Jumat, 06 Agustus 2010

cerbung >> Hasinuda In Love_Part 10

PART X: Tukar Pasangan? Boleh Juga..
Iel dan rio merenungkan apa yang dikatakan cakka beberapa hari yang lalu. Tuker pasangan? Boleh juga sih, siapa tau jadi saling suka, batin mereka.
Dea, shilla, dan ify pulang bersama, rencananya mau main di rumah dea. Agni dan cakka sedang latihan basket, sedangkan alvin sedang latihan futsal putra. Rio dan iel pulang duluan.
Dea bingung kenapa jalanan sepi sekali. Ia melihat ke kiri kanan, di kanan kosong, tapi dikiri depan, banyak preman. Dea melajukan mobilnya lebih cepat. Namun, preman-preman yang melihat mobil dea langsung mencegatnya. Ify, shilla, dan dea ketakutan. Rio dan iel yang tak sengaja mengikuti mobil dea menghentikan mobilnya.
Rio dan iel turun dari mobil.
“woi! Jangan ganggu mereka!” teriak iel.
Preman-preman itu menoleh ke arah iel dan mengahampirinya. Dea, shilla, dan ify turun dari mobil. Mereka berteriak minta tolong. Sebagian preman menghampiri mereka.
“hai manis,” ucap seorang preman.
“apa lo?!” seru shilla agak menjauh dari preman itu.
“jangan jauh-jauh dong, sini, sama abang,” rayu preman yang lain.
“najis lo!” kata shilla.
Preman-preman itu menarik tangan dea dan membawanya ke trotoar.
“woy! Ngapain temen gue lo! Hah?! Kalo berani, lawan gue!!” teriak rio.
Akhirnya terjadi baku hantam antara iel, rio, dan preman-preman itu. Tangan dea dicengkeram erat oleh seorang preman. Ify menelepon cakka untuk meminta bantuan, dan shilla berlari mencari pertolongan.
Iel dan rio yang hanya berdua melawan 4 preman langsung babak belur dan hampir kalah. BUKK! Sebuah tonjokan mengenai pipi kanan iel. iel tersungkur jatoh dan dihajar oleh preman yang lain. Meskipun mereka berdua jago karate, tapi tetap saja kalah dikeroyok.
Cakka yang sedang istirahat mendengar bunyi handphonenya dan mengangkatnya.
“kak cakka!!” teriak ify.
Cakka panik. “ada apa fy?!!”
“kak iel sama kak rio dikeroyok!!”
“hah?? Dimana?” cakka kaget setengah mati. Ify memberitahukan alamatnya. Cakka langsung memberitahu alvin dan agni. Mereka bertiga segera ngebut kesana.
Sampai disana, cakka, alvin, dan agni langsung turun dan menghajar preman-preman itu. Sekarang satu lawan satu. Iel memukul preman yang bersama dea. Dipukul iel, preman itu melepaskan dea dan membalas pukulan iel.
Seorang preman mengeluarkan pisau dan mendekati agni dari belakang. Alvin yang melihatnya segera memeluk agni dari belakang. Hasilnya, pisau itu mengiris tipis panjang lengan alvin. Darah keluar dari luka itu. Agni kaget. Lalu menendang pisau itu dengan kakinya. Kemudian menghajar preman itu. Beruntung shilla dan segerombol orang membantu mereka.
Dea dan iel menaiki mobil dea. Rio, shilla, agni dan alvin dengan mobil cakka. Ify dan cakka dengan mobil iel. Mereka segera pergi menuju rumah hasinuda, karna itu yang terdekat.
Alvin meringis kesakitan karena lengannya berdarah. Agni bergidik ngeri melihatnya. Lalu shilla memberikan saputangan untuk membebat luka alvin. Agni segera melakukannya.
@Rumah Hasinuda
Mereka segera masuk, agni berlari mengambil kotak P3K. Dea mengobati iel, shilla mengobati rio, ify mengobati cakka. Agni melihat alvin dari jauh.
“WOY! Obatin gue kek! Sakit tau!” teriak alvin pada agni.
Agni berjalan menuju alvin. Ia masih ngeri dengan luka itu. Bukan lukanya, tapi darahnya. Agni mengobati alvin. Alvin merasakan kelambatan pengobatan agni. Muka agni memucat ketika mengobatinya.
Alvin menatap agni, menarik tangan agni yang memegang obat. “ag, lo kenapa? Kok pucet? Lo kena pukul ya?” tanya alvin khawatir.
Agni menggeleng. Rio, iel, dan cakka menoleh ke arah agni. “fy, lo obatin alvin dong,” kata cakka. Ify segera menggantikan agni mengobati alvin.
Alvin masih heran. “ag, lo beneran gak papa?”
Agni bergerak menjauh. “gu.. gue.. gue phobia darah kak.”
Semua menatap agni. “hah? Phobia darah?” seru mereka semua. Agni mengangguk. Agni kemudian duduk mengobati dirinya sendiri yang babak belur.
“makasih banget ya kak, tadi udah nolongin gue,” kata dea pada iel.
“iya, udah kewajiban gue kali nolongin temen gue,” balas iel.
“kak, makasih ya udah nolongin kita, kalo gak ada kakak gimana jadinya,” kata shilla pada rio. Rio hanya mengangguk dan tersenyum.
“thanx ya fy, udah ngobatin gue sama alvin,” kata cakka.
“lo juga udah nolongin kita kali kak,” kata ify, “ada juga gue yang terima kasih ke lo,” lanjutnya lagi sambil menatap cakka.
Iel beranjak berdiri. Namun jatuh. Badannya terlalu lemas. “kak! gue bantuin ya! Kakak mau ke kamar?” tanya dea.
“iya, tolongin gue ya de,” lalu dea mengantarkan iel ke kamarnya.
“kak rio mau ke kamar juga?” tanya shilla. Rio mengangguk, “gue bisa sendiri kok shil,” katanya berlalu meninggalkan shilla.
Ify yang selesai mengobati alvin bertanya pada cakka, “kalo lo cak? Lo mau gue anterin ke kamar juga?”
“gak usah, gue bisa sendiri.”
Dea kembali dari kamar iel, lalu mereka pamit ke alvin dan agni untuk pulang. Alvin dan agni kini tinggal berdua di ruang tamu. Agni membereskan obat-obatan. Alvin menatap agni. Lalu mengangkat dagu agni dengan jari telunjuknya.
“lo babak belur juga ag? Sini gue obatin,” kata alvin. Agni menghindar. “gak usah, tadi udah gue obatin kok, sori ya tadi gue gak bisa ngobatin lo,” kata agni menyesal.
“ya, gapapa kok.” Kata alvin.
***
Iel bercermin di kamarnya, dia tersenyum-senyum sendiri mengingat dea yang mengobatinya. Apa gue tukeran pasangan aja ya kayak yang cakka bilang? Kayaknya gue mulai respect sama dea.. batinnya.
***
Rio menyentuh luka-lukanya yang baru diobati sama shilla tadi. Shilla lembut juga, manis lagi, gue ke iel ah, dia mau tuker pasangan gak ya? Pikir rio, kemudian beranjak dari tempat tidurnya dan ke kamar iel.
@kamar iel
“yel, lo mau tukeran pasangan gak?” tanya rio hati-hati.
“mau, kayaknya dea care ama gue,” kata iel.
“yaudah, kalo gitu kita tuker pasangan ya!” seru rio. Lalu mereka toss tanda setuju.
***
Esok harinya, anak-anak di sekolah ribut semua, melihat keempat pangerannya ini babak belur semua, ada yang luka lagi. Sivia, aren, oik, dan acha langsung menghampiri mereka berempat.
“GABRIEL!! RIO!! CAKKA!! ALVIN!!”
Lengkingan teriakan mereka berempat membuat telinga anak sekelas pengang. “bisa diem gak sih?” kata cakka sinis.
“kalian kenapa? Oh no, tadi gue liat si anak baru babak belur juga, kalian ngapain sih?” tanya via khawatir.
Mereka menyentuh wajah iel, rio, alvin dan cakka, namun langsung ditepis sama keempatnya. “jangan deket-deket!” kata rio.
Aren tak sengaja menyenggol lengan alvin yang luka yang tersembunyi dibalik seragam hingga menyentuh ujung kursi. Alvin merintih. “alvin! Kenapa?” aren menaikkan lengan seragam alvin. Seisi kelas melihatnya. Alvin segera menutupnya. “BALIK SANA LO SEMUA!” teriaknya marah.
Mereka berempat segera pergi dari kelas XI-1. “luka lo masih berdarah ya vin?” tanya cakka khawatir. Alvin mengangguk pelan sambil memegangi lengannya yang tersenggol aren tadi.
***
Selama jam pelajaran, agni tidak konsentrasi. Ia merasa bersalah pada alvin, gara-gara dia, lengan alvin jadi luka. Shilla yang memperhatikan agni sedari tadi, bertanya, “ag, lo gak papa? Daritadi kayaknya lo gelisah banget?”
“gue gak enak shil sama alvin, gara-gara gue dia jadi luka,” jawab agni.
“udah, lo tenang aja, ntar pas istirahat kita samperin,” kata dea. Agni mengangguk.
***
Agni, shilla, dea, dan ify berjalan ke kelas XI-1. kelasnya sepi. Hanya ada seorang anak laki-laki disana. Agni dkk menghampiri anak itu.
“kak, liat alvin gak?” tanya agni. Anak itu mengangkat wajahnya.
“bisa bilang kak alvin gak? Yang sopan dong! Ada di ruangannya!” kata anak itu ketus.
“ruangannya? Dimana?” tanya agni ke shilla.
“itu, di room of hasinuda,” jawab shilla. Agni langsung berlari menuju ruang itu.
Agni meletakkan tangannya diatas alat sidik jari. Pintu terbuka. Shilla, dea, dan ify berhasil dibuat terbengong-bengong oleh agni.
Pintu terbuka. Alvin, rio, iel, dan cakka spontan melihat ke arah pintu. Alvin tidak percaya. “What? Gimana bisa?” dia menatap ketiga kembarannya.
“cepetan masuk,” kata rio. “sebelum ada yang liat,” lanjutnya lagi. Ify dkk segera masuk.
Agni duduk di sebelah alvin yang sedari tadi memegangi lengannya. “alvin! Luka lo kenapa? Kok berdarah lagi?” tanya agni khawatir setelah membuka lengan seragam alvin dengan hati-hati.
“tadi kesenggol aren trus kena ujung kursi,” kata rio.
“vin, sori ya, gara-gara gue lo jadi luka gini,” kata agni dengan rasa bersalah.
“gak papa, yang penting bukan lo yang kena,” kata alvin.
Agni membuka perban alvin dan mengobati kembali lukanya. Untung saja darahnya tidak sebanyak kemarin, jadi dia masih kuat ngobatinnya. Selama agni mengobati, alvin terus merintih perih. “payah lo, vin, gitu aja kesakitan mulu,” remeh cakka.
Alvin memandang cakka sinis. Selesai mengobati, agni mengambil kunci mobil yang ada diatas meja. Dia mengenalinya sebagai kunci mobil cakka.
“cak, lo pulang bareng iel ya, gue mau bawa ni anak satu ke RS, nanti infeksi lagi,” jelas agni ke cakka.
“manggil kakak kek, gak sopan!” kata alvin sinis. Agni membalas tatapan alvin.
“okay, kak cakka, kak rio, kak iel, but not for you, Alvin!” remeh agni.
Alvin dan agni saling menatap benci. Agni menarik tangan alvin yang satunya. “mau apa lo?” tanya alvin.
Agni memutar bola matanya. “kan tadi udah gue bilang ke RS, denger gak sih?!”
“gak mau!”
“harus!”
“apa hak lo ngatur-ngatur gue? hah? Emangnya lo siapa gue hah?!” kata alvin dengan menaikkan intonasinya. Dia lupa kalo agni tunangannya.
Agni mengangkat sebelah alisnya. “udah! Ikut gue!” agni menyeret alvin sampai ke parkiran. Semua mata memandangnya iri. Alvin aja kalo disentuh udah marah, ini diseret gak marah, pikir mereka semua. Alvin didorong masuk oleh agni. Kemudian mereka berangkat ke RS.
***
“kak, kok agni bisa masuk sih kesini?” tanya shilla penasaran.
Rio gelagapan, dia gak tau mau jawab apa. “emm, sebenernya, tadi gue mau keluar, jadi pintunya terbuka,” kata rio berbohong.
Shilla tidak yakin. “beneran?” Rio mengangguk.
“lo semua kesini Cuma nganterin agni doang?” tanya cakka.
“iya.” Jawab mereka serempak.
“ohh, jadi gitu, udah gak peduli lagi sama kita,” kata iel dengan nada merasa-dicuekkin.
“peduli kok kak, kenapa? ada yang kurang?” tanya ify.
“ada.” Jawab mereka bertiga.
“apa?”
“perhatian lo semua,” kata mereka serempak.
Pipi shilla, ify, dan dea memerah karna malu-malu. Rio merangkul shilla, iel mencubit hidung dea pelan, dan cakka mencubit kedua pipi ify. Lalu mereka tertawa bersama.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar