Sabtu, 07 Agustus 2010

cerbung >> Hasinuda In Love_Part 37

PART XXXVII: Wedding’s Plan?
@SMA AS
“agni mana sih?” tanya ray bingung, daritadi dia mencari agni namun gak ketemu-ketemu.
“lah, lo gak tau ray? tadi kan dia sama kak alvin pergi,” jawab shilla.
“pergi kemana?” shilla mengangkat bahu. “yo, agni sama alvin kemana?” tanya ray pada rio yang baru datang.
“di rumah, barusan mama sms gue, katanya mereka dirumah,” jawab rio. yang lain saling bertatapan bingung. Di rumah? Ngapain tuh? Batin mereka.
“mama pulang?” tanya iel heran.
Rio mengangguk. “katanya mau ngomong hal penting sama tu anak dua.”
“yaudah kita pulanglah!” ajak ray buru-buru.
“tapi jangan ke rumah gue langsung, kita ke rumah agni dulu, mama sama tante winda mau ngomong sesuatu,” cegah rio. semuanya makin bingung kemudian mengangguk.
***
@Rumah Agni
“aunty winda!” seru ray sambil mendatangi bu winda.
Bu winda memeluk ray. “ya ampun ray, udah gede, makin cakep aja nih,” puji bu winda. Ray tersenyum.
“kamu jagain agni gak? Aunty kan udah titipin agni ke kamu loh,” tagih bu winda.
Ray menunduk. “gak usah nyuruh ray juga udah ada yang jagain kali aunt. Aunty jahat nih, gak bilang ke ray kalo agni udah punya cowok, kesempatan ray kan jadi ilang!”
“wih, jujur amat lo bilang suka sama agni di depan mamanya,” celetuk ify.
“biarin! Aunty mah, bukannya agninya buat ray aja, malah buat alvin.”
Bu winda menepuk bahu ray. “ray, tadiannya juga kalo agni gak mau sama alvin, tante bakal kasih kamu agni, tapi sayangnya dia mau tuh sama alvin. maafin tante ya.”
Ray manyun. “tapi selama mereka belom married, ray masih boleh usaha kan?” tanyanya berharap.
“woy! Usaha aja lo! udah sih relain aja,” kata dea.
“enak aja! Gak bakal! gak akan pernah gue relain! Agni harus jadi milik gue!” kata ray ngotot. Semuanya hanya menggeleng-gelengkan kepala, ray keras kepala juga.
Zahra yang mendengarnya kecewa. Dia kira, ray mulai suka sama dia, tenyata ray masih sayang banget sama agni.
“kok kita disuruh kesini ma? Tan?” tanya iel mengalihkan topik.
“oh, itu, alvin sama agni lagi berduaan di rumah. Kita gak enak kalo mau masuk, kalian yang masuk duluan ya,” jelas bu ucie.
“ya ampun ma, gitu doang aja ribet amat,” kata cakka. mereka segera berjalan ke rumahnya.
***
@Rumah Hasinuda
Langkah mereka semua berhenti begitu melihat alvin dan agni sibuk berduaan dan sama sekali tidak menyadari derap langkah mereka.
“ehm!” deham iel. keduanya tidak mendengarnya.
“kayaknya tempat duduk masih banyak ya,” sindir cakka kencang. Alvin dan agni mengalihkan pandangannya ke sumber suara.
“napa lo cak? Sirik?” balas alvin kesal. Kenapa sih selalu ada yang gangguin mereka berdua? Gak bisa apa mereka berdua aja?
“ALVIN! AGNI!” seru bu winda dan bu ucie dengan nada marah sambil melangkah masuk ke dalam.
Alvin dan agni yang amat kenal dengan suara itu langsung berdiri, kaget. keduanya berpandangan tidak enak. Sedangkan yang lain hanya menahan tawa.
“kalian itu ya! Bukannya sekolah malah pacaran! Berduaan aja lagi di rumah!” seru bu ucie galak. Sebenernya sih pura-pura aja galaknya.
“ma, kok pulang gak bilang-bilang?” tanya alvin, mencoba mengalihkan pembicaraan.
“gak usah ngalihin topik! Kalian ngapain berdua doang?!” seru bu winda.
“gak ngapa-ngapain ma, Cuma ngobrol aja,” jawab agni.
“bohong! Tadi buktinya kita liat kamu dipangku alvin! dipeluk segala lagi! jujur! Kalian ngapain aja tadi?!” tuduh bu ucie.
“ya emang Cuma ngobrol doang ma, tan, ampun deh, dari kemaren ni dituduh mulu,” kata alvin keceplosan. Namun dia tidak menyadarinya. Agni menyikutnya. Alvin menatapnya bingung. Agni mengisyaratkan bahwa alvin telah mengatakan sesuatu yang fatal bagi mereka berdua. Bisa habis kena marah mereka.
“dari kemaren ni? Emang kalian ngapain?” tanya keduanya penasaran.
“kemaren ni tuh ya ma, mereka tuh..” alvin dan agni menatap cakka tajam, tidak membiarkan cakka melanjutkannya. Bahaya kalo orangtua mereka mikir yang macam-macam.
“mereka apa?” tanya mereka penasaran.
“mereka.. emm.. gak tau.. hehe..” jawab cakka takut.
“udah dibilangin juga kita gak ngapa-ngapain, udah ah, agni mau balik aja,” agni berjalan keluar dengan kesal.
“tuh kan dia jadi kesel lagi, ahh, kenapa sih kita slalu digangguin?!” alvin berjalan cepat ke kamarnya.
Semuanya saling berpandangan dan tersenyum penuh arti. Kalo mereka berdua memang benar-benar gak mau diganggu, kenapa gak cepat-cepat disatukan saja?
***
“rio, shilla mau tagih hukuman rio, sejam sehari, kita jalan yuk,” ajak shilla.
Rio mengangguk. “kemana?”
“emm.. ke rumah shilla aja yuk, shilla mau ngenalin rio ke ortu sama kakak shilla.” Rio mengangguk dan pergi bersama shilla.
@Rumah Shilla
“ma, pa, kak, shilla pulang,” seru shilla dari ruang tamu. “duduk aja yo,” rio mengangguk dan duduk.
Tak lama, kakak shilla datang. “gak usah teriak juga kali shil!” gerutu orang itu sambil berjalan ke arah mereka.
“hehe, mama papa mana kak?”
“lagi pergi,” kata kakak shilla, dia menatap rio, sepertinya dia tahu siapa rio. matanya membelalak begitu mendapatkan ingatannya tentang rio. “mario.. stevano.. aditya.. haling?” kata kakak shilla tidak percaya sambil menunjuk rio.
Rio tersenyum dan mengulurkan tangannya. “panggil aja rio kak.”
Kakak shilla menyambut uluran tangan rio. “panggil aja kak angel, lo kok bisa sama shilla?” tanyanya masih shock, salah satu calon pewaris terkaya ada di rumahnya, bersama shilla.
“hehe.. gak usah segitunya kali kak, biasa aja, gue cowoknya shilla, boleh kan?”
Angel mengangguk pasti. “udah berapa lama lo jadian sama dia? kok dia gak pernah cerita sama gue?” Kepribadian rio yang ramah amat membuat orang mudah akrab dengannya.
“emm.. jalan 6 bulanan lah kak. shil, emang shilla gak pernah cerita tentang rio ya?” tanyanya kecewa.
“maaf rio.. shilla emang sengaja gak ngasihtau mereka, maunya sih ngenalin rio langsung,” kata shilla.
“wah, lo pake apaan shil ampe ni anak mau sama lo,” kata angel penasaran.
“enak aja lo! orang dianya yang mau sama gue! iya kan yo?”
Rio mengangguk dan tersenyum. Kemudian mereka bertiga mengobrol.
***
Malamnya, bu winda dan bu ucie meminta ray, shilla, dea, dan ify untuk menemani zahra, rio, iel, dan cakka. sementara mereka mau berbicara dengan alvin dan agni.
“kalian tau kenapa kami pulang?” tanya bu ucie.
Alvin dan agni mengangguk. “pasti mau ngomongin hal penting kan?” tebak agni.
“yap. Kalian gak suka digangguin kan?” tanya bu winda. Keduanya mengangguk dengan malas.
“kalian maunya berdua aja kan?” giliran bu ucie yang bertanya. Keduanya mengangguk lagi. mereka tahu kemana arah pembicaraan ini.
“udahlah ma, tan, to the point aja,” kata agni malas.
“kalian jangan married abis lulus ya,” kata bu ucie. Alvin dan agni berpandangan bingung.
“terus? kapan?” tanya agni lagi.
“awal tahun depan aja,” kata bu winda sambil tersenyum.
Untuk sekian detik, tidak ada bantahan atau penolakan dari agni sama sekali. Alvin menatap agni heran campur bingung. Tumben gak dibantah?
“jadi?” tanya bu ucie.
“ya udah,” jawab agni cuek. Alvin membelalakkan matanya kaget. Baru saja bu winda mau membuka mulut, alvin sudah berbicara duluan.
“tunggu!” serunya. Bu ucie dan bu winda menatapnya. Sementara agni masih sibuk memandangi layar hapenya. Alvin meletakkan tangannya di kening agni. “ag, lo sakit ya? Kita ke dokter aja yuk,” ajak alvin. agni menengok ke arahnya bingung.
“sakit? Enak aja lo! gue sehat gini juga!” marah agni.
“lah, lagian lo tadi setuju, aneh banget,” alvin masih tidak percaya dengan apa yang tadi agni setujui.
“oh, jadi lo gak mau, yaudah. Gak jadi ma! Tan!” kata agni santai. Bu winda dan bu ucie jadi berpandangan bingung.
“bukan! Gue mau! Tapi lo yakin ag? Lo dengerin gak apa yang tadi diomongin? Nanti salah denger lagi,” alvin tetap tidak percaya.
“apa sih? Gue denger kali apa yang diomongin,” kata agni yang mulai kesal.
Alvin tersenyum senang, lalu menepuk-nepuk kepala agni pelan dan mencium pipinya. “makasih ya sayang!” agni hanya mengangguk.
Bu ucie dan bu winda yang melihatnya tertawa kecil. Lucu banget sih anak mereka ini. alasan keduanya ingin cepat-cepat menikahkan kedua anak mereka itu karna alni gak akan pernah bisa jauh. Bu ucie tahu, alvin mirip sekali dengan ayahnya, pak duta, yang sentuhannya maut. Dia tahu agni udah gak akan bisa jauh dari alvin lagi, gak akan bisa hidup tanpa sentuhan alvin.
Tapi mau dibilang sentuhannya itu menyusahkan ya tidak bisa juga. Karna alvin dan pak duta sama-sama penyayang banget, gak bakal ngebuat orang yang disayanginnya kecewa. Agni sudah terjamin akan bahagia bersama putranya ini, seperti dirinya.
“kalo gitu, nanti kita yang nyiapin semuanya, kalian gak usah ikutan,” kata bu ucie senang. Alvin dan agni hanya mengangguk.
Bu ucie dan bu winda meninggalkan alvin dan agni berdua. Mereka ingin tahu apa yang akan keduanya bicarakan, maka mereka menguping dari balik pintu kamar.
Alvin duduk menghadap agni. “ag,” panggilnya. Agni menoleh ke arahnya. “lo beneran yakin? Waktu gue minta dua tahun lagi elo gak mau, gantian disuruh awal tahun depan lo malah mau! Aneh lo,” kata alvin heran.
“emangnya gak boleh kalo gue berubah pikiran?” Tanyanya pelan.
“boleh sih! Asal jangan berubah lagi ya!” Seru alvin. Agni mengangguk. “lo tau kenapa gue pengen cepet-cepet married sama lo?” Agni menggeleng. Bu ucie dan bu winda menajamkan pendengarannya, penasaran.
“karna gue pengen senyum lo itu tiap hari buat gue, gue mau sayang lo Cuma buat gue, gue mau orang yang ngisi hari lo sampe nanti itu gue! Gue udah pernah janji kan? Kalo gue bakal selalu buat lo seneng, ngejagain lo, ngelindungin lo, nyayangin lo, ngisi hari lo? Gue gak mau itu nanti-nanti ag! Gue pengen, itu secepatnya,” jawab alvin semangat.
Agni hanya menganggukkan kepala tanda mengerti. Dia masih ingat janji alvin, janji yang sudah siap akan selalu ditagihnya bila suatu saat nanti alvin ingkari. “dan lo mau tau kenapa gue mau married sama lo segini cepetnya?” Tanya agni. Alvin mengangguk antusias.
“karna gue gak bisa jauh dari sentuhan lo vin, terlalu ngebuat gue kecanduan, terlalu ngebuat gue bener-bener gak bisa jauh dari lo lama-lama. Gue bakal selalu inget lo vin, selalu kangen sama lo kalo lo gak nyentuh gue. Gue gak bisa kayak gitu terus vin. Elo, Cuma elo, satu-satunya cowok yang bisa buat gue seneng, yang bisa ngerti gue. Gue gak akan pernah nyia-nyiain lo lagi vin, apalagi gue dapet kesempatan buat milikin lo, gak akan pernah gue tolak,” jelas agni panjang lebar.
Alvin benar-benar senang mendengar jawaban agni. Sepertinya hari ini akan masuk dalam salah satu hari bersejarah di hidupnya. Bu ucie dan bu winda saling berpandangan dan menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum. Rupanya kedua anak mereka ini benar-benar tidak bisa dipisahkan sekarang.
***
“cak, maen yuk, lo berempat lagi gak sibuk kan?” Pinta ify. Cakka mengangguk, meraih tangan ify dan membawanya ke depan piano.
Ify tersenyum. Sudah lama dia tidak main dengan cakka, rasanya selalu kurang kalau tidak bermain piano dengan cakka.
Dalam permainan, cakka mengecup pipi ify dan tersenyum. Ify membalas senyumannya. “udah lama cak gak maen piano sama lo, kangen gue,” kata ify jujur.
“gue malahan udah gak maen piano lagi. Jadi badmood deh gue makanya. Tapi kalo maen sama lo gue jadi seneng,” katanya sambil terus bermain.
Mereka benar-benar bermain sambil tertawa dan bercanda. Mulai dari tempo yang sedang, ke tempo yang sangat cepat, lalu langsung berubah ke tempo yang sangat lambat, berubah lagi ke nada-nada menyentuh, dan berubah lagi ke nada-nada yang bersemangat. Keduanya bermain dengan kebut-kebutan.
“woy, nyantai kek maennya, yang denger gak enak nih, yang stabil kek maennya,” seru iel kesal. Cakka dan ify tidak menanggapinya. Mereka terus bermain.
***
Bu ucie dan bu winda benar-benar sibuk menyiapkan pernikahan alvin dan agni. Mereka tidak mengatakannya pada siapapun, baru mereka, suami mereka, dan alni yang tahu. Mereka maunya alvin dan agni sendiri yang memberitahukannya.
Alvin dan agni sendiri bersikap seolah-olah tidak pernah membicarakannya ataupun mendengarnya. Mereka bersikap biasa saja. Seolah-olah tidak pernah membahasnya. Mungkin itulah ciri khas mereka. Sama-sama tidak terlalu suka bersikap seperti pernah melakukan atau membicarakan hal yang penting.
“vin, lo sibuk lagi ya? Gue maen sama ray ya, boleh kan?” Tanya agni. Alvin mengangguk terpaksa.
“mau maen sama ray aja minta ijin dulu,” kata shilla. Agni hanya tersenyum menanggapinya.
“ray! Udah lama gue gak maen sama lo! Maen yuk! Jalan kek, kemana gitu,” ajak agni, membuat ray tersenyum dengan sangat senangnya.
Ray mengangguk semangat. “ayo! Lo mau kemana? Gue ikut aja kemana lo mau pergi! Agni! Gue kangen deh sama lo!” Seru ray hendak memeluk agni, namun agni langsung menghindar.
Ray cemberut. Menurunkan tangannya. “gue mau meluk lo aja gak boleh sih? Sekali doang,” pinta ray.
“gak boleh!” Seru alvin tanpa memandang ray sedikitpun. Ray memandangnya benci. “yaudah! Dasar posesif!” Seru ray kesal. Dia mengajak agni duduk disebelahnya.
“ya elah vin, Cuma sekali doang ini gak dikasih,” kata rio.
“emangnya lo mau kalo gue meluk shilla di depan lo?” Katanya sinis.
Rio baru berpikir, salah juga dia ngomong gitu tadi. “ya enggaklah! Mau di depan gue atau di belakang gue, gak bakal gue ijinin!”
“tapi kalo shillanya mau meluk kak alvin?” Kata shilla.
“jangan mulai deh shil, rio lagi males nih, emangnya shilla maunya siapa? Rio atau alvin?” Tanyanya kesal.
“rio kok, hehe,” kata shilla.
“yel, dea bikinin makanan deh buat yayang iel, iel makan ya!” Dea menyendokkan bekal yang dibawanya. Iel mengangguk dan memakannya.
“enak!” Kata iel sambil mengunyah makanannya.
Dea tersenyum. “mau dea bikinin tiap hari?” Iel mengangguk semangat.
“mau banget! Yayang dea perhatian banget sih sama iel, seneng deh.”
“yaudah, makan lagi ya..” Dea menyuapi iel.
Ify duduk di meja cakka, sebelah laptop dan bernyanyi.
Menunggu sesuatu yang sangat menyebalkan bagiku
saat ku harus bersabar dan trus bersabar
menantikan kehadiran dirimu
entah sampai kapan aku harus menunggu
sesuatu yang sangat sulit tuk kujalani
hidup dalam kesendirian sepi tanpamu
kadang kuberpikir cari penggantimu
saat kau jauh disana
ooo…
Gelisah sesaat saja tiada kabarmu kucuriga
entah penantianku takkan sia-sia
dan berikan satu jawaban pasti
entah sampai kapan aku harus bertahan
saat kau jauh disana rasa cemburu
merasuk kedalam pikiranku melayang
tak tentu arah tentang dirimu
apakah sama yang kau rasakan
walau raga kita terpisah jauh
namun hati kita selalu dekat
bila kau rindu pejamkan matamu
dan rasakan a a a aku
kekuatan cinta kita takkan pernah rapuh
terhapus ruang dan waktu
percayakan kesetiaan ini
akan tulus a a ai aishiteru
hapus sendiri pikiran melayang terbang
perasaan resah gelisah
jalani kenyataan hidup tanpa gairah
o…uo..
Banyak segala misi dan ambisimu
akhiri semuanya cukup sampai disini
dan buktikan pengorbanan cintamu untukku
kumohon kau kembali
“bagus fy suara lo,” puji cakka. Ify hanya tersenyum.
“itu ag! Lagu yang dulu gue sering nyanyiin buat lo tau gak sih,” kata ray semangat.
“oh,” balas agni. Dia tidak tau mau menanggapi seperti apa. Ray tak henti-hentinya berusaha mendapatkan perhatiannya.
“masa Cuma ‘oh’ doang sih?” Kata ray kecewa.
“abisnya apa?”
“bilang kek lo suka sama gue,” kata ray penuh harap. Walaupun dia tau percuma saja.
“ray, gue musti berapa kali bilang ke elo sih? Gue Cuma nganggep lo bestfriend gue! Temen gue satu-satunya! Gak lebih dan gak kurang!” Jelas agni. “mungkin dulu gue pernah suka sama lo, dan coba kalo dari dulu lo bilang sama gue, pasti gue milih lo! Tapi lo telat, gue udah terlanjur netapin hati gue buat alvin, bukan buat lo,” jelasnya lagi.
“berarti lo juga pernah suka sama gue kan? Berarti mungkin kalo lo suka lagi kan sama gue?” Tanyanya penuh semangat.
“lo ngerti gak sih yang dia omongin? Dia udah gak suka sama lo!” Seru alvin kesal. Ray tidak menganggapnya sama sekali.
“gak mungkin ray, soalnya..” Agni tak bisa melanjutkan kata-katanya.
“soalnya kenapa?” Tanya ray penasaran.
“soalnya dia bakal jadi milik gue!” Jawab alvin pamer.
“masih lama! Abis lulus kan? Berarti kesempatan gue juga masih ada!” Balas ray sewot.
Alvin tersenyum sinis plus meremehkan. Belum tau si ray kalo dalam jangka waktu 2 bulan, agni bakal jadi milik dia seutuhnya. “terserah lo aja deh, gue yakin, agni gak mau sama lo,” remeh alvin.
“apa sih ag? Bagusnya dia daripada gue? Apa sih yang lo suka dari dia?” Tanya ray kesal sambil menunjuk alvin.
“hah? Dia? Mungkin lo lebih baik daripada dia ray, tapi bagi gue dia yang terbaik buat gue. Yang gue suka dari dia? Semuanya, semuanya ray,” jawab agni. Alvin tersenyum ke arahnya.
Hati ray hancur. Tega sekali agni menolaknya. Apa sih bagusnya alvin dibanding dirinya? Bukankah dirinya sempurna di mata semua cewek? Bukankah dirinya setara dengan alvin? Dia punya banyak fans seperti alvin, dia juga punya semua yang dimiliki alvin ini di swiss, kenapa sih agni lebih milih alvin yang dijodohkan dibandingkan dengan dirinya yang sudah menemani agni sepanjang hidupnya?
Andai saja ray tahu bahwa penolakan agni terhadapnya tidak sebanding dengan penolakan agni terhadap alvin dulu. Ray baru saja ditolak dua kali, sedangkan alvin, dia sudah berkali-kali, baik dengan kata-kata ataupun dengan bahasa tubuh agni yang selalu menghindar. Kalau ray tahu, pasti dia akan menyadari bahwa sayang alvin ke agni jauh lebih besar dibandingkan sayangnya ke agni.
***
Shilla, ify, dan dea menonton latihan basket putra-putri dari pinggir lapangan. Ketiganya terkagum-kagum melihat kemampuan cowok mereka, yang nyatanya keren banget! Sebenarnya mereka tidak terlalu mengerti soal basket, hanya saja melihat gaya cowok mereka sudah mampu membuat mereka terpesona.
Tidak dengan ray, zahra, dan agni, mereka justru melihat kekurangan hasinuda dalam permainannya. Semakin kesini semakin buruk. Walaupun masih dalam batas hebat, tetap saja makin lama makin menurun.
Ekskul berakhir. Zevana berbicara sebentar dengan agni. Yang lain langsung duduk istirahat.
“keren cak!” Puji ify sambil menyodorkan minuman. Cakka tersenyum tipis dan meminumnya. Dia menyadari permainan mereka kacau sekali.
“payah,” kata zahra. Hasinuda hanya tersenyum menanggapinya.
“payah apanya? Keren kok!” Bela dea. Shilla dan ify mengangguk setuju.
Agni menghampiri mereka. “lo semua maen atau apa sih? Makin lama makin jelek!”
“jelek? Keliatannya bagus-bagus aja tuh!” Kata shilla bingung.
Agni memutar bola matanya. “terserah lo aja dah! Tadi zeva bilang ke gue suruh negur lo berempat! Next meeting gak boleh jelek lagi!” Keempatnya mengangguk.
“lo capek banget ya? Gue bantuin deh kerjaan lo,” tawar agni. Bukan hanya di basket, permainan alvin di futsal pun makin menurun.
Alvin menggeleng pelan. Dia lagi gak mood buat ngomong.
“tapi lo terlalu kecapekan vin, gue gak mau tau pokoknya lo gak boleh kecapekan lagi! Atau gue bilangin tante!” Ancam agni. Alvin mengangguk. “lo kenapa? Diem mulu,” tanya agni heran.
“gak mood ngomong,” balas alvin singkat. Agni mengangguk mengerti. Apa benar dia kurang peka ya? Kenapa dia gak paham-paham sama moodnya alvin?
***
Bu winda dan bu ucie yang sudah setengah jalan menyiapkan semuanya malah bingung dengan anak mereka yang belum memberitahukan siapa-siapa tentang rencana ini. Mereka memanggil kembali kedua anak itu.
“apalagi sih ma? Tan?” Tanya alvin. Males banget dia ngomongin soal beginian mulu, ribet.
“kalian belom kasihtau yang lain?” Tanya bu ucie. Keduanya menggeleng. Bu ucie mengerutkan keningnya. “kok gak dikasihtau? Kapan mau dikasihtaunya?”
“nanti aja, 2 minggu sebelumnya,” jawab agni tenang.
“2 minggu? Kalian niat gak sih married? Mana ada yang baru kasihtau 2 minggu sebelumnya?” Kata bu winda kesal.
“ada aja kali tan, udahlah, kalo gak kalian aja yang kasihtau,” balas alvin.
“itu urusan kalian! Kita gak mau ikut campur!” Balas bu ucie.
“yaudah,” kata keduanya sambil mengangkat bahu.
***
Zahra mengetuk pintu rumah agni dengan ragu-ragu. Agni membukanya. “mau ngapain lo?! Udah gue bilang gak boleh masuk rumah gue juga!” Katanya sinis.
“siapa sih ag?” Tanya ify. Shilla dan dea mengikutinya dari belakang.
Agni tak menjawabnya, membiarkan mereka lihat sendiri. Ketiganya menatapnya sinis. “gue Cuma mau minta lo semua ke rumah kok,” katanya takut-takut. Yang lain tidak menanggapi, menunggu zahra menyelesaikan kalimatnya. “mereka gak mau makan, sibuk banget,” lanjutnya lagi.
Keempatnya langsung berjalan mengikuti zahra ke rumah hasinuda. Disana mereka melihat keempatnya sedang duduk di karpet, sibuk mengetik dan membaca kertas. Benar-benar berantakan. Mereka berjalan ke meja makan dan mengambilkan makanan dan minuman untuk keempatnya.
Agni menaruh piring di sofa dan menaruh gelas di sebelah laptop alvin. Alvin menatapnya sekilas. “minggir,” perintah agni. Alvin refleks minggir. “gue yang kerjain! Sana makan!” Perintahnya lagi. Alvin menggeleng.
“gak! Gue mau ngerjain dulu! Belom selesai!”
“sampe minggu depan juga gak bakal selesai-selesai! Udah sana makan! Kalo udah selesai baru boleh lanjutin lagi!” Kata agni galak.
Alvin terpaksa menurutinya. Dia duduk di sofa dan memakan makanannya dengan kesal. “lo itu ngerti gak sih yang gue bilang?! Jangan kecapekan! Nanti lo sakit!” Omel agni. Alvin hanya diam saja, tidak berani melawan agni.
“yel.. Dea suapin ya?” Tawar dea. Iel mengangguk dan membuka mulutnya, dea menyuapinya.
“kok lo semua bisa kesini? Tadi kayaknya gue udah bilang zahra deh gak ngijinin lo semua masuk,” tanya iel.
“tadi dia yang minta kita dateng! Lo semua gak mau makan sih!” Omel dea. Iel hanya tersenyum kecil. Jarang-jarang dia ngeliat dea ngomel.
“rio.. Makan ya, aaa..” Shilla menyuapi rio. Rio mengacak-acak rambut shilla.
“makasih ya shillaku,” katanya. Shilla tertawa kecil.
Ify melihat cakka yang raut wajahnya sedang kesal. “cak! Gue bantuin ya! Gue bisa kok bikin kayak ginian! Di ekskul jurnalis diajarin!” Tawar ify.
Cakka menggeleng. “gak usah!” Katanya ketus.
“tapi gue bisa kok! Udah ya, lo makan aja,” kata ify.
“gue bilang gak usah fy! Gak boleh!” Kata cakka setengah membentak. Ify tersentak kaget. Yang lain menatap ify kasihan.
“tapi agni boleh tuh ngerjainnya! Lo gak yakin gue bisa?!” Paksa ify.
“Lyssa! Agni itu calon istri alvin yang udah pasti disuruh ngurus semua ini! Dia boleh baca dan ngerjain semuanya! Orang luar gak boleh baca ini!” Bentak cakka lagi. Ify marah. Dia berlari ke rumah agni.
“cakka! Dia ify! Lo gak berhak kayak gitu! Minta maaf!” Perintah rio kencang.
Cakka baru menyadari kesalahannya. Dia segera menyusul ify.
“ify! Ify! Maafin gue! Lo tau kan gue emosian! Fy! Please fy! Maafin gue!” Seru cakka kencang sambil menggedor-gedor pintu kamar agni.
Ify tidak menjawabnya. Dia benar-benar marah pada cakka. Dia juga tahu dia salah. Tapi cakka tak perlu membentaknya kan? Cakka memang emosian, dia juga tahu. Jadi dia harus bagaimana sekarang?
Cakka terus menggedor-gedor pintu kamar agni, meminta maaf pada ify. Ify membukanya. Cakka memegang kedua bahu ify. “ify! Sorry,” katanya penuh rasa bersalah.
“kenapa sih cak, lo jadi sering jutekin gue? Marahin gue? Ngebentak gue?” Tanya ify kesal.
“fy! Lo tau kan 2 bulan ini gue sibuk banget! Please! Lo ngertiin gue!” Mohon cakka.
Ify berpikir sejenak. Kemudian mengangguk. “kali ini gue maafin cak, tapi gue mohon, jangan pernah ngebentak gue lagi, gue gak suka cak,” kata ify memohon. Cakka mengangguk.
***
Ujian semester tinggal beberapa hari, shilla, ify, dea, dan agni jadi sibuk belajar. Bedanya, kali ini mereka tidak bisa bertanya pada cowok mereka, tidak mau menambah beban cowok mereka.
Jadilah selama 2 minggu mereka tidak bertemu dengan cowok mereka sama sekali, padahal rumahnya pun hanya bersebelahan.
“hufft.. Besok hari terakhir ujian semester, kangen gue sama rio,” kata shilla. Dea dan ify mengangguk setuju. Sementara agni, dalam pikirannya justru sedang belibet masalah pernikahannya dengan alvin. Semakin cepat waktu berlalu, semakin cepat juga waktu mereka harus mengumumkannya tiba.
“pasti mereka masih sibuk juga,” keluh ify. Yang lain mengangguk lagi.
“ag, diem aja lo,” tegur dea. Agni masih sibuk dengan pikirannya, tidak mendengar teguran dea. Dea menepuk bahu agni. “woy! Bengong ag?” seru dea kencang. Agni tersentak kaget.
“sedikit masalah sama alvin,” jawab agni tenang yang melihat tatapan bertanya ketiganya.
“eh ag, lo beneran mau married sama kak alvin nanti abis lulus?” tanya ify.
“emang menurut lo gimana?” tanya agni bingung.
“lo gak mau nyari cowok laen gitu?” tanya shilla. Agni menggeleng. Baginya alvin sudah menjadi pilihan pertama dan terakhir untuk jadi pendamping hidupnya.
“gak bosen lo sama kak alvin? kita aja bosen dicuekin mulu gini,” kata dea. Agni menggeleng lagi.
“tapi gak secepet itu juga kan marriednya?” kata shilla. agni sebenarnya setuju dengan shilla, kalau menuruti logikanya, sehabis lulus itu terlalu cepat sekali. Tapi kalau menuruti hatinya, itu terlalu lama.
“jadi? Menurut lo semua, harusnya kita married kapan?” tanya agni.
“kalo gue sih 20 aja lah,” jawab ify.
“gue 22,” kata dea.
“gue 22 juga, kalo lo ag?” tanya shilla lagi.
“engg.. gak tau..” jawab agni bingung.
“payah lo! eh, nanti jangan lupa ya undangannya!” peringat dea. Agni mengangguk ragu-ragu. Dipikir-pikir gila juga ya dia, gak nyampe sebulan lagi mau married. Agni jadi terheran-heran sendiri dengan keputusan yang dia ambil itu.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar