Jumat, 06 Agustus 2010

cerbung >> Hasinuda In Love_Part 17

PART XVII: Mengenal Lebih Dekat
ALVIN-AGNI
“vin,” agni mengawali pembicaraan, alvin melirik ke arahnya dibalik sunglasses. “hmm,” balasnya.
“lo ngerasa aneh gak?” tanya agni.
“apanya yang aneh?”
“sikap kita,” kata agni serius, menyilakan kakinya dan duduk menghadap alvin.
“emang kenapa sama sikap kita?” alvin ikut menyilakan kakinya dan menghadap agni, dilepasnya sunglasses yang dipakainya tadi.
“emang lo gak ngerasa ada yang aneh gitu?”
“sedikit sih, lo ngerasa aneh dimananya?”
“kadang-kadang kita baek, kadang marahan, kadang sinisan, kadang lembut, ya begitulah!” agni tak sanggup menyebutkan semuanya.
“gue juga gak tau kenapa, mood gue tuh berubah-ubah, kalo gue lagi baek ya gue baek, Cuma kalo lagi males ya gue galak,” katanya jujur.
“gue juga vin, mood gue juga cepet berubah, dan kadang gue bisa terbawa suasana,” kata agni mengembalikan posisinya seperti semula dan menatap laut. Alvin memandang agni dengan aneh, seperti orang yang sedang rindu.
“kayaknya kalo kayak gini terus kita ketauan deh,” kata agni menatap pasir.
“ya, tapi sekarang gue udah gak terlalu peduli,” kata alvin lirih. “ag, gue juga ngerasa aneh terhadap lo, kadang gue kesel sama lo, kadang gue sayang sama lo, kadang gue pengen dimanja sama lo, kadang gue benci sama lo, dan yang paling parah.. gue.. gue..” alvin tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Belum pernah dia terbuka seperti ini sekalipun sama kembarannya.
Alvin berjalan ke kursi agni. Duduk dibelakangnya, kaki kanannya ia setengah sila-kan sedangkan kaki kirinya menapak ke pasir, dikalungkan kedua tangannya di leher agni, dagunya ia letakkan di bahu agni. “dan sekarang, entah kenapa, gue pengen dimanja sama lo ag,” alvin tak tahu kenapa bisa berkata seperti itu, tapi dia udah ga sanggup menahan rasa yang meluap-luap itu daritadi, hanya berdiam-diaman, sementara dirinya ingin dimanja, seperti kembarannya yang lain.
Agni tidak merespon sama sekali. Alvin memejamkan matanya, mengeratkan rangkulannya. Berharap agni merespon dirinya. Dia gak suka dicuekin gini, apalagi disaat moodnya udah sampe batas akhir. Agni memejamkan matanya selama dua detik. Dia lagi badmood sekarang. Lagi gak mau deket-deket sama alvin. Dia gak terlalu suka sering disentuh sama alvin, walaupun dia sendiri merasa nyaman. Agni membuka matanya. “lepas vin,” katanya tanpa perasaan.
Alvin membuka matanya, dan menatap agni bingung, mata agni terlihat dingin. “gue bilang lepas, vin!” alvin melepaskan rangkulannya. agni berdiri agak jauh dari alvin. “gue duluan vin,” katanya dingin.
“tunggu! Gue ikut!” alvin sebenarnya masih terheran-heran dengan sikap agni tadi.
“gue pengen sendiri dulu vin,” katanya lalu berjalan menjauhi alvin yang masih kebingungan.
Agni kenapa sih? Gak tau apa gue lagi kayak gini?! Ahh!” alvin menendang pasir meluapkan kekesalannya.
***
Sekarang mereka berdelapan bermain kartu di kamar dea dkk. Mereka duduk melingkar.
“yah, gue kalah!” seru iel kecewa.
“haha.. ayo kita coreng muka kak iel,” seru shilla senang. Mereka bertujuh mencoreng muka iel dengan bedak.
“haha.. yel! Muka lo jadi kayak badut! Hahaha,” tawa cakka. Iel manyun.
“dea.. masa yayangmu ini diledekin kayak badut sih, belain dong..” kata iel manja sambil menarik-narik lengan dea disebelahnya.
“kak cakka! Gak boleh gitu dong! Masa iel sayang ini mirip badut?! Lebih mirip pantomim tau!” kata dea yang awalnya serius, akhirannya malah ngeledekin iel sambil setengah tertawa. Iel yang tersenyum senang, malah tambah manyun. Semua langsung tertawa lepas ngeliat iel yang udah putih mukanya, manyun lagi.
“udah-udah, lanjutin mainnya, kak iel kocok!” seru ify. Iel mengambil semua kartu dan mengocok lalu membagikannya.
Sambil bermain, ify bertanya, “kak, lo semua tuh sifat aslinya gimana sih? Cerita dong..”
“lo dulu aja fy,” kata cakka.
“oke, gue tuh orangnya care, setia, penyayang, terus rajin pula! Bahagia dah yang dapetin gue!” kata ify narsis.
“berarti gue beruntung dong nih?” tanya cakka. “yap! Gantian lo cak!” kata ify.
“gue? mungkin lo liat gue nih 11-12 sama alvin, dingin, cuek, tertutup, pemarah, tapi gue gak gitu kok! Gue tuh ya, baek, perhatian, romantis lagi, ya gak fy?” tanya cakka narsis.
“iyap, kayaknya kita bakal bernarsis-narsis ria nih,” kata ify.
“gantian lo shil!”
“gue? gue orangnya girly, rada cemburuan, tapi gue penyayang kok! Perhatian, dan paling suka disenyumin,” kata shilla. Rio tersenyum padanya. “lo yo!”
“gue ya gini, kayak yang lo liat, gue ramah, baek, perhatian, suka senyum, lembut, lo de!”
“gue ya gue apa adanya, gue yang terbuka, yang narsis, yang lembut, yang baek, ya gitu lah! Lo yel!”
“gue tuh semangat banget orangnya, suka senyum, ceria, baek. Lo vin!”
“gue? gue gak tau mau bilang apa, gue ya gini, gue yang cool, yang tertutup, yang cuek, dan gue moody. Lo ag,” kata alvin tanpa menatap yang lain. Sementara yang lain menatap alvin, kecuali agni.
“yang gue tau gue moody, itu doang,” kata agni enteng.
“wett sah, cocok ni ye, sama-sama moody,” goda shilla sambil senyum.
“bukannya kalo sama-sama moody itu gak cocok ya? Jadi kan sering bentrok moodnya,” bantah agni. “ohya gue lupa, gue ini orangnya gak terlalu suka disentuh,” katanya pelan. Alvin diam, ini terlalu berbeda dengannya. Iel, cakka, dan rio kaget.
“gak terlalu suka disentuh?” tanya dea bingung.
“yap, gue gak terlalu suka disentuh sama orang yang bukan siapa-siapa gue,” jawab agni. Pikiran alvin tenang sekarang, dia kan tunangan agni, jadi gak papa dong kalo dia nyentuh agni.
“aneh lo ag, ckck,” decak ify.
Mereka melanjutkan bermain hingga larut malam.
***
Pagi-pagi cakka, rio dan iel sudah datang ke kamar ify.
“ag, kita mau ngomong sama lo bentar,” kata cakka. “ikut kita,” iel menarik tangan agni.
Mereka duduk di bangku kolam renang. “ada apa?” tanya agni bingung.
“kita mau cerita soal alvin, udah saatnya lo kenal alvin yang sebenernya,” kata iel. agni menatap bingung, namun tidak menjawab, membiarkan mereka melanjutkannya.
“alvin, dia itu moody banget-banget, dia juga suka banget sama sentuhan, dan dia gak seperti yang diliat orang,” kata rio pelan.
“ceritain,” kata agni penasaran.
“oke, soal moody, moodnya tuh berubah-ubah terus, sebentar-sebentar berubah. Diantara kita berempat, Cuma dia doang yang gak bisa ngendaliin moodnya, dia bisa ngamuk-ngamuk kalo moodnya kelamaan dia pendem terus. Dan asal lo tau ag, dia benci sama dirinya sendiri, ya karna moodnya yang sering berubah itu,” jelas iel.
“kalo tentang sentuhan, dia itu suka banget disentuh dan menyentuh, tapi tenang aja ag, dia tau batasan kok, dia gak mungkin ngapa-ngapain lo kok, dia gak bisa jauh dari orang yang dia sayang, dia akan slalu pengen disentuh setiap hari sama orang itu. Walaupun Cuma sebentar. Dia juga pasti tiap hari nyentuh lo kan? dia meluk lo, megang tangan lo, ngelus pipi lo, atau ngerangkul lo, iya kan? itu karna dia sayang sama lo ag. Lo juga liat kan, kita berempat slalu bareng? Ya karna alvin gak bisa ditinggal sendirian lama-lama,” jelas rio panjang lebar.
“sifat dia yang sebenernya, gue yang paling ngerti ag, dia itu emang tertutup banget, dia yang paling jarang share. Dia tuh aslinya manja banget ag, jangan heran kalo dia minta dimanja sama lo, karna dari kecil dia yang paling dimanja sama kita, ya karna dia moody. Tapi gitu-gitu dia yang paling tertekan diantara kita berempat ag, lagi-lagi karna moodnya yang gak bisa diatur. Dia juga perhatian and lembut banget ag, lo gak akan nyesel deh kalo sama dia,” jelas cakka.
Agni manggut-manggut mengerti. “kalo dia manja, gue apain dong?”
“ya terserah lo, lo peluk dia boleh, lo genggam tangan dia juga boleh, tapi mendingan sih lo usap-usap aja rambutnya atau elus aja pipinya, nanti dia juga seneng kok.” Kata rio.
“by the way, kenapa lo cerita gini sama gue?”
“abisnya lo kemaren bilang gak suka disentuh sih, kita kan jadi kaget, nanti kalo alvin nyentuh lo terus lo nolak, berabe deh urusannya, ngamuk-ngamuk sama kita lagi entar,” kata iel dengan wajah ngeri, membayangkan saat alvin ngamuk.
“yaudah, gue balik dulu, mau mandi,” kata agni sambil berlalu ke kamarnya.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar