Jumat, 06 Agustus 2010

cerbung >> Hasinuda In Love_Part 18

PART XVIII: Cincin yang Sama? Sikap yang Mencurigakan?
Iel dkk maen di kamar dea dkk. Sekarang mereka maen monopoli. Rio memajukan bidaknya, “yah, masuk penjara,” katanya.
Kemudian gantian shilla yang jalan, “yah, masuk penjara juga, kita sehati yo! Masuk penjara bareng-bareng,” katanya senang.
“jah, masuk penjara kok seneng,” kata dea heran.
“yeh, kan enak, bisa berduaan, daripada jalan, nanti malah kena bayar, ya kan shillaku?” tanya rio manja.
“iya dong rioku, hehe..” shilla memeluk tangan rio, cukup membuat yang lain iri.
“ihh.. shilla meluk tangan rio, kamu mau ngapain fy?” canda cakka iri.
“tau nih.. aku ngapain ya, aku nyium pipi kamu aja ya cak,” ify mencium pipi cakka, pipiny cakka langsung blushing. Cakka lalu mengacak-acak rambut ify.
“de..a..” gantian iel yang manja.
“apa..?” kata dea menahan tawa, pasti iel juga ngiri.
“peluk dong.. hehe,” pinta iel sambil tersenyum manja. Dea lalu memeluk iel sebentar.
“udah kek! Ini mau maen atau mau manja-manjaan sih?! Kalo mau manja-manjaan gue udahan deh!” kata agni kesal. Tak ada yang mendengar kata-kata agni, mereka malah sibuk rayu-rayuan.
“woy! Kalo mau pacaran jangan sekarang dong! Lagi maen nih!” kata alvin kesal. Sebenernya dia gak tahan ngeliat yang laen berlaku seperti itu mulu dihadapannya, Agni masih belom ngasih alvin kesempatan buat nyentuh.
“sensi amat sih lo berdua! Sono dih berduaan,” suruh cakka. Yang lain mengangguk semua.
“gak papa kok kak kalo mau minjem agni,” kata shilla.
“emang kata lo gue barang? Maen pinjem-pinjem aja lo!” kata agni.
Ify memperhatikan alvin dan agni. Dia menyipitkan matanya melihat cincin yang sama di tangan alvin dan agni.
“ag, kak, cincin lo berdua sama?” tanyanya tiba-tiba. Shilla dan dea menatap cincin mereka, cakka, iel dan rio mengutuki alvin dalam hati, bego lo vin! Katanya gak mau ketauan, lo malah pake! , sedangkan alvin dan agni yang terkejut, langsung menyembunyikan cincin mereka berdua.
“hah? Sama? Oh ya?” tanya agni pura-pura.
“iya! Tadi gue liat kok! Itu sama persis!” bantah dea.
“lo salah liat kali!” kata alvin.
“gak kok! Sini deh tangan lo berdua!” suruh shilla.
Mau tak mau alvin dan agni mengulurkan tangan mereka. Agni menundukkan kepalanya. Sedangkan alvin masih bersikap cuek, lalu berbisik ke agni sangat pelan, hingga Cuma agni yang bisa mendengarnya, “lo jangan gitu dong, boong aja napa sih! Kalo kayak gitu malah ketauan!” agni kemudian mengangkat kepalanya, dan tersenyum pada alvin.
“mau boong apa? Gue waktu itu bilang dikasih mama gue!” balas agni dengan berbisik. Keningnya berkerut menanti jawaban alvin.
“yaudah! Gue aja yang bilang! Lo ikut aja ya!” agni mengangguk.
Shilla, ify, dan dea memandang dua cincin yang sama itu dengan tidak percaya. “ngapain lo berdua bisik-bisik?” tanya ify menyelidik.
“gak papa kok,” kata agni, “udah belom liatnya? Pegel nih tangan gue! beda kan?”
“apanya yang beda! Jelas-jelas itu sama persis! Yang punya lo tulisannya agni yang punya kak alvin tulisannya alvin!” bantah shilla agak keras. Agni dan alvin menarik tangan mereka.
“jujur, lo berdua udah pacaran ya?” tanya dea.
“hah? Pacaran?” kata mereka berdua bingung. Gak sesuai dengan yang mereka kira. Ketiganya mengangguk.
“idih, ogah deh ya! Ini gue dikasih mama gue tau!” kata agni.
“gue juga dikasih mama gue!” kata alvin.
“tapi kok bisa sama?” tanya shilla tidak percaya.
“lah orang mereka belinya barengan! Kan mama gue ama mama dia temenan, ya kan cak, yo, yel?” bantah alvin.
Cakka, rio, dan iel mengangguk. “tapi masa yang punya Cuma lo berdua?” tanya ify.
“tau tuh mama kita, katanya cincinnya tinggal dua, berhubung yang paling disayang ama mama gue tuh gue, jadinya gue deh yang dibeliin,” alvin terus merangkai kebohongan selanjutnya dalam otaknya.
Agni menatap alvin kagum, gila, cepet bener ngeboongnya, batinnya. “udah lah, jangan dibahas mulu napa?” kata agni.
“sori deh, kita kan Cuma penasaran,” kata shilla.
“mau dilanjut gak nih maennya?” tanya dea.
“gue gak ikut deh, gak mood lagi,” kata agni.
“gue juga,” alvin ikut-ikutan.
“ya udah kalo gitu kita yang maen aja,” kata rio. Yang lain mengangguk dan melanjutkan permainan. Alvin naik ke atas tempat tidur agni dan duduk bersila diatasnya, memandangi yang lain main. Agni ikut duduk disebelah alvin.
“thanks ya vin, kalo gue, gue bakal bingung mau bilang apa,” katanya. Alvin hanya mengangguk. “ikut gue vin,” katanya lalu berjalan keluar kamar. Alvin mengikutinya.
Mereka duduk di pinggir kolam renang. Kaki mereka dimasukkan ke dalam kolam. Alvin duduk agak jauh dari agni. Selama agni belum memberikan lampu hijau untuknya menyentuh agni, dia akan terus menjaga jarak, meskipun sebenarnya dia gak tahan.
Agni tersenyum tipis. “gak usah jauh-jauh vin, gue tau, lo gak tahan jauh-jauhan kan?” tanyanya. Alvin menoleh ke arahnya. “lo tau darimana?” tanyanya heran.
“kembaran lo yang ngasih tau gue,” kata agni santai. “sini vin,” agni menepuk-nepuk ke sebelahnya. Alvin berpindah ke tempat yang ditunjukkan agni dengan tersenyum senang.
“ag, boleh gue nyentuh lo?” tanya alvin hati-hati. Dia takut sentuhannya ditolak agni.
“mumpung gue lagi goodmood nih vin,” raut wajah alvin langsung gembira. Dia menggenggam jemari agni. Agni menyenderkan kepalanya di bahu alvin. Alvin lalu meletakkan tangannya yang lain di pinggang agni.
“sekarang gue udah gak peduli sama perjanjian itu ag, gue gak peduli kalo orang laen tau kita tunangan, gue sayang sama lo ag,” kata alvin perlahan. Agni menegakkan kepalanya dan menatap alvin. Alvin melihat tatapan agni, tatapan marah yang tergambar disana. Alvin melepaskan sentuhannya.
“ag, lo kenapa?” tanyanya panik, kenapa tiba-tiba agni jadi marah padanya? Padahal tadi dia baru bersikap manis.
“sori vin, gue mau balik ke kamar,” katanya, terdengar jelas sekali bahwa dia sedang marah. Agni berjalan cepat ke kamar.
Di kamarnya, masih ada cakka, rio, dan iel. agni duduk di tempat tidurnya, kedua tangannya diletakkan di atas pahanya untuk menutupi mukanya. Alvin mengikuti agni ke kamarnya dengan berlari dan berdiri di depan agni. Yang lain menatap mereka berdua bingung. Ada apa?
“hh..hh.. ag,” panggil alvin. Agni tidak menyahut. Alvin berlutut, memposisikan dirinya agar sejajar dengan agni. Dilepasnya kedua tangan agni yang menutupi mukanya. Agni mengangkat wajahnya. “pergi!” serunya dingin.
Semua menatap agni bingung. “gue bilang pergi, alvin!” serunya lagi sambil menunjuk pintu. “liat mata gue ag!” alvin tak kalah dingin menanggapinya. Agni tak mau melihat mata alvin. Dia takut keteguhan hatinya runtuh begitu melihat alvin. “pergi!” agni berteriak sekarang.
Alvin berdiri dan berjalan keluar kamar, langkahnya cepat. Begitu di luar kamar, badannya bergetar, gak pernah sekalipun dia dimarahi seperti itu, apalagi kini sama orang yang dia sayang. Ia segera berjalan ke kamarnya. Iel, rio, dan cakka langsung menuju ke agni.
“ag, alvin kenapa?” tanya rio khawatir.
“lo abis berantem sama alvin?” tanya iel bingung.
“dia ngomong apa sama lo?” tanya cakka dingin. Iel dan rio menatap cakka heran.
“gue tau ag, pasti dia ngomong sesuatu ke lo kan? gue bisa ngerasain ag!” kata cakka dingin.
“tinggalin gue, please,” nadanya sedikit memohon. Mereka bertiga segera meninggalkan agni.
“belom pernah gue liat agni semarah ini,” bisik ify pelan.
“iya, aneh banget, pergi-pergi akur, baliknya marah-marah,” balas shilla masih berbisik.
“sikap mereka tuh mencurigakan banget sih,” bisik dea. Mereka mengangguk setuju.
***
Iel, rio, dan cakka berlari ke kamarnya. Mereka segera masuk dan melihat alvin berbaring di tempat tidurnya. Saputangan yang dibasahi menutupi matanya, itu artinya, dia sedang marah.
“sebenernya ada apa sih?” iel duduk di kiri alvin. Alvin duduk bersandar di kepala tempat tidurnya, kedua kakinya ditekuk dan dipeluknya, kepalanya ia benamkan.
“vin, cerita dong,” bujuk rio duduk bersila di depan alvin. Cakka duduk di kanan alvin. Badan alvin bergetar. dia tidak mau membicarakannya.
“gak ada apa-apa,” katanya pelan, suaranya, gak bisa bohong, terdengar jelas sekali dari suaranya, nada yang dapat membuat orang yang mendengarnya merasakan kepedihan dan ketakutan hatinya.
“lo gak bisa bohong vin!!” teriak cakka. Gak bisa gini terus, alvin harus share sama mereka, dia gak tega alvin terus memendam tekanan yang dialaminya. “gue bisa ngerasain! Lo lupa? Kita kembaran lo! Kita ngerasain vin, lo sakit hati, lo marah, lo tertekan! Cukup vin! Lo gak bisa gini terus!” cakka menunjuk-nunjuk alvin.
“cak, calm down, please,” kata rio.
Iel memegang kedua bahu alvin dan menatapnya. “alvin, liat gue, liat rio, kita kakak lo, liat cakka, dia adek lo, lo bisa share sama kita, jangan buat diri lo semakin tertekan, jangan buat diri lo jadi satu-satunya yang sedih, kita ada disini buat lo, buat elo alvin! Jangan buat lo benci diri lo sendiri, kita gak mau vin. Sekarang, lo cerita sama kita,” kata iel pelan namun menenangkan bagi alvin.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar