Sabtu, 07 Agustus 2010

cerbung >> Hasinuda In Love_Part 38

PART XXXVIII: Difficult Desicion


Agni duduk di pinggir lapangan basket kompleks. Kedua kakinya ditekuk, tangan kirinya diletakkan di atas
lututnya, kepalanya pun diletakkan di atas tangannya. Ujung-ujung jari tangan
kanannya mendribble kecil bola basket. Pandangannya kosong ke arah sepatunya.


Entah sudah berapa lama dia duduk disana, dari lapangan yang masih kering hingga basah dan mulai kering kembali,
dari dia yang basah kehujanan hingga badan dan bajunya kering kembali, dia tak
kunjung merubah sedikitpun posisinya. Agni menengadahkan kepalanya menatap
langit. Hampir malam. Seingatnya tadi dia datang kesana sekitar jam 9an. Agni
tersenyum tipis, kemudian membenamkan wajahnya diatas tangannya.


Ah, dia sangat bingung dan ragu sekarang. Apa pilihannya itu benar atau salah? Apa akan jadi lebih baik atau lebih buruk
padanya nanti? Apa waktu itu dia benar-benar sudah menetapkan pilihannya? Apa waktu
itu dia benar-benar serius atau hanya asal menjawab saja? Di kepalanya, ribuan
pertanyaan lainnya masih menunggu untuk dijawab. Sayangnya, tak satupun tanya
yang dapat ia jawab.


Agni ingat apa yang dibicarakan shilla, dea, dan ify semalam, yang membuatnya jadi semakin ragu sekarang.


>>Flashback


Shilla, ify, dea, dan agni berbicara serius di kamarnya. membicarakan hal yang ia sendiri minta, dia butuh
pendapat dari orang lain, butuh pandangan dari orang lain.


“ag, kalo gue jadi lo, gue nolak abis-abisan deh married abis lulus,” kata dea serius.


“ya, gue juga, males banget deh, masa baru lulus langsung married,” tambah ify.


“iya tuh, gak seru tau, masa kita baru aja bebas dari sekolah malah langsung married, ogah banget deh gue,”
tambah shilla juga.


“nih ya ag, coba deh lo pikir. Kita abis lulus tuh harusnya bebas! Jangan malah ngekang diri sama marriage,
kayaknya dikekang terus aja gitu bawaannya. Kita tuh mustinya ya ngelanjutin
kuliah, kalo mau married ya pas kuliah aja lah, ngapain coba pas abis lulus,”
saran dea. Ify dan shilla mengangguk setuju. Sedangkan agni malah jadi
kepikiran beneran sama kata-kata dea.


“terus ya ag ya, kalo misalnya nanti kak alvin ngekang lu gimana? Lo liat aja ya, masa lo mau jalan sama ray
aja musti ijin dulu ke kak alvin? Gimana udah married tuh? Bisa-bisa lo gak
boleh jalan lagi sama temen lo!” Peringat ify.


Kalau yang barusan sih agni gak percaya. Dia minta ijin ke alvin tuh karna dia emang bentaran lagi musti
married sama alvin, makanya dia ngehargain alvin.


“ag! Masa lo mau ngorbanin masa muda lo sih buat sama kak alvin?! Emangnya gak ada cowok laen lagi apa selaen
dia? Gak mau nyoba sama yang laen dulu apa? Masih banyak ag cowok di dunia ini,
jangan langsung suka aja sama kak alvin terus lo married sama dia, kalo ada
yang lebih baik dari dia kan nanti lo nyesel!” Kata shilla menggebu-gebu.


“gue bingung ag, kenapa lo lebih milih kak alvin sih dibandingin ray? Ray kan sayang banget sama lo, dia aja
milih zahra Cuma karna dia gak dapetin lo! Berarti kan si zahra itu Cuma jadi
pelampiasannya ray ke lo doang. Enak banget sih lo ag, disukain sama 2 cowok
perfect,” kata ify iri.


“ag, jujur ya, menurut pendapat kita, ray tuh lebih baik dari kak alvin. dia tuh gak kayak anak kecil, gak
kayak kak alvin yang kadang manjanya itu ampun-ampunan deh. terus ray juga
ramah, baek, dan yang penting itu dia masih usaha aja ngedapetin lo, padahal lo
udah jadi ceweknya kak alvin,” terang shilla panjang lebar.


“iya tuh! Masa katanya dia masih mau usaha selama lo berdua belom married! Itu sih cinta banget namanya!” tambah
ify tidak mau kalah.


“lo semua kenapa jadi bandingin alvin sama ray?” tanya agni heran.


“abisan lo gak pernah kasihtau kita kenapa lo suka sama kak alvin,” jawab dea.


“tapi alvin ya alvin, ray ya ray. gue sukanya sama alvin, bukan sama ray. gak usah dibandingin dong,” kata agni.


“ya sorry deh ag. Makanya, cerita dong kenapa lo mau sama kak alvin?” tanya ify ingin tahu.


“gue suka sama alvin ya karna dia perhatian, lucu, manja, pengertian, tapi yang paling gue bener-bener suka dari
alvin itu ya perhatiannya,” jawab agni sambil tersenyum.


“terus?” tanya shilla.


“terus? udah, gitu doang,” balas agni bingung.


“gak mungkin Cuma itu doang ngebuat lo mau sama kak alvin yang belom ada setengah tahun pacaran,” kata dea tidak
percaya.


Gak mungkin juga agni bilang dia suka sentuhannya alvin kan? dia diam saja, gak tau apa yang mau dia jawab.


“yaudahlah kalo emang lo gak mau kasihtau, tapi gue saranin sih jangan terlalu cepet lah marriednya, umur lo
masih muda banget ag,” kata ify sambil menepuk bahu agni pelan. Agni hanya
mengangguk.


>>Flashback End


Ya, memang masa mudanya masih sangat lama lagi, umurnya pun masih sangat muda, kenapa dia bisa setuju saja
disuruh married secepat itu? Agni memejamkan matanya, yang terdengar olehnya
hanya pantulan bola dan nafasnya. Tak ada suara apapun, baik gemerisik
pepohonan ataupun deru kendaraan. Sepertinya disana sudah malam. Mungkin hanya
dia sendiri disana.


Salah kalo agni bersedia married secepat itu? Salah kalo dia memang benar-benar menginginkan alvin? salah kalo
dia merelakan kebebasannya demi selalu bersama alvin? satu-satunya orang yang
mampu membahagiakannya? Membuatnya tertawa dan tersenyum? Satu-satunya orang
yang dapat membuatnya benar-benar khawatir? satu-satunya orang yang dapat
membuatnya terhanyut suasana bila bersama orang itu?


Mengikuti kata hatinya, jawabannya.. gak salah sama sekali. tapi kalau menuruti pandangan orang lain?
Dia sendiri tidak tahu apa yang orang lain akan katakan. Apakah nanti masih ada
anak cowok yang mau main dengannya? Apakah nanti masih akan ada anak cowok yang
mau berteman dengannya? Apa nanti ray akan menjauhinya? Pikirannya penuh dengan
semua itu.


Dia masih terus berpikir, apa yang dia setujui akan membuat hidupnya lebih baik? Agni tahu dan percaya, bahwa
alvin akan slalu berusaha membuatnya bahagia, alvin akan slalu membuatnya
nyaman. Tapi, bagaimana nanti bila alvin lama-lama jadi bosan dengannya? Bila
terlalu cepat memilikinya? Apakah dia nanti akan dicampakkan, dibuang, atau
ditinggalkan oleh alvin?


Pilihan yang berat bila harus mempertimbangkan kelakuan alvin nanti. Dia gak mau ini malah nanti berakibat
buruk baginya, dia hanya mau ini semua adalah pilihan yang benar.


Bila dia harus memutuskan untuk membatalkan ini semua, akan sangat membuat keadaan malah jadi sangat buruk.
Mungkin alvin dan keluarganya akan menjauhinya, menganggapnya tidak konsisten
dan hanya mempermainkan alvin saja. Begitu juga dengan keluarganya sendiri,
pasti orangtuanya akan memarahinya habis-habisan karna membuat malu keluarga,
membatalkan hal yang sangat sakral.


Masih ada tiga minggu sebelum pernikahan itu, berarti tersisa satu minggu sebelum dia dan alvin
mengumumkannya. Dia mau berpikir dulu, setidaknya agak jauh dari alvin dan yang
lain akan membuatnya bisa memutuskan, meyakinkan hatinya agar tidak ragu lagi.


Seseorang duduk tepat di sebelah kanan agni, namun agni tak mempedulikannya sama sekali. dia terlalu terbenam dalam
pikirannya. Orang itu menatapnya, bingung. Tumben sekali agni tidak menyadari
kedatangannya.


Ia terus menatap agni, memperhatikan lekuk wajahnya, meskipun sedikit tak kelihatan karna tertutup
tangannya. Begitu indah. Sempurna baginya. Beruntung sekali dia, tak lama lagi,
cewek impiannya ini akan jadi miliknya.


Beberapa menit, orang itu terus memandangi agni, ia baru sadar, wajah agni pucat sekali. agni masih terus
mendribble bola basketnya, namun gerakannya semakin lemas. Ia mengambil bola
basket itu, membuat agni menyadari tidak ada lagi pantulan bolanya, agni
mengangkat kepalanya, melayangkan pandangannya ke seluruh sudut lapangan basket
dihadapannya. Ia kemudian menoleh ke sebelahnya, dilihatnya bolanya ada di
tangan seseorang.


Agni menatap orang itu sekilas lalu kembali membenamkan wajahnya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada orang
itu. Alvin. agni ingin menjaga jarak dulu darinya. Alvin bingung dengan agni,
tak ada reaksi apapun. Seolah agni tak melihat ada dirinya.


Alvin menggerakkan tangan kirinya untuk menyingkirkan rambut yang menutupi wajah agni ke belakang telinga agni.
“agni,” panggilnya pelan. Agni tak menjawab atau merespon apapun. “agni,”
panggil alvin lagi, nadanya terdengar lebih lembut kali ini. agni benar-benar
tak menjawabnya. “sayang,” panggil alvin lagi, berharap agni membalasnya.


Agni mengangkat wajahnya, menatap alvin, lalu tersenyum tipis. Wajahnya benar-benar pucat. “gue duluan ya,”
katanya lemah sambil mencoba berdiri. Alvin menatapnya bingung sekaligus
khawatir. agni mencoba berdiri namun tidak bisa. Tubuhnya lemas sekali.


Sekali lagi agni mencoba berdiri dengan susah payah, mencoba berjalan pelan. Alvin mengikuti di sampingnya. Agni
merasakan kepalanya pusing sekarang, semua pandangannya berputar, belum lagi
badannya lemas sekali. agni memegang kepalanya dengan satu tangan.


“ag, gue bantuin ya,” tawar alvin sambil memegangi kedua lengan agni dari samping, agar agni tidak terjatuh.


Agni menghadapnya, lalu menggeleng. “gue bisa sendiri,” katanya. Baru dia selesai mengucapkannya, tubuhnya
sempoyongan, refleks dia memegang tangan alvin untuk menahan keseimbangannya
agar tetap berdiri. Alvin memegang tangan agni yang satunya agar tidak seperti
tadi lagi. namun agni langsung menepisnya dan menarik kembali tangannya.


Alvin benar-benar bingung dengan agni, kenapa dia jadi begini? Agni mencoba berjalan sendiri. Baru beberapa
langkah, jalannya sudah tidak seimbang, alvin langsung mendatanginya dan
berjalan di belakangnya. kali ini agni benar-benar tidak bisa memusatkan
matanya lagi, semuanya menjadi benar-benar berbayang dan tidak jelas. Dia
pingsan, namun alvin sudah menahan tubuhnya duluan.


Alvin segera membawa agni ke mobil. Dia khawatir berat sama agni sekarang.

***

@Rumah Agni


Alvin membuka pintu rumah dan membawa agni ke kamarnya. disana ada ify, shilla, dan dea. “minggir,” perintah
alvin. yang lain kaget karna agni pingsan. Alvin membaringkan tubuh agni ke
atas tempat tidur, mengecek suhu tubuhnya.


Agni panas dingin. Kening dan badannya panas sekali, namun tangan dan kakinya sangat dingin. Alvin sudah
benar-benar panik. Dia minta dokter datang. Sementara ify, dea, dan shilla
memberitahu bu winda dan ray.


Ray sampai duluan di kamar agni dan melakukan hal persis apa yang dilakukan alvin tadi, mengecek suhu tubuh agni.
“kenapa dia bisa gini?” tanyanya penuh marah ke alvin.


“gue juga gak tau, tadi gue liat dia lagi di lapangan basket tapi udah lemes gini, terus dia pingsan,” jelas
alvin. “emangnya dia pergi dari jam berapa sih dari rumah?” tanyanya heran.


“emm.. kalo gak salah jam 9an kak,” jawab ify mengira-ngira. ray dan alvin terkejut. Agni gak bawa mobil, berarti
dia daritadi di lapangan basket terus.


“terus dia udah makan siang?” tanya ray. yang lain mengangkat bahu.


“dia gak pulang-pulang daritadi,” jawab shilla.


“de, coba lo cari duit atau hape gitu di kantongnya,” suruh alvin. dea mengangguk. Ia merogoh kantong celana
agni. Tidak ada apapun. Dea menggeleng.


“ni anak mau nyiksa diri kali ya! Gak bawa duit, gak bawa hape, berarti dia dari pagi gak makan!” seru ray kesal
campur panik.


“dari pagi?” kata alvin shock. Semua mengangguk. Berarti sudah hampir 24 jam agni gak makan. Sekarang sudah
jam tujuh malam.


Bu winda baru sampai dan menghambur ke arah agni. Dia menatap alvin dan ray bertanya. “dia gak makan dari pagi
tan,” jawab alvin lirih. Bu winda membelalakkan matanya kaget.


“agni kan punya maag! Masa diantara kalian berdua gak ada yang nyuruh dia makan sih?!” marah bu winda.


“maag?” tanya alvin. bu winda mengangguk.


“kamu gak tau?” tanyanya. Alvin menggeleng. Payah sekali dia tidak tahu kalau agni punya maag. Alvin jadi kesal
pada dirinya sendiri.


“dia gak bawa hape aunt! Gak bawa duit juga! Kita kira dia mau makan diluar,” jawab ray.


Tak lama dokter datang, membuat yang lain kecuali bu winda keluar menunggu. 15 menit kemudian, dokter keluar,
alvin menanyakan kondisi agni, yang lain mendengarkan.


“gimana dok?” tanya alvin khawatir.


“maagnya kambuh lagi, dia gak makan 24 jam ya? Harusnya kalian suruh dia makan! Tadi dia juga kehujanan! Tubuhnya lemah
sekali sekarang. Dia demam tinggi. biarkan dia istirahat dulu,” kata dokter.
Yang lain hanya mengangguk mengerti.


Semuanya masuk kembali ke kamar. Rupanya bu winda sudah menggantikan baju agni. Alvin duduk di sebelah agni,
satu tangannya menggenggam tangan agni, sedangkan tangannya yang lain
mengompres agni.


Ray menunggui agni di sisi yang satunya. Bu winda menggelengkan kepala sambil tersenyum, dua anak pilihannya
ini sedang berebut mendapatkan perhatian agni. Shilla, ify, dan dea memilih
meninggalkan mereka disana. Tak lama, bu winda pun meninggalkan alvin, agni,
dan ray bertiga saja.


“udah, gue aja yang jagain agni, lo balik aja,” kata alvin.


“gak, gue mau nungguin ampe dia sadar,” tolak ray. alvin tidak mempedulikannya.


Rio, iel, dan cakka membuka pintu kamar agni. Alvin dan ray menoleh sebentar. “demam tinggi,” kata alvin yang
sudah tahu apa yang akan diucapkan tiga kembarannya ini.


“lo ngapain disini ray? udah sana, gangguin aja,” usir cakka.


“gue mau nungguin agni!” tegas ray.


“udahlah, ada alvin ini sih,” bujuk rio. ray menggeleng.


Alvin merasakan jari-jari agni bergerak. “agni,” panggilnya pelan. Ray dan yang lain langsung menatap agni.
Agni membuka matanya perlahan. Dia masih pusing. Dia mencoba melihat ada siapa
saja. Alvin, ray, rio, iel, cakka.


Agni menarik tangannya yang digenggam alvin. “ray,” panggilnya. Ray langsung merespon. “kenapa ag?”
jawabnya. Sungguh, dalam hati ray merasa menang dari alvin. agni lebih memilih
meminta bantuannya dibanding alvin. hati alvin luka melihat ini, agni yang baru
sadar malah memanggil ray, bukan dirinya.


“temenin gue, ambilin gue makanan dong, perut gue sakit,” kata agni lemah. Ray mengangguk dan segera mengambil
makanan.


“agni,” panggil alvin lagi. agni tidak menggubrisnya sama sekali.


“ag, alvin manggil,” kata iel yang merasa janggal dengan apa yang dilihatnya ini.


“lo berempat, balik aja,” suruh agni. Rio, iel, dan cakka berjalan keluar, berharap alvin dan agni bisa
menyelesaikan masalah mereka ini. “balik,” suruh agni pada alvin. alvin tetap
diam dan memandanginya.


“gue mau istirahat dulu, please, pergi,” mohon agni. Alvin meraih jemari agni namun langsung agni tarik kembali.


“ag, lo kenapa? kok jadi gini sih ke gue?” kata alvin memelas.


“gue mau istirahat,” katanya tanpa perasaan. Agni memiringkan badannya membelakangi alvin. tatapan alvin
bercampur. Antara kecewa, khawatir, sedih, takut, panik, marah, semua
benar-benar campur jadi satu.


“gue bakal tetep nungguin lo, gak peduli lo mau ngusir gue sampe berapa kali,” katanya sambil membelai lembut
rambut agni.


“terserah lo, tapi gue gak akan mau ketemu lo lagi kalo lo gak pergi sekarang,” ancam agni. Alvin benar-benar
marah, dia keluar dari kamar agni dengan emosinya. “sori vin, tapi gue butuh
sendiri dulu,” gumam agni.

***

Alvin benar-benar kecewa dan marah. Kenapa agni jadi berubah begini padanya? Apa salahnya? Kenapa agni malah lebih
memilih ditemani ray dibandingkan dirinya? Ahh! Alvin bingung memikirkannya.
Aneh sekali.


Bukankah sampai kemarin pun dirinya dan agni masih akur-akur saja? Seingatnya, mereka tidak memiliki masalah apapun
akhir-akhir ini, kenapa agni jadi menjauh lagi darinya? Apa agni sudah bosan
dengannya? Bukankah sebentar lagi mereka mau menikah?


Apa sebenarnya yang ada di pikiran agni? Kenapa tadi di lapangan agni sama sekali tidak menganggapnya? Kenapa agni
bisa sampai lupa makan? Kenapa di lapangan pun agni malah diam saja, tidak
bermain basket? Kenapa agni membiarkan dirinya kehujanan?


Agni.. alvin sungguh-sungguh bingung dengan sikap agni yang seperti ini. dia ingin sekali menjaga agni
sekarang, bukannya ray. arggh! Alvin merasakan kepalanya sekarang sedikit
sakit. Dia segera mencari obatnya.


Sial! Stressnya kambuh lagi. alvin bersandar di pinggir pintu balkon, memandangi kamar agni. Dia tidak suka
seperti ini, dipaksa menjauh tanpa alasan. Apa agni menyesali keputusannya
kemarin ini? apa dia sebenarnya tidak menginginkan alvin?


Kalau bisa, alvin ingin berteriak sekencang-kencangnya, meluapkan segala emosinya, membuang semua rasa ragunya.
Dia ingin agni bersamanya tanpa penyesalan ataupun paksaan. Dia ingin agni
memang memberikan kesempatan padanya, bukannya sekedar memberikan harapan
kosong.


Bila agni memang ingin membatalkannya, dia tidak apa-apa, asalkan agni bisa senang, itu sudah cukup baginya. Bila agni
tidak mau menikah dengannya sekarang benar-benar tidak apa-apa baginya, yang
penting agni terus bersamanya.


Apa nanti agni akan lebih memilih ray? apa agni akan merubah semua pilihannya? Apa agni akan benar-benar menjauh
darinya? Semua kemungkinan, semua alasan, semua akibat, alvin pikirkan.
Meskipun membuat kepalanya skait, dia tidak peduli. Asalkan dia menemukan titik
terang dari segala pertanyaannya itu, dia baru akan tenang.

***

Agni meminta agar dia hanya sendiri di kamar, tanpa ify. dia meminta ify untuk tinggal di kamar yang lain saja, dia
benar-benar ingin sendiri dulu. Untuk hari ini, dia tidak sekolah, masih demam.
Sebelum berangkat, alvin meminta untuk menemuinya namun tidak ia ijinkan. Alvin
pun berangkat dengan kecewa.


Selama yang lain sekolah, agni mengelilingi kamarnya, langkahnya terhenti tepat di depan sebuah kotak. Kotak
perhiasan putih, di dalamnya ada gelang yang diberikan alvin, yang tidak lagi
ia pakai sejak kemarin. Agni membukanya, menggenggam gelang itu dan membawanya
ke atas tempat tidurnya, merenung memandanginya.


Bila benar nanti ia akan menikah dengan alvin, apakah orang-orang tidak akan mengejeknya? Meledeknya atau
menjauhinya? Dengan status sebagai istri alvin nanti, akankah masih ada orang
yang mau berteman dengannya, tanpa rasa segan ataupun canggung?


Agni terlalu memikirkannya, membuatnya jadi bimbang untuk benar-benar melaksanakannya. Padahal waktu itu,
dia dapat menjawab dengan sangat yakin, namun kenapa sekarang dia justru
semakin ragu? Anehnya keraguannya itu justru mengenai sikap orang lain
terhadapnya nanti.


Mana agni yang konsisten? Yang selalu teguh pada pendiriannya? Kenapa malah agni yang penuh keraguan sekarang
yang ada?


Pintu kamar terbuka, mamanya membawakan makanan untuknya. Agni meletakkan gelang itu di atas meja kecil
samping tempat tidurnya. Bu winda melihatnya, lalu mengambilnya.


“makan ya sayang. Ini dari alvin?” tanya bu winda. Agni mengangguk tanpa memandang mamanya. “tadi bukannya alvin
mau ketemu kamu?” tanyanya lagi. agni mengangguk lagi. “terus kok kamu gak
temuin dia sih? Kasian dong alvinnya,” katanya.


Agni menatap mamanya. “lagi gak mood ma,” jawab agni setengah tersenyum.


Bu winda tentu sudah mengenali sifat anaknya ini. “kamu ada masalah sama alvin?” selidiknya. Agni menggeleng. “kamu
suka sama ray?” agni menggeleng lagi. “terus kenapa dong? Mama tau kamu ada
masalah, cerita ya,” bujuk bu winda.


“gak ada apa-apa kok ma, agni emang lagi gak mood aja,” elak agni. Dia menatap gelang yang dipegang mamanya itu.
Segurat senyum tipis menghiasi wajahnya.


“mama tau kamu bohong, kamu gak bisa bohongin mama, ayo cerita, atau mama minta alvin kesini sekarang!”


“ngapain sih ma manggilin dia segala? Lagi sekolah juga. Nanti dia malah panik lagi ngirain agni
kenapa-napa,” kata agni heran.


“ya makanya kamu cerita sama mama. Atau kamu mau cerita sama alvin?”


“yaudah, agni cerita ni ya,” kata agni kesal. dia menceritakan semua yang jadi beban di pikirannya sekarang.


Bu winda tertawa mendengar cerita anak satu-satunya ini. “ya ampun sayang, ternyata kamu mikirin itu toh,”
katanya masih setengah tertawa.


Agni cemberut. Tadi nyuruh cerita, sekarang malah diketawain. “tuh kan mama mah, gitu sih, udahlah agni pergi
aja,” katanya ngambek sambil berdiri.


Bu winda mendudukkan agni lagi. “sayang, kamu liat mama sama tante ucie ya, kita masih muda kan? tapi udah
punya kalian?” agni berpikir sejenak dan mengangguk. “kita juga married di umur
yang sama kayak kalian lagi,” lanjutnya serius.


Agni melongo tidak percaya. Halah, jangan-jangan ortu mereka ini mau dia sama alvin nerusin kayak mereka lagi.
aneh. “seriusan?” tanya agni tidak percaya. Bu winda mengangguk sambil
tersenyum.


“kok bisa? Alesannya apa?” tanya agni masih tidak percaya.


“alasan yang sama seperti kamu dan alvin, udah ya, mama mau ngurusin acara kalian sama tante ucie,” pamit bu winda
sambil meletakkan gelang itu di tangan agni.


Agni tersenyum. Setidaknya separuh hatinya sudah yakin akan keputusannya kemarin ni, tinggal meyakinkan separuh
hatinya lagi. ia menatap gelang itu dan bergumam, “alvin, sorry, gue gak
bermaksud jauhin lo, Cuma buat sementara kok.”

***

Alvin mengetuk pintu kamar agni, berharap bisa bertemu dengan agni. Dia masih khawatir dengan kondisi agni
sekarang, apa dia masih sakit atau sudah sembuh? Agni sama sekali tidak
mengontaknya.


Tidak ada jawaban. alvin terus memanggil agni dan mengetuk pintu kamarnya. alvin menelepon agni. Pintar
sekali, di reject. Dari kemarin alvin sudah mengsmsnya, namun tak ada satupun
balasan dari agni.


Alvin duduk bersandar di pintu kamar agni. Tangannya masih mengetuk pintu itu. “agni,” gumamnya lirih. “agni,
please, kasihtau gue, lo kenapa, kenapa lo jadi kayak gini sih,” desah alvin.


“ag, kalo gue ada salah sama lo, bilang. Gue gak ngerti ag, kenapa tiba-tiba lo ngejauh dari gue, seinget gue,
kita gak ada masalah akhir-akhir ini. agni,” kata alvin pelan.


“ag, jangan ngebuat gue takut, lo kenapa ag? Please, kasih gue kabar, temuin gue, please,” alvin begitu memohon
pada agni. Agni yang mendengar semua yang alvin ucapkan pun hanya diam saja di
tempatnya. Bukannya dia tidak suka dengan alvin, tapi dia benar-benar ingin
sendiri.


“agni, kalo lo nanti kenapa-napa gimana? Gue khawatir ag, gue takut, gue bingung. Jangan buat gue dibayangin
sama pertanyaan ini ag, kepala gue udah gak kuat, gue udah gak boleh mikir yang
kayak gitu lagi,” nada alvin terdengar begitu putus asa. Bahkan shilla, ify,
dan dea yang mendengarnya dari kamar sebelah pun turut prihatin mendengar kata-kata
alvin.


Agni memutar kunci pintunya, membuat alvin langsung berdiri. Agni membukanya, alvin langsung memeluknya,
namun agni langsung menghindar. Alvin menatapnya sedih. “agni, lo kenapa,”
katanya memelas. Kenapa agni jadi begitu menghindar darinya?


“jangan temuin gue dulu vin, sebelum gue duluan yang nemuin lo,” kata agni dingin. Dia terpaksa harus
seperti ini, padahal dia sendiri juga tidak ingin. Tapi kalo gak seperti ini,
alvin akan terus menemuinya, membuatnya tak bisa berpikir serius.


Alvin mendekat ke arah agni, namun agni malah menahan langkahnya. “stop! Jangan masuk! Gue lagi gak mau ketemu lo
dulu,” tegas agni.


Alvin melangkah mundur. “ada apa sih ag? Kasih gue alesan yang jelas,” pintanya.


Agni menggeleng tanpa ekspresi, lalu langsung menutup pintu kamarnya. Alvin menatapnya tidak percaya. Agni sama
sekali tidak mempedulikannya. Alvin melangkah berat kembali ke rumahnya.


“udah ketemu sama agni vin?” Tanya bu winda menghentikan langkah alvin. Alvin menggeleng sambil menunduk.


Bu ucie meraih tangan alvin untuk duduk disampingnya, mengangkat wajah alvin ke arahnya. Alvin terlihat sedih
sekali. Bu ucie mengusap rambut alvin. “ada masalah sama agni ya?” Tanyanya hati-hati.


Alvin menggeleng. Dia sendiri tidak tahu ini masalah apa bukan. “emangnya agni kenapa?” Tanya bu ucie lagi.


“agni gak mau ketemu alvin ma, udah ya ma, tan, alvin balik dulu,” alvin berdiri dan beranjak ke rumahnya. Namun
langkahnya ditahan kembali oleh bu winda.


“tunggu vin, ini, kunci cadangan kamar agni, kamu masuk aja ya, alesan aja disuruh sama tante,” bu winda
menyodorkan kunci ke arah alvin. Alvin menggeleng dan tersenyum tipis.


“gak usah tan, agninya emang gak mau ketemu alvin, gak usah dipaksain,” kata alvin.


“pokoknya kamu pegang kuncinya,” suruh bu winda, menaruh kunci itu di tangan alvin. Alvin mengangguk kecil.

***

Di sekolah, alvin pun masih berusaha menemui agni, meskipun agni terus menolaknya. Alvin menghampiri meja agni, duduk di
kursi depannya. Agni tidak melirik atau menanggapinya sama sekali, seolah tidak
ada seorang pun di hadapannya. Padahal dia ingin sekali menatap alvin. Ia terus
saja mengerjakan apapun, yang dapat membuatnya menghindari tatapan alvin.


“agni,” panggil alvin. Alvin menggunakan telunjuk kanannya untuk menyentuh wajah agni. Agni tidak menolaknya ataupun
menganggapnya. Benar-benar dicuekkin.


“sampe kapan sih ag harus gini terus? Gue kangen sama lo,” kata alvin lagi. Ia meraih tangan kiri agni dan
menggenggamnya. Alvin tidak suka dicuekin gini, tidak direspon saat dia
menyentuh agni. Ia berjalan ke belakang agni, memeluknya. Belum sedetik, agni
sudah melepaskan tangannya.


“kasih gue waktu sebentar vin, buat sendiri,” pinta agni.


“kenapa sih ag? Lo mikirin apa? Lo udah gak sayang sama gue? Lo benci sama gue? Gue ada salah sama lo?” Tanya alvin
beruntun. Agni menggeleng. “terus kenapa? Oh, gue udah nyakitin lo ya? Lo bosen
gue cuekkin kemaren ni ya? Gue terlalu manja ya?” Agni menggeleng lagi.


“bilang dong apa yang ngebuat lo kayak gini,” kata alvin putus asa.


Agni masih mendiamkannya. Jujur, dia seneng banget alvin bener-bener usaha dapetin jawabannya, tapi dia juga
sedih, harus menghindar dari alvin dulu. “lo nyesel sama keputusan lo kemaren
ni?” Tanya alvin getir. Dia sebenarnya tidak mau menanyakannya. Tapi
satu-satunya pertanyaan yang paling ingin ia tanyakan Cuma itu.


Untuk beberapa detik, agni menghentikan kegiatan mencatatnya. Kemudian langsung melanjutkannya kembali.
Pertanyaan alvin begitu telak baginya. “berarti lo mikirin itu kan dari
kemaren?” Tanya alvin lagi.


Agni tidak mengangguk ataupun menggeleng. Ia meletakkan pulpennya dan bersandar di kursinya. Melipat kedua
tangannya, memandang lurus ke depan. Sepertinya dia tidak perlu menjauh dari
alvin. bicarakan saja lah. tidak peduli alvin akan marah padanya atau tidak.


“jawab gue,” katanya. Agni menatapnya, sudah seharian dia tidak melihat wajah alvin sama sekali.
benar-benar merindukannya. Agni menghela napas berat dan mempersiapkan
ceritanya.


“jangan disini, dan gue minta, lo jangan marah sama gue,” pinta agni. Alvin mengangguk dan membawanya ke RoH.

***

@RoH


Beruntung tidak ada cakka, rio, ataupun iel disana. Alvin dan agni segera duduk, saling bersiap mendengar
respon masing-masing.


“lo janji dulu, gak bakal marah sama gue!” kata agni. Alvin mengangguk. Agni menceritakan semuanya dengan
pasrah. “udah, lo jangan marah sama gue ya,” tagih agni.


Alvin hanya tersenyum dan memeluknya. “alvin,” panggil agni pelan. Alvin terus memeluknya. “gue gak marah
kok ag, gue seneng lo bisa bener-bener mikirin itu, biar lo gak nyesel nantinya.
Jadinya?” tanya alvin sambil melepas pelukannya.


“gue rasa gue cukup yakin buat ngejalaninnya,” kata agni. Alvin lega, berarti kerisauannya tidak akan
membuatnya tersiksa lagi. “udah masuk daritadi, gue balik ya,” kata agni. Alvin
menggeleng.


“sini dulu lah ag, beberapa hari gak ketemu ngebuat gue kangen banget sama lo,” alvin meletakkan tangan kiri
agni ke pipi kanannya, menggenggamnya. Agni mengelus pipi alvin.


“tapi gue udah sering bolos kayak gini, gue balik aja ya,” kata agni sambil berdiri.


Alvin sedikit kecewa, lalu tersenyum. “gue anterin ya,” tawarnya. Agni mengangguk.

***

Agni menghampiri alvin dengan wajah cemas. “kenapa ag?” tanya alvin bingung.


Agni duduk disampingnya dan berkata pelan, “lo aja deh ya vin yang kasihtau, takut gue.”


Alvin menggeleng-gelengkan kepalanya. “waktu itu siapa yang minta 2 minggu sebelumnya, hah? Ya elo lah
yang kasihtau,” tolak alvin.


Agni mengerutkan keningnya dan cemberut. “jahat lo, lo aja deh ya,” kata agni memelas.


Alvin menatapnya, ahh, dia tidak pernah bisa menolak permintaan agni. “yaudah,” katanya pasrah. Agni tersenyum dan
mencium pipinya.


Alvin memandang yang lain. Lalu menghela napas pasrah. “lo semua, dengerin gue,” kata alvin. yang lain langsung
menoleh ke arahnya, menunggu kelanjutan kata-katanya.


“ada apa vin?” tanya iel.


“gue sama agni married dua minggu lagi,” katanya perlahan. Agni tidak berani menatap yang lain, walaupun semuanya
menatap dia dan alvin dengan tidak percaya.


Semuanya kaget, shock, gak percaya. “gak lucu vin!” kata rio setengah tertawa.


“gue se..ri..us,” tegasnya. Ray menghampiri agni dengan marah.


“agni! Tadi dia bercanda kan? gak serius kan? bilang ag kalo itu gak bener!” desak ray.


Agni menatapnya takut-takut. “kita emang married dua minggu lagi ray,” katanya pelan.


Ray menatapnya penuh amarah. “lo jahat ag! Lo jahat! Kenapa sih harus dia?! ada gue ag! Ray! ray yang selalu
nemenin lo, ray yang selalu sayang sama lo! kenapa sih ag?!” ray
menunjuk-nunjuk agni.


Alvin berdiri, menyingkirkan tangan ray yang menunjuk agni. “kenapa sih lo ngotot banget? bukannya lo suka sama
zahra? Jangan maenin zahra dong!”


Ray menatap zahra yang menatapnya berharap. “gue akuin.. gue suka sama zahra. Tapi rasa sayang gue ke agni jauh
lebih besar dari sayang gue ke dia! lo pikir, semudah itu gue lupain agni?
Semudah itu gue ngelepas dia? awalnya gue kira lo emang cukup baik buat agni,
gue rela-rela aja waktu itu. Tapi gue gak nyangka, ternyata lo tuh cowok manja,
depresian, dan posesif! Gak rela gue ngelepas agni ke lo!” ray menatap alvin
penuh kebencian.


Alvin membalas tatapan ray. “oh, jadi gitu! Lo kira lo pantes buat agni? Lo keras kepala! Egois! Maksa! Mau
menang sendiri! Lo pikir orang bisa seneng sama sifat lo itu?! Gue yakin
sepenuhnya, gak akan! Lo tanya ke agni, dia mau sama lo atau sama gue!”
balasnya tajam.


Ray menatap agni penuh harap. “ag, coba deh lo inget-inget waktu kita bareng, lo seneng kan? lo nyaman kan? ag,
gue mohon, lo bisa ngerti gue,” ray melembutkan suaranya.


Agni menatap keduanya. Lalu mendesah pelan, “sori ray, gue akan dan terus sama alvin.”


“lo udah denger kan apa yang dia bilang?! Gue minta lo jangan berharap lagi ke dia! masih ada zahra kan?!” kata
alvin kesal.


Ray menatap semuanya tidak percaya. Dia berjalan cepat ke luar kelas dengan sangat marah. Alvin duduk kembali di
tempatnya.


“lo kenapa baru bilang sekarang sih vin?! gak ngehargain kita banget sebagai kembaran lo?!” kata cakka kesal.


“ya sori, kita emang sengaja mau ngasihtaunya 2 minggu sebelumnya, biar gak ribet,” kata alvin tenang. Tiga kembarannya
hanya menggeleng-gelengkan kepala heran saja.


Shilla, ify, dan dea menarik tangan agni menjauh dari yang lain. “ag! Lo udah gila ya?!” kata dea pelan agar tidak
terdengar yang lain.


Agni menggeleng. “wah! Lo kayaknya dipelet nih sama kak alvin,” kata ify tidak percaya. Agni menggeplak kepala
ify.


“enak aja lo! ya enggaklah!” bantah agni.


“lah, abisan lo kok mau aja sih?! Masih sekolah tau! nanti di DO lo!” peringat shilla.


Agni menatapnya heran. “gue tanya, yang punya ni sekolahan siapa?”


Shilla menepuk keningnya. Oh iya, ini kan sekolahan kak alvin, ya gak bakal diDO lah. “hehe, lupa,” katanya
cengengesan.


Agni berdecak kesal dan kembali ke sebelah alvin.

***

Pagi-pagi sekali, satu sekolahan sudah geger dengan adanya undangan diatas meja mereka. Akibatnya, kelas alvin
dan agni penuh dikerubungi orang-orang.


“heh! Lo tuh belagu banget ya! Sekolah belom lama aja udah carper ke alvin! mana ada undangan married segala
lagi!” bentak seorang anak ke agni. Untung agni sudah mempersiapkan diri untuk
dilabrak begini.


“apa-apaan sih ini?! undangan apa pula ini?! gak lucu tau gak sih?!” bentak yang lainnya.


Ada seorang anak yang melayangkan tangannya ke arah agni, namun langsung dicengkeram oleh agni. “heh! Gak usah
kasar bisa gak sih?!” bentak agni. Anak itu mencoba melepaskan tangannya, namun
agni terlalu kuat mencengkeramnya, membuatnya kesakitan. Anak itu merintih
kesakitan, agni melepasnya kasar.


Tak ada yang berani berniat menampar agni lagi, semua hanya memarahinya tidak terima. Tiba-tiba zevana,
acha, oik, dan sivia menerobos kerumunan, dan berdiri tepat di depan agni.


“ag, jelasin, maksudnya apa?!” marah zevana.


“ya kayak yang lo terima, undangan pernikahan gue sama alvin,” jawab agni tenang.


“heh! Lo pikir dong! Masih sekolah juga! Masa udah married?!” bentak acha. Agni menatapnya sinis. Dia jadi ingat
aren dan riko kalau melihat acha, sivia, dan oik.


“terus, mau lo semua apa?!” balas agni yang mulai naik darah.


“kita, maunya, lo jauh-jauh dari alvin!” balas oik sambil menunjuk-nunjuk agni.


“turunin tangan lo,” kata seseorang pelan dari depan pintu. Semua yang mengenali suaranya langsung menatap alvin.
kerumunan pun bergeser memberikan jalan untuk alvin.


Alvin berjalan menghampiri kelimanya, berdiri di sebelah agni, menurunkan tangan oik yang menunjuk agni.
“terserah lo semua mau dateng apa gak! Yang gue mau tau, jangan ada yang berani
bentak atau nampar dia, atau gue bakal kasih lo semua pelajaran!” ancam alvin
sambil menarik agni membawanya keluar, menjauh dari kerumunan orang.


“diapain tuh si alvin sampe bisa segitunya?!” kata sivia sinis.


“diguna-guna kali alvinnya! Masa belom lama jadian tiba-tiba udah mau married aja!” celetuk yang lain. Semuanya
mengangguk setuju. Mereka terus-menerus memikirkan sebab alvin mau aja married
dengan agni.

***

“ag, istirahat aja napa sih? Jangan banyak gerak dulu napa, nanti lo sakit lagi,” tegur alvin. daritadi agni terus
bermain basket sendirian, meluapkan kekesalannya dilabrak sama hampir semua
cewek di sekolahan.


Alvin masuk dalam permainan agni mencoba mengambil bola dan menghentikan permainan agni. Namun agni terlalu
bermain dengan emosi, sehingga langkah dan geraknya menjadi sangat cepat
sekali, membuat alvin tidak bisa mengejarnya. Beberapa menit, agni sepertinya
mulai kelelahan, langkahnya jadi melambat, alvin menggunakan kesempatan ini
untuk mengambil bola. Dan yap! Bola berhasil diambil alih oleh alvin.


Alvin menggelindingkan bola itu ke pinggir lapangan, menghampiri agni yang memegangi lututnya kecapekan. “ag,
pulang ya, istirahat,” kata alvin. agni mengangguk.


@Rumah Agni


Agni menyandarkan kepalanya di sofa dan meneguk minuman yang disediakan untuknya. Napasnya masih terengah-engah. Alvin
yang duduk di sebelahnya meletakkan tangannya di kening agni. Tuh kan, panas
lagi.


“tuh kan, elo malah sakit lagi, panas,” kata alvin khawatir.


“yaudah sih, ntar malem juga sembuh, udahlah, gue mau tidur aja, capek,” kata agni sambil berdiri.


Alvin menggenggam satu tangan agni, “tidurnya disini aja,” kata alvin manja. Agni mengerutkan keningnya.


“gak ah, nanti lo malah mindahin gue lagi, mendingan gue tidur disana aja langsung,” tolak agni.


“gak bakal gue pindahin deh, disini aja ya, gak enak gue kalo ke kamar lo,” kata alvin.


“hah? Gak enak? Gak salah denger gue? bukannya lo tuh seenaknya banget masuk kamar gue?” katanya kesal.


Alvin tertawa kecil. “hehe, udah sini aja ya,” alvin memangku agni dengan kedua kakinya. Agni menyandarkan
bandannya ke alvin dan memejamkan mata.


Alvin melingkarkan satu tangannya menjaga agar agni tidak merosot dan satu tangannya lagi membelai rambut agni.
Biarpun dia merasakan panasnya suhu badan agni, dia tidak peduli, dia tahu,
pasti agni kedinginan sekarang.


Memang sedaritadi agni sedikit menggigil, namun hangatnya tubuh alvin membuatnya nyaman. Dia tahu, mungkin dia
perempuan yang paling beruntung, mendapatkan alvin yang begitu menyayanginya
dan menjaganya. Agni memiringkan posisinya, “peluk gue vin, dingin,” pintanya
pelan.


Alvin tersenyum kecil dan melingkarkan satu tangannya lagi, mendekap agni dalam peluknya. Ia
mungusap-usap lengan agni agar agni tidak kedinginan. Benar-benar, badan agni
sangat panas sekali. ia melihat agni, agni terlihat nyenyak sekali tidurnya. “agni,
sembuh ya, jangan sakit terus,” setelah alin mengucapkannya, ia mengecup kening
agni.


Ify, shilla, dan dea turun ke bawah, mereka melihat agni yang tertidur dalam pelukan alvin. alvin menatap
mereka dan menempelkan telunjuknya ke bibirnya, yang lain mengangguk mengerti.
Ketiganya berjalan ke belakang alvin dan menatap agni.


“enak banget ya jadi agni, gue mau deh,” kata shilla iri.


“nyenyak amat tidurnya, seneng dia kak tidur dipeluk lo,” ledek ify setengah tertawa.


“badannya masih panas kak?” tanya dea. Alvin mengangguk kecil. “kok malah lo peluk sih? Gak kepanasan lo?” alvin
menggeleng.


Shilla, ify, dan dea benar-benar memandang dengan iri. Kenapa sih agni
dimanja banget sama kak alvin? enak banget
, batin mereka. Kenapa sih cowok
mereka gak kayak alvin aja?


“manjain dia banget lo kak, pengen gue,” kata ify iri.


“lo mau?” tanya alvin. ify mengangguk. “minta sono ke cakka!” katanya.


Ify merengut kesal. percuma saja, cakka lagi sibuk-sibuknya sekarang, mana sempet manjain dia, dia aja dilupain
coba.


Agni menggerakkan sedikit kepalanya dan bergeser sedikit. “tidur ya sayang,” kata alvin lembut. Agni diam kembali
dan meletakkan satu tangannya di dada alvin.


“heuh.. ngeliat lo berdua Cuma bikin gue gedeg kak,” kata shilla panas.


“udahlah, kita mau jalan ya kak, ati-ati, ray masih ada diatas,” pesan dea. Alvin mengangguk kecil.


Dari atas, ray terus memperhatikan alvin dan agni. Hatinya panas melihat keduanya begitu mesra dan membuat iri
setiap pasangan yang melihatnya. Dia masih tidak percaya dengan dua anak ini.
padahal agni kan belum lama kenal alvin, kenapa dia bisa begitu sayang dengan
alvin? apa benar sentuhan alvin itu maut? Apa benar alvin dan agni memang
diktadirkan bersatu? Apa benar-benar tak ada lagi kesempatan baginya?


Ray menuruni tangga, menghampiri keduanya. Alvin menoleh kepadanya. “agni,” ucap ray pelan.


“vin, gue relain agni buat lo, tapi lo gak boleh sekalipun nyakitin dia ataupun buat dia sedih! Gue bakal kasih lo
pelajaran kalo sampe lo nyakitin dia!” kata ray tidak rela.


Alvin tersenyum tipis. “thanks, gak akan pernah gue nyakitin dia,” kata alvin. ray mengangguk.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar