efek orang hamil. “alvin, hari ini mau ngantor ya? ikut ya,” kata agni. dia gak mau ditinggal di rumah.

Alvin menggeleng. “gak boleh, nanti kecapekan. Ntar juga shilla, dea, sama ify dateng kok,” kata alvin lalu mengecup kening agni.

Agni cemberut. Dia maunya ditemenin sama alvin, bukan sama yang lain. “maunya ditemenin sama kamu, gak mau sama ify, shilla, ataupun dea,” katanya penuh harap.

“yaudah, nanti aku bilangin ya ke mereka supaya gak jadi dateng. Aku temenin deh ya hari ini. tapi besok gak bisa,” kata alvin.

Agni tersenyum dan mengangguk. “suapin,” katanya manja. Alvin mengangguk dan menyuapi agni. dia lagi seneng banget, gak lama lagi dia bakal punya anak.
***
Agni mengambil bola basketnya. Sudah lama dia gak main basket, dia kangen main basket. Agni mendribble bolanya di tempat. Alvin yang baru pulang kuliah dan melihatnya langsung menyerobot bola itu, tidak membiarkan agni memainkannya.

“balikin,” suruh agni kesal, mengulurkan kedua tangannya meminta.

“gak! Enak aja maen basket! Lagi hamil juga!” omel alvin. ia menjauhkan bola itu dari agni.

Agni manyun. “orang lagi mau maen sih! udahlah, balikin bolanya, gak bakal kenapa-napa kok!” katanya.

Alvin mengalah, daripada gak diturutin, kasian juga anaknya. Ia mengembalikan bolanya ke agni, agni tersenyum dan mendribblenya kembali. “yaudah, tapi gak boleh capek! Gak boleh lompat, gak boleh lari, gak boleh..” belum selesai alvin memperingatinya, agni sudah mengangkat satu tangannya, meminta alvin diam.

Alvin langsung diam. “kalo gitu mah sama aja! Gak usah maen sekalian!” kata agni kesal. dimana-mana, yang namanya basket ya lari, lompat! Mana ada yang diem aja?

Alvin berdecak kesal. “tapi nanti lo kenapa-napa! Gue gak mau lo sama anak kita kenapa-napa! Pilih! Nurut atau gak usah maen!” balasnya kesal. jadi keluar lagi deh gue-lo nya, padahal mereka udah bertekad gak mau make gue-lo lagi. gak mau anaknya yang ada di dalam kandungan agni jadi dengerin kata gue-lo dari orangtuanya. Tapi agninya duluan sih yang bikin kesel.

“iya-iya! Eh, tanding yuk!” ajak agni tiba-tiba.

Alvin jadi geregetan sendiri sama agni. udah dibilangin juga tadi! Ini malah ngajak tanding! “gak mau!” tolaknya keras.

“yaudah,” kata agni sambil mengangkat bahunya lalu berjalan sambil mendribble bolanya ke ring.

Alvin menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah agni. ia kemudian duduk di bangku taman pinggir lapangan, kedua tangannya diletakkan di atas lutut, badannya agak condong ke depan, memandangi agni yang lagi maen basket. Lebih tepatnya ngejagain agni jangan sampe dia lari-lari atau lompat.

“kalo orang mah ngidam tuh yang aneh-aneh, lah, ini malah yang ngebahayain gini. parah banget sih,” gumam alvin heran. tiba-tiba dia jadi senyum-senyum sendiri. Ngebayangin gimana anaknya nanti. “anak gue nanti jadi atlit basket kali ya? atau gak, jadi atlit futsal?” dia tertawa kecil.

“kalo nanti anak gue cewek, jangan sampe deh kayak agni banget. susah banget diaturnya, gak peka lagi. ckck,” katanya pelan. Dia jadi ngomong sendiri. “udah gak peka, cerewet, galak lagi! ntar gue dimarahin lagi sama anak gue sendiri.” Si alvin malah bener-bener ngoceh sendiri, udah kayak orang stress saja.

“tapi pasti nanti dia cantik, sempurna kayak agni. direbutin cowok dah anak gue. terus nanti anak gue bakal milih cowok yang kayak gue pastinya! Udah keren, ganteng, pinter, perfect dah! Haha,” alvin awalnya muji agni, tapi akhirannya malah muji diri sendiri dan tertawa.

“kalo anak gue cowok, gue jamin, pasti bakal mirip banget sama gue! perfect gini, ckck..” alvin menggeleng-gelengkan kepalanya, saking memuji dirinya sendiri. “tapi gue harap dia gak bakal kayak gue, yang depresian gini,” tawa alvin sekejap menghilang, tergantikan dengan senyum pedih.

Agni yang daritadi mendengar samar-samar ocehan alvin langsung menghampirinya. “stop!” seru alvin tiba-tiba. Agni langsung berhenti mendadak. “jangan lari! Jalan aja!” suruh alvin kesal. agni tersenyum kecil dan berjalan menghampirinya.

“ngomongin apa tadi? Gak kedengeran,” kata agni ingin tahu, melempar bola basketnya ke alvin, dan langsung ditangkap oleh alvin.

“ada deh, mau tau aja sih!” katanya sok rahasia.

“ah! Gitu terus sih! gak pernah kasihtau!” ambek agni. ia berjalan kembali ke dalam rumah.

Alvin tertawa kecil melihat tingkah agni, lalu mengikutinya, melingkarkan tangannya di pinggang dan leher agni. menghentikan langkah agni. “jangan ngambek dong. Jelek tau kalo ngambek,” ledek alvin.

“tau ah! Biarin aja!” balas agni seadanya.

“aku sayang sama kamu,” bisik alvin manja.

“aku juga sayang sama kamu,” balas agni setengah tersenyum.
***
Alvin membelai rambut agni yang sedang duduk disampingnya, yang sedang asik membaca novelnya. Aneh nih si agni, biasanya kalo orang hamil ngidam macem-macem, lah kok ini enggak? Cuma makin manja aja dia. alvin menatapnya sedikit bingung.

“kenapa vin?” tanya agni.

“gak papa kok,” jawab alvin.

Agni kembali membaca bukunya, namun tak lama dia menutup bukunya. Ia memandang alvin sedikit ragu.

“kenapa? ngomong aja,” kata alvin bingung, masa tiba-tiba agni jadi menatap dia begitu.

“alvin, aku mau dipeluk ray,” katanya penuh harap. Dia pengen banget dipeluk ray sekarang.

Alvin menatapnya sebal. Mengerutkan keningnya. Kenapa harus ray sih? “gak mau! Masa ray sih? gak!” tolak alvin, melipat kedua tangannya di dada.

Agni menarik-narik tangan alvin. “ayolah vin, kasian kan anak kita. Ya?” rengeknya.

“gak ma-u! Emangnya gak bisa yang laen apa? Cakka kek, iel kek, rio kek! gak usah ray napa?”

“ih! orang maunya ray! pokoknya aku mau dipeluk ray!” agni ngambek. “kamu mah jahat! Tega sama anak sendiri!”

Alvin terpaksa mengalah. “iya-iya! Bentar, aku suruh ray dulu kesini!” katanya kesal lalu menelepon ray, memintanya datang.

Tak lama, ray datang. “kenapa vin, ag?” tanyanya bingung. Kenapa dia jadi disuruh datang? Bukannya dia gak boleh ya masuk ke rumah mereka?

“tau ah! Tanya sono ke agni!” alvin masih melipat kedua tangannya, pandangannya lurus ke depan. Kesel abis sama agni.

Ray menatap agni bertanya. Agni tersenyum dan langsung menghampirinya, memeluk lengannya. Ray bingung dengan agni. napa ni anak?

“kangen gue ray sama lo. peluk gue ya, udah lama gak dipeluk sama ray yang ganteng ini,” harap agni sedikit bercanda. kuping alvin panas mendengarnya. Gak usah gitu juga kali.. Hufft.. bikin sakit hati aja.

Ray langsung memeluk agni tanpa berkata apapun. Agni membalas pelukannya. Alvin yang meski sedaritadi memejamkan matanya, tetap berkobar api dalam dirinya. Erghh.. kalo bukan karna agni, pasti daritadi dia udah matiin si ray. enak aja istri orang dipeluk gitu.

“udahan kek!” serunya marah, membuka matanya. Alvin mengepalkan tangannya, sudah kelewat marah.

Agni melepaskan pelukannya, kemudian menarik tangan ray. “ray! jalan yuk!” ajaknya semangat.

“hah? Apa? Jalan? Gak ah, nanti gue dibunuh sama dia lagi!” kata ray sinis.

“udahlah, biarin aja! Yuk! Udah lama gue gak jalan sama lo!” agni menarik tangan ray, menyeretnya ikut. Ray mengikuti saja.