Sabtu, 07 Agustus 2010

cerbung >> Hasinuda In Love Special Part_ALNI


SPECIAL PART ALNI: Days After Married

Alvin dan agni diberikan libur selama tiga minggu untuk honeymoon. Dua minggu sudah mereka habiskan untuk honeymoon di Seoul dan Venice, dan sisanya satu minggu lagi mau mereka habiskan di Jakarta saja.

Secara otomatis, alni pisah rumah dengan yang lain. Ke rumah pribadi alvin atas ulangtahunnya kemarin ini yang ke 17. hanya berbeda kompleks dengan yang lain. Rumah alni, bisa dibilang sporty, lapangan futsal, basket, dan voli ada di halaman belakang rumahnya. Tak lupa juga sebuah kolam renang ada di sana. Rerumputan teki, menghiasi setiap celah halaman rumahnya, membuat alvin dan agni betah lama-lama di halaman.

Agni melempar bola ke ring dengan asal. Masuk. Alvin sedaritadi payah sekali mainnya, tak ada satu poin pun yang ia dapat. “udahan lah,” kata agni menyudahi permainannya.

Agni duduk diatas rumput dan meneguk minumannya. Sedangkan alvin malah langsung tiduran di sampingnya, mengatur napasnya yang tersengal-sengal. “payah banget sih maennya,” cela agni.

“ya, gue tau,” balas alvin tenang. Dia tahu permainannya makin lama makin buruk saja.

Agni menghadap alvin, mengetuk-ngetukkan jari kanannya di dada alvin. dia dapat merasakan jantung alvin berdetak begitu cepat, pasti alvin sangat kelelahan. “tapi jangan dipaksain,” katanya, tahu bahwa alvin pasti akan memforsir latihannya.

Alvin mengangguk dan tersenyum, kemudian mendudukkan dirinya. “yaudah, maen lagi yuk, gue pasti ngejar ketinggalan poin gue deh,” ajak alvin, meraih bola yang dijadikan sandarannya tadi. Dia tidak mau situasi tidak enak ini berlarut-larut.

Agni merebut bola itu dan segera mendribblenya, membuat alvin tersenyum kecil dan kembali mengejarnya.
***
Agni merasakan lambungnya perih sekali. ahh! Pasti karena tadi malam dia gak makan. Agni mengernyitkan matanya, tak sanggup membukanya. Perih sekali. kalau tidak ingat ada alvin disampingnya, pasti ia sudah menangis kesakitan.

Agni terus meremas piyama tidurnya. Ia mengulurkan tangannya ke meja kecil disampingnya, sebagai tumpuan untuknya duduk dan berdiri. Percuma. Dia sendiri gak kuat menggerakkan badannya. Terpaksa dia harus meminta bantuan alvin, padahal dia tidak mau membangunkan alvin. pasti alvin akan sangat panik nanti.

“alvin,” kata agni sambil meringis kesakitan. Alvin sontak terbangun begitu mendengar suara agni yang terdengar sangat kesakitan. Ia mendudukkan dirinya menghadap agni. Wajah agni pucat sekali.

Tanpa disuruh, alvin langsung mengambil obat maag agni dan membantu agni meminumnya. Alvin menggenggam satu tangan agni dan mengusap-usap pipi agni. Raut wajahnya amat khawatir. Dia takut sekali kalau agni sedang kesakitan begini.

“gue udah gak papa vin,” kata agni lemah, mencoba meredakan kekhawatiran alvin.

Alvin menggeleng. “lo pucet banget, makan dulu ya,” katanya lembut. alvin segera keluar, meminta bibi membuatkan makanan. Tak lama, alvin sudah kembali dengan membawa makanan.

Alvin membantu agni mendudukkan dirinya, kemudian menyuapinya. Agni menolaknya. “ck, lagi sakit juga, makan! Pokoknya harus makan!” perintah alvin, ia menyuapi agni. Agni terpaksa memakannya.

“gue kan gak laper,” gerutu agni kesal.

Alvin memandangnya kesal. “yaudah, kalo gak laper, gak usah makan! Biarin aja lo sakit!” katanya sewot sambil meletakkan piringnya di atas meja dengan asal.

Agni tertawa kecil melihatnya. Ia menepuk-nepuk pipi alvin pelan. “sayang, jangan marah dong, iya deh, gue makan ya,” rayu agni. Alvin langsung mengambil piringnya lagi dan menyuapi agni kembali.

“jangan sakit dong, bikin gue panik aja,” kata alvin masih khawatir.

“sekali-sekali lah vin bikin lo panik,” kata agni sambil tertawa kecil melihat alvin yang panik sekali.

Alvin menatapnya marah. “sekali-sekali?” alvin meninggikan nadanya. Nadanya terdengar sangat marah. Agni menelan ludah. Gawat. Salah banget dia ngomong gitu tadi, Alvin marah beneran. “oh, sekali-sekali gitu lo bikin gue panik? Sekali-sekali lo nyakitin diri lo sendiri? Sekali-sekali lo nyiksa diri lo?” lanjut alvin masih dengan nada yang tinggi.

“bukan gitu maksud gue vin,” kata agni buru-buru. “gue kan Cuma bercanda tadi.” Agni mencoba menetralisir kemarahan alvin.

Alvin tahu kemarahannya sudah terlihat, ia berusaha meredamnya. Ia menarik napas pelan dan menghembuskannya. Mencoba melembutkan tatapan dan nada suaranya. “tapi gue gak suka ag. Jangan bercanda kayak gitu. Gue sayang sama lo, gue gak mau liat lo sakit,” katanya lembut lalu mencium pipi agni.

Agni tersenyum dan mengangguk. “gue juga sayang sama lo. udah, lo tidur lagi aja, gue bisa makan sendiri,” kata agni sambil mengambil piringnya dari alvin.

“gak, gue gak akan bisa tidur kalo lo lagi sakit. Udah, gue aja yang suapin,” alvin mengambil kembali piringnya dan menyuapi agni.

Agni menatap wajah alvin. “lo terlalu manjain gue,” katanya pelan.

Alvin menatap agni heran. “emangnya lo gak mau ya? Lo gak suka ya?” tanyanya canggung.

“gue mau, gue suka. Tapi lo terlalu manjain gue, setiap hari, setiap waktu, kapanpun itu. Sedangkan gue, gue jadi jarang manjain lo, gara-gara lo selalu manjain gue. gue gak enak vin sama lo,” kata agni kasihan.

Alvin menepuk kepala agni pelan. “ya ampun, masih gak enak aja sih lo sama gue,” katanya setengah tertawa. “gak papa lagi, gue seneng manjain lo kok. Lebih seneng dibandingkan lo manjain gue,” lanjut alvin lagi.

“aneh,” komentar agni heran.

“aneh? Apanya yang aneh? Aneh kalo gue seneng nyentuh lo? aneh kalo gue pengen lo selalu ada di deket gue? aneh kalo gue mau ngikat lo dengan sentuhan gue?” balas alvin.

Agni menatapnya bingung. “lo tau kalo sentuhan lo itu mengikat? Gak bisa buat orang yang lo sentuh jauh-jauh dari lo?”

Alvin tertawa mendengarnya. “ya iyalah gue tau! buktinya kembaran gue gak bisa jauh juga kan sama gue? dan lo juga liat sendiri kan zahra, shilla, dea, sama ify yang pernah gue sentuh malah mau deket-deket gue terus? ya karna sentuhan gue tuh lembut kan? sentuhan gue enak kan?” katanya narsis.

Harus diakui, memang benar apa yang alvin bilang, sentuhannya begitu lembut, begitu nyaman. Begitu enak, begitu membuat orang yang disentuhnya semakin ingin di dekat alvin, semakin ingin disentuh.

“sentuhan lo tuh bahaya tau! Cuma bisa ngebuat orang kecanduan, gak bisa lepas! Sebel tau gak sih gue!” agni melipat kedua tangannya.

“halah, sebel-sebel gitu juga lo suka kan?” tanya alvin dengan senyum jahil.

“gak!” kata agni bohong.

“boong lagi, udah, ngaku aja. Lo juga kecanduan sama sentuhan gue kan? lo seneng kan? lo suka kan?” alvin mencolek dagu agni, menggodanya.

Agni mendengus kesal. “iya! Puas lo?!” katanya kesal. alvin hanya tertawa saja. Agni lucu sekali.
***
Alvin memain-mainkan kakinya yang dimasukkan ke dalam kolam. Ia duduk di pinggir kolam renang, hanya sekedar bersantai saja. mengingat pekerjaan menumpuk menantinya, dia mau waktu 1 minggu ini dihabiskan untuk bersantai. Ia memandang tanaman white lily yang ada di seberang kolam sana.

Indah. Tanaman itu begitu indah. Seindah agni. Pantas saja agni menyukai tanaman itu. Toh tanaman itu sama seperti dirinya. Begitu cantik, begitu mempesona, begitu menarik perhatian akan keindahannya. Alvin sudah tergila-gila sekali dengan agni.

Agni melangkah menuju kolam renang. Telinganya terpasang ipod dan menggenggam novel di tangannya. “hei vin,” sapanya dan langsung duduk bersandar di tangga kolam, membuka novel, dan membacanya.

Alvin menoleh ke arah agni, baru saja dia mau membalas sapaannya, dia langsung mengurungkan niatnya. Agni sedang mendengarkan ipod, mana mungkin mendengarnya. Heuh.. mana agni duduknya jauh banget lagi dari dia.

Alvin menatapnya kesal. namun agni tidak menyadarinya, terlalu sibuk membaca dan mendengarkan musik. “terus aja sih jauh-jauh dari gue. seneng amat kayaknya jauh-jauh,” gumam alvin kesal.

Alvin mengalihkan pandangannya ke arah lain. Manyun. Agni tak melihatnya sedikitpun. Alvin menendang-nendang air dari dalam. “rese! Nyebelin! Gak peka!” alvin menggembungkan pipinya dan meniupnya. Begitu terus. Seperti ikan saja.

Agni menahan tawa melihatnya. Ingin sekali dia tertawa lepas melihatnya. Sungguh-sungguh lucu. Alvin yang selalu terlihat cool malah kayak anak TK gini. sebenarnya sedaritadi agni tahu alvin ngapain saja, ia melihatnya, namun tak terlalu mempedulikannya.

Agni menggunakan satu tangannya untuk menutup mulutnya. Dia tertawa tanpa bersuara. Namun pandangannya tetap terlihat serius membaca. Alvin menoleh ke arahnya, mengernyitkan kening. Melihat tidak ada apapn dengan agni, alvin kembali menatap air di depannya.

Ia bercermin di air. Kemsian menekuk badannya, mencondongkan ke arah air. Telunjuknya menekan-nekan air hingga membentuk lingkaran-lingkaran. Dia tertawa sendiri melihatnya. Entah apa yang dia tertawakan.

Agni menatapnya heran. ni anak kenapa jadi ketawa sendiri? Jangan-jangan stress lagi? batinnya. Alvin yang merasa diperhatikan langsung menoleh ke arah agni. Agni langsung pura-pura membaca lagi. alvin tersenyum jahil dan berbicara pada cermin dirinya. “berani-beraninya pura-pura dari gue ya,” katanya jahil.

Alvin berjalan ke arah agni tanpa ekspresi. “stop!” seru agni menghentikan langkah alvin. alvin berhenti di tempatnya, jaraknya masih sekitar 2 meter lagi dengan agni. Alvin melangkah lagi ke arah agni, namun lagi-lagi langkahnya distop.

“udah, situ aja!” seru agni. Alvin menggerutu kesal dan duduk disana.

“emangnya napa sih kalo deket-deket,” gumam alvin kesal. ia terus-terusan bergumam sendirian.

Agni menutup novelnya, melepas headsetnya, dan melemparnya ke arah rerumputan. Sepertinya alvin tidak menyadari bahwa sedaritadi ia memerhatikannya. Agni mencelupkan jari-jarinya ke kolam, mengangkatnya, dan memercikkannya ke wajah alvin.

Alvin tersentak karena percikan air itu. Ia melihat ke arah agni. Agni tersenyum padanya. Alvin tidak mempedulikannya, dia terus-terusan bergumam tidak jelas. Agni memercikkan air sekali lagi. alvin masih saja tidak mempedulikannya.

Agni bergeser agar lebih dekat dengan alvin, lalu berkata, “huu.. ngambek.”

“biarin!” kata alvin kesal.

Agni menciprati alvin air yang cukup banyak, membuat alvin kebasahan. Alvin menggembungkan pipinya kesal sekaligus gemes, lalu tersenyum jahil dan menciprati agni air juga. Agni menghindar, namun akhirnya kena juga. Ia membalas alvin. kemudian mereka jadi main ciprat-cipratan air sampai basah kuyup.

“gara-gara lo gue jadi basah!” seru alvin.

“yee! Siapa suruh ngebales, ya gue bales lagi! makanya jangan ngambek mulu!” balas agni.

Alvin mendekat ke arah agni dan melingkarkan satu tangannya di pinggang agni. “lagian lo jauh-jauh dari gue!”

“suka-suka dong, gak bosen apa deket-deket mulu?”

“sayangnya enggak tuh!”

Agni mencubit pipi alvin. “tapi guenya!”

Alvin melepaskan tangannya. “lo bosen deket-deket gue?” tanyanya kecewa.

Agni memeluk alvin. “gak juga, Cuma tadi gue lagi pengen sendiri aja,” jawabnya.

Alvin mengacak rambut agni. “yaudah sana ganti baju! Basah semua badan lo!” suruh alvin. agni mengangguk dan bergegas meninggalkan alvin.

Alvin tertawa kecil menatap punggung agni yang semakin menjauh. Agni. Tawa dan senyumnya begitu menyejukkan. Tingkahnya, begitu lucu, kadang ngeselin, kadang manja, kadang dingin, berubah-ubah tak tentu.
***
Hari ini alvin mau jalan sama agni. Gak pernah tuh mereka jalan berdua pas lagi pacaran. Di rumah mulu. Sebenernya sih enakkan di rumah aja, Cuman alvin pengen sekali-sekali jalan sama agni.

“sayang, jalan yuk,” ajak alvin ketika sarapan.

“hah? Jalan?” tanya agni bingung. Alvin mengangguk cepat. “enggak ah!” tolak agni.

“yah, ayolah, ya sayang ya?” pinta alvin.

Agni memandangnya heran. “ngapain sih? Emangnya mau kemana? di rumah aja sih, kalo mau jalan, sendiri aja,” kata agni.

“masa sendiri sih? Kan kita belom pernah jalan berdua aja, masa Cuma honeymoon doang sih? Gak seru amat, ayolah,” rengek alvin.

“ish, kayak anak kecil! Yaudah! Mau kemana?” kata agni terpaksa.

Alvin cengengesan. “asik, kemana ya? Maunya kemana?” tanya alvin balik.

Sett dah, ni anak jiwa anak kecilnya lagi kumat, males dah, batin agni. “ya terserah elo dong! Kan lo yang ngajak! Gimana sih? Kalo gak tau ya gak usah lah!”

Alvin manyun. “kok gitu sih, yaudah kita kemana aja kek yuk!” alvin menarik-narik tangan agni seperti anak kecil.

“iya-iya,” agni menepuk-nepuk kepala alvin. alvin tersenyum.
***
Alvin dan agni berjalan di sepanjang taman bunga. alvin tidak tahu kemana harus mengajak agni, jadinya dia membawa agni kesini. Yang penting, dia bisa berdua dengan agni.

Alvin berjalan dengan melingkarkan satu tangan di leher dan satu lagi di pergelangan pinggang agni. “alvin, jangan begini lah jalannya. Risih tau gak sih diliatin,” kata agni sambil melepaskan tangan alvin.

“biarin aja sih, gak ada yang protes ini kan?” kata alvin lalu mengecup pipi agni.

Agni menjauh darinya, menatapnya kesal. “ih! Udah dibilangin juga! Jauh-jauh!” perintah agni sambil menunjuk alvin. ia berjalan duluan.

Alvin melipat kedua tangannya. “gak sekalian aja sana jalan yang jauh! Jauh aja terus!” sindir alvin.

Agni menghentikan langkahnya, berbalik. Alvin masih diam di tempatnya tadi. Agni berdecak lalu menghampiri alvin. ia meraih tangan alvin, menariknya berjalan. Alvin tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya.

“jalan atau pulang!” kata agni sewot.

“gak dua-duanya kalo lo gak deket-deket gue!” balas alvin.

“iya-iya, terserah lo deh mau ngapain,” kata agni mengalah. Alvin tersenyum senang, ia memosisikan dirinya seperti tadi lagi.

“hmm.. ag,” panggil alvin.

“ya, kenapa?” tanya agni.

“emm.. gak jadi deh,” kata alvin.

Agni menghentikan langkahnya. “kok gak jadi sih? Emangnya mau ngomong apa?” ia menatap alvin bingung.

“enggak ah,” kata alvin. dia menahan tawa begitu membayangkan reaksi agni kalau mendengar ucapannya.

“bilang aja sih,” kata agni melanjutkan langkahnya.

“beneran?” agni mengangguk. Emangnya si alvin mau nanya apaan sih?

Alvin tersenyum jahil. “kapan lo mau ngasih gue anak?” tanyanya menahan tawa. Dia sudah tau reaksi agni nanti.

Agni menghentikan langkahnya, menatap alvin gemes. “apaan sih! Nafsu amat sih lo! baru juga married! Masih sekolah lagian!” ia melipat kedua tangannya dan manyun.

“emang kenapa? gak boleh?” pancing alvin. Agni mencubit pinggang alvin. alvin meringis sakit. “sakit tau!” katanya.

“lagian lo jadi orang nafsu banget sih! Gue gak mau bahas dulu pokoknya!” agni malas sekali membicarakan seperti ini. kayak udah apa aja coba.

“emangnya Cuma gue doang? Bukannya lo juga?” tanyanya jahil.

Agni menatapnya kesal. “maksud banget sih lo? sori ya, gue enggak!” tolak agni mentah-mentah.

“yakin?” tanya alvin lagi. agni mengangguk yakin. “kalo gitu gue buktiin kalo lo juga sama kayak gue!” seru alvin yakin.

Alvin mengelus lembut pipi agni dengan ujung-ujung jari kanannya, mengusap lembut pinggang agni yang dipeluknya. Mendekatkan wajahnya ke leher agni bagian kiri, memejamkan matanya, meghirup aroma parfum agni, dan mendesah pelan dengan sangat menggoda. “lo, milik gue, selamanya, gak akan pernah terganti. Biarin gue nyentuh lo, biarin gue di deket lo, lo mau kan, gue sentuh terus?” alvin menyelesaikan ucapannya dengan mengecup leher agni.

Agni terdiam. Ucapan alvin begitu menggelitiknya, membangkitkan hawa nafsunya. Ia mencoba kembali sadar dari suasana barusan. Ia lalu mencubit pinggang alvin lagi.

“sakit woy!” kata alvin sambil mengusap pinggangnya.

Agni menunjuk alvin dan menatapnya tajam. “lo tuh.. rese banget sih!” kemudian berjalan meninggalkan alvin.

Alvin menggeleng-gelengkan kepalanya, gemes banget dia sama agni, jadi pengen ngegodain agni terus. alvin tertawa kecil, lalu berjalan cepat, menyamakan langkahnya dengan agni.

“lo tuh gemesin banget ya! Pengen gue cium deh ih!” kata alvin gemes. Agni tidak menghiraukannya, dia terus saja berjalan.

Alvin memeluk pinggang agni dari belakang dan mencium pipinya. “ih! Bisa jauh dikit gak sih!” seru agni kesal.

“enggak!” balas alvin lalu menggelitiki agni. Agni kegelian, dia mencoba melepas pelukan alvin dan menghindar. Tapi tidak bisa. Alvin sengaja memeluk dengan erat agar agni tidak bisa menghindar. Alvin tertawa melihatnya.

“alvin! lepas!” jerit agni kegelian. Ia mencengkeram tangan alvin lalu melepasnya dengan kuat, akhirnya dia bisa lepas juga. “gantian!” kata agni sambil tertawa, ia menggelitiki alvin balik. Gantian alvin yang kegelian, dia berlari menghindar dari agni. Agni mengejarnya.

“udah ah! Capek lari mulu!” kata alvin. dia duduk di bawah sebuah pohon yang rindang. Di depannya ada sebuah danau. Agni masih saja tertawa dan duduk di sebelah alvin. “gak capek apa ketawa mulu?” kata alvin sinis.

Agni menghentikan tawanya. “oke, gue gak ketawa lagi,” katanya. Ia mengambil dedaunan kering dan merobek-robeknya. Alvin sedang serius dengan hapenya, agni jadi ada niat jail.

Robekan-robekan daun itu agni remas menjadi serpihan-serpihan kecil. Lalu ia mengangkat tangannya ke atas kepala alvin dan membuka kepalannya. Serpihan daun itu menghujani kepala alvin.

Alvin mengibas-ngibaskan rambutnya, memandang agni kesal. “apaan sih! Ngotor-ngotorin aja!”

Agni tersenyum setengah tertawa. “gak kotor kok!” bantahnya.

“kotor lagi! jadi berantakan kan rambut gue!”

“iya deh, hehe,” kata agni cengengesan lalu merapikan rambut alvin. “nah tuh, udah ganteng lagi dah,” kata agni.

“emang gue ganteng! Mau berantakan juga gue ganteng!” kata alvin narsis.

Agni memandangnya heran. “jih narsis! gak ada ganteng-gantengnya tuh!”

Alvin menatapnya. “gak ada gantengnya apa hah? Lo mau sama gue juga karna gue ganteng kan? udahlah, akuin aja,” katanya pede.

Agni menoyor kepala alvin. “huu! Lo tuh gak ganteng sama sekali tau!” katanya tidak mau kalah.

“iya, gak ganteng, tapi keren kan? haha,” kata alvin sambil tertawa.

“hih! Terserah lo aja dah! Yang matanya masih bener ngalah!” ejek agni.

“heh! Mata lo gak bener noh! Jelas-jelas gue ganteng, keren, charming gini masih dikatain gitu! Kalo gitu lo mau sama gue kenapa coba?” darah narsis alvin sepertinya sedang menyebar ke seluruh pikirannya.

“kenapa? gak tau tuh! Lo melet gue kali!” jawab agni asal.

“jeuh.. ngapain gue melet lo? lo juga kan yang waktu itu minta balik? Haha,” alvin mengingat masa-masa waktu statusnya menggantung dulu.

Agni jadi malu sendiri mengingatnya. “heh! Tapi kan itu karna sikap lo yang gak jelas! Mau ngusahain gue apa enggak gue juga gak ngerti!” balas agni.

“emang waktu itu gue sengaja. Gue nungguin lo bilang ke gue.”

“kalo gitu lo gak berusaha dapetin gue dong!” balas agni kesal.

“gak usaha apanya gue tanya! Gue slalu nyoba ngedeketin lo tapi elonya ngejauh dari gue mulu! Gue udah nurutin mau lo tapi lo malah maenin gue! gue mau usaha elonya udah nutup hati lo buat gue! gimana gak sakit hati coba gue! ya mendingan gue nungguin lo aja!” jelas alvin panjang lebar. Dia jadi terbawa emosi.

Agni menatap dedaunan di depannya. “ya, emang salah gue vin waktu itu. Salah gue udah nyia-nyiain lo, salah gue udah nutup hati buat lo. tapi gue gak pernah bermaksud maenin lo vin. gue baru sadar gue sayang sama lo disaat gue balikin cincin ini,” agni mengambil bandul kalungnya. Rupanya cincin pertunangannya.

Agni menatapnya dan tersenyum. Cincin ini, saksi bisu semua ceritanya dengan alvin. sakit, senang, marah, kecewa, tawa, dan pilihan terakhirnya, cincin ini tahu, cincin ini menyimpannya. Dan sekarang, yang ada di sebelahnya, alvin. sebisa mungkin agni mencoba menyenangkan alvin, mencoba membuat semua yang ada di masa lalunya benar-benar kesalahannya, agar dia tidak pernah menyesali keputusannya yang sekarang.

Alvin juga mengeluarkan kalungnya, menggenggam cincin tunangannya, lalu melepaskannya, membiarkannya selalu ada tepat di jantungnya, slalu mengingatkannya bahwa ada agni yang disayanginya. Bahwa dia tidak boleh melakukan kesalahan apapun, bahwa dia harus selalu menyenangkan agni. Agni, perempuan pertama yang membuatnya jatuh hati, perempuan pertama yang mampu menaklukan dinginnya hatinya, perempuan pertama dan satu-satunya, yang mampu membuatnya terbuka dan melepaskan semua tekanannya satu-persatu.

Agni jugalah yang pernah menyakiti hatinya, meruntuhkan semua harapannya, membuatnya semakin tertekan, dan mengkhianatinya. Alvin ingat itu semua, dia telah bersabar untuk semua itu. Dengan dia pernah memiliki rasa itu, dia semakin yakin, agnilah yang merebut hatinya, membuatnya bisa merasakan tersakiti dan terkhianati. Semua itu karna dia memang benar-benar menyayangi agni, mencintainya hingga tak sanggup bila harus benar-benar marah padanya.

“tapi pada akhirnya lo jadi milik gue juga kan? gak perlu diseselinlah semua yang terjadi dulu. Kalo gak kayak gitu kan belom tentu gue sama lo sekarang,” kata alvin lalu tersenyum manis pada agni.

Agni mengangguk dan membalas senyuman alvin. kemudian menatap danau di depannya. “terus.. sekarang gue udah jadi milik lo, terus mau lo apain? Lo campakkin? Lo buang? Lo sakitin? Atau lo tinggalin?” tanya agni getir. Entah kenapa mulutnya mengucapkan itu dengan sendirinya.

Alvin menatap agni aneh, kemudian membelai rambut agni lembut, menyingkirkan rambut yang menghalangi pandangannya terhadap agni. “kok ngomongnya gitu sih? Ya nggak akan pernah lah. gue akan selalu nyayangin lo, ngejaga lo, ngehargain lo, ngebuat lo seneng. Mana mungkin gue lakuin itu?” jawab alvin lembut.

“ya kita kan gak pernah tau vin. siapa tau nanti lo nyesel dan bosen sama gue, kita gak akan pernah tau kan?” kata agni lirih.

alvin mendadak merasakan perubahan suasana dan pembicaraan mereka. Kenapa jadi serius begini ngomongnya? Alvin mengarahkan wajah agni menghadapnya. Meskipun agni tersenyum, dia menemukan ketakutan dalam sorot mata agni.

“agni, sayang, liat gue, gue akan slalu nepatin janji gue. jangan ragu sama gue, percaya ya. Jangan pernah mikir kayak gitu, gue gak suka. Gue sayang sama lo,” kata alvin, menatap agni dalam. Dia perlu meyakinkan agni.

Agni memeluk lengan alvin, lalu berkata, “gue juga sayang sama lo.” alvin tersenyum dan membelai rambut agni dengan tangannya yang bebas. “gue mau kasihtau lo satu hal vin, penting banget. gue paling benci kalo disakitin, sekecil apapun itu, kalo gue bener-bener gak suka, berarti itu sama aja nyakitin gue. dan kalo lo nyakitin gue, sekecil apapun itu, gue gak akan segan-segan buat ngejauh dari lo,” kata agni lagi dengan serius.

“iya, gue gak akan pernah buat lo sakit hati, sekecil apapun itu,” kata alvin.

agni mengangguk kecil dan menyandarkan kepalanya di lengan alvin yang dipeluknya. Alvin bernyanyi sambil terus membelai rambut agni.

Kan ku abaikan sgala hasratku
Agar kamu tenang dengan nya
Ku pertaruhkan semua ragaku
Demi dirimu bintang

Biarkan ku menggapaimu
Memelukmu
Memanjakanmu
Tidurlah kau di pelukku
Di pelukku
Di pelukku

Biar ku tunda segala hasratku
Tuk miliki dirimu
Karna semua tlah tersiratkan
Dirimu kan milikku

Biarkan ku menggapaimu
Memelukmu
Memanjakanmu
Tidurlah kau di pelukku
Di pelukku
Di pelukku

Hingga kau mimpikan aku,
Mimpikan kita,
Mimpikan kita
Jangan pernah kau terjaga,
Dari tidurmu,
Di pelukanku

Alvin mengakhiri nyanyiannya dengan mengecup kening agni. Agni mempererat pelukannya, bahagia karna alvin begitu menyayanginya.

Alvin. dia selalu bernyanyi dengan penuh perasaan, begitu menghayati setiap kata yang terucap, membuat yang mendengarnya pun dapat merasakan isi lagu tersebut. Hanya dengan bernyanyi, alvin dapat mengungkapkan semua perasaannya, baik itu yang sedang dia rasakan atau yang dia inginkan.

Sesuai dengan yang dia nyanyikan, dia ingin selalu bersama agni, memanjakan agni, menyentuh agni. dia akan melakukan apapun, agar agni tidak bosan dengannya. Agar agni bisa senang, bisa tersenyum. Karna disitulah letak kebahagiaan alvin, melihat senyum dan tawa agni setiap hari.

“udah yuk, makan, laper,” ajak alvin. agni mengangguk.
***
Keduanya makan di sebuah restoran. Agni tidak memakan makanannya, hanya memain-mainkannya.

“hei, makan yang bener dong, males amat,” tegur alvin.

“gue gak laper vin, udah gue bilang juga gue gak usah,” kata agni. Dia memain-mainkan sendoknya, memutar-mutar supnya.

“ck.. nanti lo sakit. Pokoknya, laper gak laper lo harus makan! Gue gak mau lo sakit! Tega lo sama gue,” kata alvin menghentikan makannya.

“tega apanya? Gue yang gak makan kok tega di elo,” kata agni heran.

“lo tega buat gue khawatir! udahlah, makan aja sih,” alvin merebut sendok agni dan menyendok sup lalu menyuapkannya pada agni. “buka mulutnya!” suruh alvin. agni terpaksa memakannya.

“udah sini! Gue bisa sendiri!” kata agni kesal. dia memakan supnya dengan terpaksa.

Alvin tersenyum kecil. Ni anak kalo gak dipaksa makan gak bakal mau, ckck.. kayak anak kecil aja sih, maunya maen terus tapi makannya dikit banget. alvin melanjutkan makannya.

“vin, napa sih lo sayang banget sama gue?” tanya agni tiba-tiba. Ia menatap alvin menunggu jawaban.

“hah? Daritadi nanyanya yang aneh-aneh mulu sih?” tanya alvin heran.

“jawab aja,” balas agni.

“kenapa? ya karna gue suka sama lo lah ag, terus, ah, gue juga bingung, pake ditanya segala lagi! lo sendiri kenapa sayang sama gue?” jawab alvin kagok.

“gak perlu gue ulang kan? lo udah tau semua jawaban gue. tapi gue gak pernah tau alesan lo sayang sama gue,” jawab agni.

“gue gak bisa ngasih jawabannya, karna gue sendiri gak tau kenapa gue bisa sayang sama lo, bisa peduli sama lo. mungkin itu kali ya yang namanya bener-bener sayang? Yang entah sebab apa bisa jadi peduli dan sayang banget sama orang lain, yang bahkan gak ada alesan baginya untuk sayang sama orang itu,” jawab alvin.

“jadi, lo sayang sama gue tanpa alesan?” tanya agni heran.

“ya ada lah. alesan gue ya karna lo unik ag, lo baek, lo perhatian. Lo masih mau nerima gue, ngerawat gue dengan sabarnya disaat gue depresi, gimana gue gak sayang sama lo coba?” tiba-tiba alvin jadi mendapatkan jawabannya.

Agni tersenyum. Dia puas dengan jawaban alvin. “vin, lo udah tau sepenuhnya kebiasaan gue?” tanya agni.

Alvin mengangguk. “lo suka banget kan di rumah? Menyendiri? Kalo gak lo maen basket atau futsal kan? terus lo juga suka curhat di laptop lo kan kalo lo lagi sedih?” sebut alvin satu-satu.

Agni tersedak saat alvin mengatakan masalah laptop itu. “tau darimana lo soal gue suka curhat di laptop kalo lagi sedih?” seingatnya dia tidak pernah melakukannya jika sedang bersama orangtuanya ataupun temannya. Dia juga tidak pernah menceritakannya pada siapapun, kecuali.. ray.

“dari ray,” jawab alvin enteng. Agni membelalakkan matanya. Hais, kurang ajar banget si ray cerita soal itu.

“rese tu anak! Udah gue bilang juga jangan sampe ada yang tau, dia malah kasihtau lo,” katanya kesal.

Alvin tertawa kecil. “ya ampun, Cuma gitu doang sih, biasa aja kali.”

“iya biasa aja di elo! Lah gue! pokoknya nanti gue protect semua datanya sih, biar gak ada yang bisa baca,” kata agni mengingatkan dirinya sendiri.

“ampun deh, ngapain coba gue baca?” kata alvin.

“yee! Siapa tau! kali aja lo kayak ray yang suka baca seenaknya! Abis itu malah ngeledekin gue!” sahut agni kesal.

Alvin mengacak-acak rambut agni. “enggak deh, tapi baca satu halaman aja gak papa kan?” goda alvin.

“gak! Satu halaman kek, satu kata kek, gak boleh!” tegas agni. alvin menggeleng-gelengkan kepala mendengarnya.

“oh, gitu, sekalian aja gue baca semuanya! Gak dilarang kan barusan?”

Agni tidak menjawabnya, dia malah bergumam tidak jelas, kesel sama alvin yang gak ada abis-abisnya ngegodain dia. alvin malah tertawa. “enggak gue baca deh. lagian, lo gak akan sedih kok! Bakal gak ada lanjutannya deh tu dokumen!” kata alvin nyengir.

“ada kalo lo bikin gue sedih,” gumam agni dengan sangat pelan, sehingga alvin tidak bisa mendengarnya.

Gak. Alvin mendengarnya dengan jelas, ia menatap agni heran. kenapa jadi melankolis gini sih si agni? apa yang dia pikirin? “ag,” panggil alvin.

Agni mengangkat kepalanya menatap alvin. “kenapa?” tanyanya.

“hari ini lo kenapa sih? Mellow amat. Beda banget sama agni yang gue kenal,” tanya alvin heran.

Agni tersenyum. “ohya? Kok gue gak ngerasa ya? Mungkin yang di depan lo ini bukan agni kali,” jawabnya asal.

Alvin mengernyitkan keningnya. Daritadi kata-kata agni aneh banget. “lo sakit ya? Pulang deh yuk,” saran alvin.

Agni menepuk-nepuk pipi alvin pelan. “apa sih? Sehat gini juga,” bantahnya.

“abisan lo aneh sih hari ini, ngomongnya seolah-olah gue bakal ninggalin lo aja,” kata alvin penuh tanya.

“gak tau deh, firasat gue gak enak aja. Gue ngerasa kayaknya lo bakal ninggalin gue, nyakitin gue,” jawab agni jujur.

Dia sendiri bingung kenapa dia merasakan itu. Dia merasa tak lama lagi alvin akan meninggalkannya, menyakitinya, mengkhianatinya. Entah bagaimana feeling itu bisa muncul, dia sendiri gak tau. tapi agni selalu mencoba menepis semua perasaan itu, meyakinkan diri kalau alvin tidak akan pernah melakukan hal itu kepadanya.

“ya gak bakal lah gue kayak gitu. Gue aja susah ngedapetin lo, masa mau ditinggalin gitu aja?” balas alvin.

Semoga agni tidak pernah berpikir seperti itu, semoga agni selalu percaya padanya, semoga agni tidak ragu padanya. Karna dia sudah benar-benar tak sanggup, bila harus kehilangan agni untuk kesekian kalinya.

“yaudahlah, gak usah dibahas lagi. gak enak amat sih ngebahas ginian,” kata agni mengakhiri pembicaraan tidak enak ini. alvin mengangguk.
***
Keduanya berjalan di pinggir danau. Langit sudah gelap, namun mereka terus berdua disana. Menikmati semilir angin malam, yang kadang masuk ke dalam tubuh mereka.

“dingin ya ag? Pulang yuk,” ajak alvin. agni menggeleng. sedaritadi agni terus mengusap-usap telapak tangannya. Kedinginan. Biarpun agni memakai jaket, tetap saja dingin juga.

“sini,” alvin meraih kedua tangan agni, menggenggamnya di kedua pipinya, mengelusnya lembut. Agni tersenyum. Aneh sekali, rasanya kulit alvin selalu terasa hangat. Atau dia yang terlalu dingin? Dia sendiri tidak tahu.

Hangat. Kini kedua telapak tangan agni menghangat, ia merasakannya. “masih dingin?” tanya alvin. agni menggeleng, kemudian menarik kembali kedua tangannya.

“sini lah tangannya!” alvin menarik kedua tangan agni, mengatupkannya, lalu mengatupkannya lagi dengan kedua tangannya. Kemudian meniupnya. “semoga, kita akan slalu seperti tangan ini. lo selalu gue jaga, selalu gue lindungin, baik itu raga lo, ataupun hati lo. selamanya, akan slalu seperti ini.” agni mengangguk.

Alvin melepaskan tangan agni, lalu mengelus pipinya. “semoga, orang pertama yang lo lihat disaat lo ngebuka mata lo itu gue, orang pertama yang lo panggil disaat lo butuh itu gue, dan juga orang pertama dan terakhir yang lo cinta,” kata alvin lagi. agni tersenyum.

Satu hal yang dia herankan dari alvin. bagaimana bisa, alvin membuatnya takluk? Bagaimana bisa, alvin membuatnya slalu percaya? Bagaimana bisa, alvin selalu membuatnya terhanyut, dalam setiap suasana romantis yang alvin buat? Satu hal yang takkan pernah bisa dia jawab dan hal yang takkan pernah bisa dia temukan jawabannya.

“iya. Elo, orang pertama yang akan gue liat disaat gue ngebuka mata gue. elo, orang pertama yang akan gue panggil disaat gue butuh. Elo, orang pertama dan terakhir, yang akan gue cinta, gue sayang, dan gue harapkan,” balas agni. alvin tersenyum dan menggandeng tangan agni, melanjutkan berjalan.
***
Kedua tangan alvin menopang badannya di depan meja rias. Ia bercermin. Wajahnya sedikit pucat. Dadanya sesak. ia mencoba mengatur napasnya, agar tidak terlihat kesakitan. Ia melihat bungkusan obat di genggaman tangan kirinya.

Ia meremasnya dan melemparnya asal. Dia benci bila harus bergantung sama obat, dan begini kan hasilnya? Begitu dia teratur meminum obatnya, asmanya kambuh. Napasnya jadi pendek. Dia jadi cepat kelelahan.

Tapi dia sudah terlalu bergantung dengan obat, begitu dia tidak meminumnya, kepalanya akan sakit. Padahal dia tidak tertekan atau apapun, tapi kepalanya akan terus didera rasa sakit yang begitu hebat. Ini semua gara-gara obat yang diberikan dayat, terlalu banyak.

Setiap dia meminum obat itu, dadanya sesak, karna begitu banyak dan sering mengonsumsi obat. Serba salah sekarang. Alvin menatap bayangannya di cermin, sekarang warna wajahnya sudah kembali, napasnya pun sudah mulai teratur.

Alvin mengambil bungkusan obatnya, dan menyimpannya. Kalau bukan karna agni yang meminta, pasti dia tidak akan pernah meminum obat itu. Tapi dia sadar, dia punya agni yang harus dia jaga, gak mungkin kan dia ngejaga agni disaat dia sendiri sakit-sakitan?

Ia mengambil laptopnya dan berjalan ke halaman belakang. ia duduk di rerumputan dan menyalakan laptopnya, mengerjakan beberapa tugas sekolah yang tertinggal. Terkadang, dia mencuri-curi pandang pada agni yang sedaritadi belum menyadari kehadirannya.

Sepertinya agni sedang melamun. Dia duduk di pinggir kolam renang, melonjorkan satu kakinya dan yang satunya lagi ditekuk untuk meletakkan tangan dan wajahnya. Dia memandangi kolam renang, tangannya yang satu menulis-nulis diatas air. Alvin. ya, dia menuliskan nama alvin.

Untuk pertama kalinya, dia merasakan bagaimana mencintai dan dicintai, dan itu semua karna alvin. dan untuk terakhir kalinya, dia menjatuhkan pilihannya, siapa lagi kalau bukan terhadap alvin. alvin.. alvin.. terlalu membuatnya dimabuk cinta, terlalu membuatnya ingin slalu merasakannya.

I think of you in everything that i do
to be with you what ever it takes i'll do
cause you my love, you all my heart desires
you've lighten up my life forever i'm alive

since i found you my world seems so brand new
you've show me the love i never knew
your presence is what my whole life through
since i found you my life begin so new
now who needs a dream when there is you
for all of my dreams came true
since i found you

your love shines bright
through all the corners of my heart
maybe you are my dearest heart
i give you all i have my heart, my soul, my life
my destiny is you
forever true... I'm so in love with you

since i found you my world seems so brand new
you've show me the love i never knew
your presence is what my whole life through
since i found you my life begin so new
now who needs a dream when there is you
for all of my dreams came true
since i found you

my heart forever true...
In love with you..

Alvin senyum-senyum sendiri di depan laptopnya mendengar nyanyian agni. dengan sepenuh hati yakin kalau lagu itu untuknya. Kalau bukan untuknya, buat siapa lagi?

Agni menoleh ke arah alvin. dia tahu daritadi alvin disana, tapi dia lagi males nyapa, dibiarin aja lah. kenapa tuh si alvin senyam senyum begitu? Kepedean dah pastinya. “woy! Ngapain lo senyam-senyum gitu? Mantengin apa tuh di monitor!” seru agni membuyarkan lamunan alvin.

Alvin tersentak. “hah? Apa?” tanyanya bingung.

“ye! Ngelamun lagi! bayangin apa lo?!”

“jih, gue gak ngelamun sih,” elak alvin. “eh, tadi lo nyanyi buat gue ya?” tanyanya semangat.

“idih! Pede amat lo! ngapain coba gue nyanyi buat lo!” seru agni bohong. Nadanya benar-benar meyakinkan kalau dia jujur.

“terus, buat sapa dong? Boong lo! siapa lagi kalo bukan gue hah!” balas alvin.

Agni berpindah duduk di sebelah alvin. “mau tau lo? tapi enggak ah! Nanti lo sakit hati lagi!” lagak agni pura-pura.

Alvin memandangnya curiga. “emangnya buat siapa?” tanyanya penasaran.

Agni menghadap alvin dan memasang tampang serius. “nih ya, tadi gue liat ada cowok cakep banget. udah cakep, keren, manis, perfect dah!” kata agni dengan tampang yang dibuat-buat. alvin mengerutkan keningnya. Dia jealous ngedenger agni muji cowok laen depan dia.

Agni menahan tawa melihat ekspresi alvin. “terus ya, tadi kan gue jalan-jalan aja tuh di sekitar kompleks, eh dia lagi maen basket. Beuhh.. tau gak vin? keren banget tau maennya! Gue ampe salut ngeliatnya!” lanjut agni lagi, dia menceritakannya seolah-olah itu memang terjadi beneran.

Lama-lama alvin makin sebel juga ngedengerinnya. Tuh cowok dipuji amat sih. Gak sadar apa si agni sama statusnya sekarang? “gue samperin aja tuh ya, eh, dia malah ngajakin gue maen bareng! Ya gue ikut aja lah! gayanya itu ya, ampun-ampunan deh, keren banget!” lanjut agni lagi.

Cukup. Alvin udah bete setengah mampus sama ni anak, bisa jaga perasaannya dikit gak sih? “terus? lo suka sama dia? lo mau sama dia?” tanya alvin jutek. Dia mengarahkan pandangannya ke laptop, dia benar-benar kesal dan sakit hati mendengarnya.

Agni tersenyum kecil melihatnya. “bener ya kata shilla, ify, sama dea, gue bakal ngelewatin kesempatan buat dapetin cowok laen,” agni menggeleng-gelengkan kepalanya pura-pura menyesal.

Muka alvin memerah. Dia marah. “yaudah sana lo sama dia! minta dia jadi cowok lo! gue yakin, gak bakal dia mau sama lo! cewek galak, rese, aneh, nyebelin, dan gak peka kayak lo tuh gak ada yang mau!” marah alvin.

Agni tertawa mendengarnya. “gak ada yang mau? Lah elo?”

“iya! Cuma gue! gue yang aneh! Mau aja sama lo!” alvin menutup laptopnya dan beranjak berdiri. Agni menahannya.

“eits, mau kemana? sini aja sih!” kata agni. dia tahu alvin sudah marah banget.

Alvin duduk kembali dengan kesal. menaruh laptopnya agak jauh. Pandangannya lurus ke depan, dia tidak mau marah-marah sebenarnya, namun agni yang memancing emosinya duluan.

“sini lah,” agni menepuk-nepuk kakinya, menyuruh alvin tiduran di pangkuannya. Alvin tidak menyahut ataupun bergerak. “ayolah sayang,” rayu agni. alvin baru mau merebahkan kepalanya di pangkuan agni.

Tetap saja, ia tidak mau melihat agni, ia memandang kolam renang. Agni mengusap rambut alvin dan menepuk dada alvin dengan ujung jarinya. Ia melihat alvin yang menolak melihatnya. “jangan marah ya sayang, tadi Cuma bercanda kok,” kata agni menenangkan alvin.

Alvin mendengus kesal. tiba-tiba dadanya jadi sesak, mungkin karna marah-marah. Alvin mencoba mengatur napasnya tanpa diketahui agni, tidak mau membuat agni khawatir.

Agni berhenti menepuk-nepuk dada alvin, dia merasakan ada yang janggal sedaritadi. Detak jantung alvin tidak beraturan sekali, kadang cepat sekali, kadang lambat sekali. ada yang tidak beres dengan alvin. agni menatap alvin. terlihat sekali alvin sedang kesulitan mengatur napasnya.

“alvin,” panggil agni cemas. Alvin menatapnya, masih mencoba mengatur napasnya. “ya, kenapa ag?” tanya alvin.

“asma lo kambuh vin? jangan tiduran deh, bangun aja,” saran agni. dia takut alvin parah nanti.

Alvin menggeleng kecil. “gue gak kenapa-napa,” katanya.

“ck, napas lo gak bener gini masih bilang gak kenapa-napa? Udah, bangun!” kata agni galak. Alvin terpaksa bangun dengan kesal.

Benar saja, napas alvin mulai teratur begitu dia bangun. “tadi nyuruh gue tiduran di kaki lo! sekarang malah disuruh bangun! Gimana sih?!” kata alvin kesal.

“ya sori deh, daripada lo sakit,” balas agni. ia memeluk lututnya, menatap air kolam yang mengalir mengikuti arah angin. Alvin diam saja.

Tiba-tiba pandangan agni jadi tak menentu, pikirannya pun jadi kalang kabut. “vin, gue Cuma mau ngasihtau lo,” kata agni serius. Alvin menatap agni. kenapa omongannya jadi serius gini?

“gue tuh paling susah ngungkapin apa yang gue mau. Dan sekalinya gue bilang, gue Cuma bilang sekali, selanjutnya, lo harus ngerti gue dengan sendirinya. Apalagi kalo gue bener-bener gak suka sama suatu hal, gue Cuma akan ngingetin lo sekali, dan kalo lo masih ngelakuin itu, dengan terpaksa gue bakal ngejauh dari lo. nunggu lo sadar sama kesalahan lo,” lanjut agni.

Alvin benar-benar penasaran dengan sikap agni yang sering berubah tiba-tiba gini. ia mengarahkan wajah agni menghadapnya, mengelus pipinya, menatap agni dengan penuh kelembutan. “ag, gue akan selalu nyoba ngerti semua sikap lo, gerak-gerik lo, semua bahasa tubuh yang lo isyaratin ke gue. gue akan berusaha, biar gak pernah salah sama lo. tapi ag, kenapa lo jadi sering berubah tiba-tiba gini?” alvin mengatakannya perlahan.

“gak papa vin, gue kan Cuma ngasihtau lo doang,” kata agi sambil tersenyum.

Alvin tidak percaya. Terlihat sekali dari sorot matanya, agni masih ragu. Ia mencoba melepaskan cincin dari jari manis agni. agni menarik tangannya. “mau apa lo?” tanyanya heran campur bingung.

“siniin tangan lo!” perintah alvin, meraih tangan agni.. agni menyembunyikan tangannya, apa maksud alvin melepas cincinnya? “lepas cincin lo,” kata alvin perlahan.

Agni menatapnya marah. “buat apa?” tanyanya getir.

“udah, siniin aja, gue pinjem setengah jam, nanti gue balikin lagi!” jawab alvin. dengan ragu agni melepas cincinnya, ia memberikannya ke alvin dengan tidak rela. “setengah jam lagi, gue balikin cincinnya!” seru alvin sambil berlari ke halaman depan, pergi dengan mobilnya.

Agni mengelus jari manisnya, kosong sekali rasanya tanpa cincin itu. Ia berdiri, memilih berjalan-jalan mengitari kompleks rumahnya. Buat apa sih alvin minjem cincinnya? mau diapain? Agni terus bertanya-tanya dalam hati.
***
Setengah jam kemudian, alvin kembali dengan cincin agni. ia mencari agni, oh, pasti di kamar. Benar saja, agni sedang sibuk dengan laptopnya di atas tempat tidur.

“ag! Ni gue balikin!” alvin menyodorkan cincin agni. agni segera memakainya, namun, saat ia memegangnya, seperti ada yang aneh. Agni melihatnya dengan seksama.

Di atas dan di bawah tulisan AlNi, ada garis yang melingkar. Semula ia melihatnya hanya sebagai hiasan saja, namun setelah ia lihat barusan, kenapa garisnya berwarna merah, seperti emm.. darah? “vin, ini apaan?” tanya agni, menunjuk cincinnya.

“gak ada apa-apa kok,” kata alvin bohong. Ia menepuk-nepuk kepala agni.

Agni menatapnya tajam, lalu meraih tangan alvin. ada plester luka di jari telunjuknya, padahal tadi tidak ada. “ini kenapa?” tanyanya sambil memegang telunjuk alvin. “udahlah, bilang aja sih!”

Alvin menghembuskan napas berat. Ia duduk di sebelah agni dan menatapnya. “itu darah gue ag,” kata alvin. agni tidak sepenuhnya terkejut, dia sudah menduganya tadi. “gue udah yakin sebelumnya, kalo nanti lo bakal ragu sama gue. agni, sekarang di cincin lo udah ada darah gue, dan lo akan selalu bawa darah gue kemanapun lo pergi. Sama aja dengan lo ngebawa diri gue sama hati gue ag, jangan ragu sama gue, percaya sama gue,” alvin berhenti sejenak. Dia sangat berharap agni memahami ucapannya.

“percaya sama gue ag, gue butuh kepercayaan lo. gue sayang sama lo ag,” alvin mengakhiri ucapannya dengan pelukan.

“iya vin, gue percaya sama lo, gue gak akan ragu sama lo. gue percaya lo akan selalu ngebuat gue seneng, ngebuat gue aman, ngebuat gue nyaman. Gue juga sayang sama lo vin,” balas agni tersenyum. Alvin melepaskan pelukannya.

“tapi gak harus dengan darah gini kan? gue kan phobia darah vin, serem tau bawa darah orang gini,” kata agni lagi.

Alvin tersenyum kecil dan mengacak rambut agni. “Cuma dikit doang ini sih, kalo gak mau yaudah sini aja cincinnya, gak usah pake!” canda alvin.

Agni menyembunyikan tangannya, keningnya berkerut. “gak! Gak akan gue kasih! Lo udah ngasih berarti gue gak bakal balikin!” kata agni takut.

“hehe.. lagian gue juga gak mau cincin itu ampe balik ke tangan gue lagi, terlalu ngebunuh gue nantinya,” balas alvin sambil cengengesan.

“lebay lo!” agni meninju bahu kanan alvin pelan.

“jih, emang bener sih,” balas alvin setengah tertawa.

keduanya kemudian bercanda dengan riangnya. Yah, namanya juga masih pengantin baru~ apa-apa berdua, dunia pun serasa hanya milik berdua~
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar