Sabtu, 07 Agustus 2010

cerbung >> Hasinuda In Love_Part 34

PART XXXIV: Rapuh
Ray menatap agni marah. Dia langsung menarik tangan agni kasar ke ruang keluarga lantai atas. Sudah ada hasinuda disana. “gak usah kasar gitu kali!” seru alvin. ia melepaskan pegangan tangan ray.
“udah, duduk dulu semua,” kata rio. semuanya duduk.
“sekarang, lo berdua jelasin,” kata iel dingin.
“jelasin apa?” tanya agni bingung.
“jelasin gimana bisa lo semalem sama alvin!” kata cakka emosi.
Alvin dan agni bertatapan bingung. “dia ketiduran di kamar gue,” jawab alvin tenang. semuanya membelalakkan mata mendengar jawaban alvin.
“ketiduran?! Kok bisa?!” tanya shilla penasaran.
“alvin gak bisa tidur, gue temenin. Guenya ngantuk, terus ketiduran deh,” jawab agni mencoba membuat yang lain gak berpikir macam-macam.
“lo ngapain agni semalem?” tanya ray, dia menatap alvin penuh kebencian.
“gak gue apa-apain sih! Nyari mati amat gue! gue juga tau batasan kali!” balas alvin kesal.
“vin, jawab yang jujur!” perintah rio.
“gue udah jujur. gak percaya? Tanya agni!” rio menatap agni meminta jawaban.
“udah dibilangin juga, kita gak ngapa-ngapain, gue emang beneran udah ngantuk banget terus ketiduran,” jawab agni. Semua masih tidak percaya dengan keduanya.
“gak yakin gue,” kata iel tidak yakin.
Alvin tersenyum sinis. “susah emang kalo gak dipercaya sama sodara sendiri.” Iel, rio, dan cakka menatap alvin meminta maaf. Alvin tidak menggubrisnya.
Agni berkata pelan, “jangan gitu vin.” Alvin menatapnya dengan tatapan –terserah lo dah-.
“yaudah gak usah dibahas lagi,” kata shilla mencairkan suasana.
***
Zahra memasuki kelas XI-1 dengan membawa 4 kotak bekal. “eh, tadi gue buatin makanan loh, makan ya,” katanya sambil menyodorkan kotak bekal mereka masing-masing.
“lo gak berat zah bawa segini banyak? Napa gak dikasih pas tadi aja di rumah?” tanya iel. ia membuka kotak bekalnya. Ia tersenyum kecil, dulu zahra sering sekali membuatkan makanan ini untuk mereka, nasi dan ayam lada hitam.
“hehe.. buat lo semua apa sih yang berat?” jawab zahra. Mereka melahap makanan masing-masing.
“thanks ya zah,” kata rio. zahra mengangguk.
Ray yang sedaritadi hanya melihat dan dikacangin diem aja. Tak lama, keempat cewek hasinuda datang dan menghampiri cowok mereka.
“tumben bawa makanan,” kata ify.
“bukan kita yang bawa, zahra yang ngasih,” jawab cakka. cewek-cewek itu menatap zahra sinis.
“oh, jadi lo yang bawa,” kata dea dingin. Zahra mengangguk takut-takut.
“yo, nyobain dong, seenak apa sih makanannya,” rio menyuapi shilla. Shilla menilainya.
“enak, lo pinter masak,” puji shilla. “tapi kayaknya lo gak perlu terlalu sering bikinin mereka makanan deh, kita masih bisa kok buatin mereka,” katanya sinis.
Zahra menelan ludah. Ray mendekati zahra. “shil, suka-suka dia dong kalo mau bikinin mereka makanan,” bela ray.
Shilla memutar bola matanya. Kentara banget ray suka sama zahra. “lo mau dimasakin dia ray? bilang aja!”
“lo mau juga ray?” tanya zahra. Ray mengangguk malu-malu. “oke, kalo gitu besok gue buatin!” katanya semangat.
“wetss dah ray, ditembak atuh zahranya, nanti keburu direbut cowok laen,” celetuk agni. Wajah ray memerah.
“apa sih lo ag,” balasnya.
“halah, udahlah ray, gaet atuh si zahra, kalo gak nanti dia keganjenan ama cowok kita!” balas agni lagi.
“lo ngedukung apa nyela?” kata rio kesal.
“dua-duanya!” jawab agni jutek. Kalo zahra gak punya cowok juga, bisa-bisa cowok mereka ini beralih ke zahra.
“jangan gitu kek ama zahra, kasian tau, masa tiap hari lo semua nyindir, nyela, ngancem, marahin, sinisin, dia kan gak salah apa-apa,” bela alvin.
“jadi lo lebih belain dia? fine! Gue diem aja,” kata agni kesal.
“bukannya gue belain, tapi lo semua udah kelewatan,” alvin memperhalus suaranya.
“kelewatan gimana sih kak?! wajar aja tuh!” kata dea ketus.
“pokoknya gue gak mau liat lo semua gituin dia lagi,” kata alvin lagi. “ray, lo bisa jagain zahra kan? kalo pada gituin dia lagi, bilangin ke gue ya!” ray mengangguk. Shilla, agni, ify, dan dea terpaksa mengikuti permintaan alvin.
***
Shilla, ify, dan dea sudah menunggu alvin dan agni daritadi. Rencananya mereka mau ke perusahaan perhiasan alvin. semangat banget mereka.
“kak, kok pakaiannya begitu?” tanya ify bingung. Alvin hanya mengenakan kemeja biru tua corak hitam yang dilipat diatas sikut dan celana jeans hitam.
“emangnya kenapa? salah?” tanyanya bingung. Alvin melihat pakaiannya dari bawah ke atas.
“kok gak pake jas atau kemeja formal gitu?” tanya dea.
“emangnya harus?”
“enggak juga sih,” jawab shilla. Agni keluar. Dia memakai kemeja putih dan rok balon hitam di atas lutut. “lah, ag, pakaian lo masa gitu?” tanyanya bingung.
“lo bertiga yang aneh, masa pake kemeja sama rok tube? Formal amat,” ketiganya berpandangan heran.
“lo berdua mau ngedate apa mau ngantor?” kata shilla heran.
“udahlah, kelamaan ngurusin pakaian aja, ayo berangkat, masa pimpinan ngaret sih?” seru alvin. keempatnya mengikuti alvin dan segera berangkat.
***
@Kantor
Seisi kantor cukup diherankan dengan kedatangan pimpinan mereka yang bersama 4 cewek sekaligus. Kalo sama agni sih udah mulai terbiasa ngeliatnya, tapi kalo sama 3 cewek yang lain mereka belum pernah liat.
“ngapain liat-liat?! Lanjutin kerjaannya!” perintah alvin. semua langsung menunduk dan mengerjakan kembali tugas masing-masing.
“kak! liat koleksinya dong!” pinta shilla. Alvin tidak menanggapinya, dia berjalan ke ruangannya. Yang lain hanya mengikuti.
“waw! Kita liat-liat ya kak!” seru dea. Alvin mengangguk. Ketiganya berpencar dan melihat-lihat koleksi alvin yang dibatasi dinding kaca. Mata ketiganya bersinar-sinar melihat banyaknya perhiasan di depan mata mereka.
“ampun deh, gitu amat ngeliatnya,” gumam agni. Dia duduk di hadapan alvin dan mengambil beberapa berkas lalu membacanya. Sejak agni pertama kali masuk kantor, dia langsung menjabat sebagai asisten alvin. agni dengan cepat mempelajarinya.
Alvin sendiri dia memilih untuk serius dan mulai disibukkan dengan laporan yang menumpuk di hadapannya. Dea yang daritadi curi-curi pandang ke arah alvin dan agni, berjalan menghampiri ify dan shilla.
“fy, shil,” bisiknya.
“apa?” balas mereka berbisik.
“liat deh kak alvin sama agni, sibuk amat daritadi, serius banget lagi, gak kayak biasanya,” ify dan shilla melirik ke arah keduanya. Mereka mengangguk-angguk setuju.
“namanya juga kantor de, masa becanda atau pacaran sih? Aneh lo!” kata shilla.
“yee, gak gitu juga kali! Gue belom pernah loh liat mereka serius banget kayak gitu.”
“iya sih, tapi kan bener kata shilla, ini kantor! Bukan rumah atau sekolah!” balas ify.
“samperin aja yuk!” ajak dea. Keduanya mengikuti dea.
“kak!” panggil dea.
“hmm,” alvin tidak menoleh atau melirik sama sekali, dia masih sibuk sama kerjaannya.
“bikinin gue kalung dong kak!” kata dea lagi. Alvin mengangguk pelan.
“serius amat lo ag!” kata shilla.
“udah sana liat-liat aja, jangan ganggu kita dulu!” kata agni. Ketiganya mengangkat bahu dan kembali melihat-lihat.
Beberapa saat kemudian, agni menutup seluruh berkas yang bertumpuk di depannya. “selesai juga bacanya, gila, banyak banget,” komentarnya. Melihat alvin masih sibuk, agni menghampiri shilla, ify, dan dea yang sedang duduk melihat-lihat desain alvin.
“Serius amat tadi lo! eh, gue mau yang kayak gini dong, bilangin kak alvin ya!” sambar shilla, ia menunjuk sebuah gambar cincin yang sangat unik bentuknya. Agni mengangguk.
“kalo gue yang ini ya ag!” ify menunjuk sebuah gambar gelang yang berbandul bintang bertahtakan berlian. Agni mengangguk lagi.
“gue mau dibikinin kak alvin aja! Yang beda sama yang laen!” kata dea. Agni hanya mengangguk.
“ngangguk doang daritadi!” seru shilla.
“abisnya gue ngapain?” tanya agni.
“ya bilang apa kek gitu,” kata shilla lagi. “kak alvin serius amat, belom pernah kita liat dia begitu.”
“makanya kalo liat orang itu jangan dari luarnya aja! Emangnya dia Cuma bisa ngegodain lo bertiga doang apa? Becanda terus? ya dia bisa serius lah! tapi jangan digangguin, nanti ngamuk!” jelas agni. Ketiganya membulatkan mulutnya.
“eh, diliat-liat, kak alvin tuh makin lama makin keren ya. Ahh, coba aja gue sama kak alvin masih single, gue mau deh sama kak alvin,” kata ify kepengenan. Agni tidak mempedulikannya.
“iya, gue aja makin lama makin bosen tau gak sih sama rio,” shilla malah curhat.
“bosen kenapa?” tanya dea.
“abisan dia sama zahra mulu. Ya gue bosen sama dia. enak banget ya lo ag, kak alvin baek banget. kalo lo gak mau sama kak alvin, buat gue aja ya, langsung gue putusin deh si rio!” kata shilla. Agni mengangkat sebelah alisnya.
“ambil sana kalo dia mau! Kalo gak mau sih yaudah ya,” balas agni asal. Sepertinya shilla menanggapinya serius. Dia berjalan menghampiri alvin. yang lain hanya melihatnya.
“kak! sori ganggu! Tapi kata agni gue boleh tuh kak ngerebut lo dari dia! gue putusin deh si rio kalo lo mau sama gue!” seru shilla nekat. Alvin menatapnya bingung kemudian beralih menatap agni sekilas.
Agni, ify, dan dea tidak percaya dengan yang diucapkan shilla barusan. Nekat amat ni anak? Beneran diputusin rio aja nanti nangis-nangis lagi! Batin mereka.
“maksud lo?” tanya alvin bingung.
“lo mau gak kak sama gue? gue bosen sama rio! agni rela-rela aja tuh lo sama gue! mau gak?” tanya shilla. Nadanya kayak orang malak.
“lo nanya apa malak woy! Gue sih mau-mau aja tuh! Tapi nanti tu anak nangis-nangis lagi kalo gue tinggalin! Gimana tuh?” balas alvin.
“heh! Gue gak bakal nangis ya!” seru agni.
“yaudah, mau deh gue sama lo!” jawab alvin asal. Shilla tersenyum senang. Ify dan dea menatap agni yang mukanya merah marah. Mereka menelan ludah. Bakal perang nih kayaknya, batin keduanya.
“serius lo kak?!” tanya shilla minta keyakinan. Alvin menatapnya. Kayaknya si shilla malah nganggep serius nih.
“eh, elo becanda apa serius?” tanyanya bingung.
“ya serius lah kak! ngapain coba becanda?” balas shilla.
“kirain becanda. Gak mau! Enak aja!” balas alvin, dia melanjutkan kesibukannya. shilla mengernyitkan keningnya.
“yah..” sesalnya. Shilla berbalik ke tempatnya dengan wajah kecewa.
“gue kirain juga tadi lo becanda shil,” kata dea.
Shilla menggeleng, dia menopang dagunya dengan satu tangannya. Dia terus menatapi alvin. “hufft.. enak banget sih lo ag, sama kak alvin mulu. Dia care banget sama lo. lo berdua juga udah gak sering berantem lagi, malahan mesra banget. lo berdua sekarang malah bikin kita ngiri mulu ngeliat lo berdua. Huaa.. kapan sih rio gitu lagi ke gue?” curhat shilla.
“sabar shil, nanti gue bilangin ke rio biar care lagi sama lo,” kata agni. Shilla mengangguk.
“sori ya tadi gue malah mau ngambil kak alvin dari lo,” kata shilla merasa bersalah. Agni mengangguk.
“selesai juga,” kata alvin.
“kak! tadi kita udah pesen ya ke agni!” seru ify. alvin mengangguk. Agni berpindah duduk di hadapan alvin.
“lo semua kalo udah bosen pulang aja. Pake aja mobil gue,” kata alvin. ketiganya mengangguk.
Telepon berbunyi. Alvin mengangkatnya dan berbicara sebentar. Alvin menutup teleponnya, berbarengan dengan bunyi pintu yang terbuka.
Seseorang masuk ke dalam ruangan. “elo vin! Susah bener dihubunginnya. Gue tanya ke yang laen katanya lo kesini!” kata orang itu, langsung duduk di kursi sebelah agni.
“to the point aja, mau ngapain lo kesini?” tanya alvin jutek.
“jutek amat lo! nih, resep obat selanjutnya! Jangan lupa diminum!” dia melempar selembar kertas ke tengah meja alvin.
“bisa sopan gak sih?” tanya alvin ketus. Orang itu hanya cengengesan.
“biasa aja kali vin!” katanya. Agni mengambil resep obat itu dan membacanya.
“berapa lama lagi gue minumnya?”
“ampe lo bener-bener sembuh. Ya setahunan lagi lah,” kata orang itu santai.
“setaun? No way! Gak mau gue! enek gue minum obat mulu!” tolaknya.
“terserah kalo lo gak mau sembuh! Gue kasihtau aja ya, kondisi lo tuh udah jauh lebih baik setelah minum obat! Daridulu gue kasih obat selalu gak diminum sih!” kata orang itu lagi.
“berapa jumlah obatnya?” tanyanya pada agni. Agni mengangkat satu tangannya. 5.
“gak sekalian lo bunuh gue yat?” kata alvin kesal.
“lebay lo! gak bakal mati kok minum segitu doang! Baru segitu aja ngeluh mulu!” balas dayat.
“vin, cewek lo banyak amat! Empat? Buset..” cerocos dayat begitu melihat 4 cewek di ruangan alvin.
Alvin menatap dayat kesal. “lo jadi psikolog mau nenangin gue atau mau nyiksa gue sih? Bikin gue kesel mulu kerjaannya.”
“berisik lo! eh, yang ini masih single gak? Boleh dong gue pedekate?” cerocosnya lagi sambil menunjuk agni.
“boleh, tapi nanti ya, kalo gue udah mati,” jawab alvin asal.
“ribet amat, gue bikin lo mati aja sekarang,” balas dayat lebih asal lagi.
“ngomonginnya mati mulu, jadi lo psikolognya alvin ya?” tanya agni. Dayat tersenyum dan mengangguk. “eh, ceritain ke gue dong alvin dari dulu gimana,” pinta agni.
“lo ceweknya ya?” agni mengangguk.
Dayat bersiap memulai ceritanya. “alvin itu terlalu tegar, gue gak pernah tuh liat dia nangis dari kecil. Dia gak pernah ngasihanin dirinya sendiri, pasti orang terdekatnya duluan yang dia kasihanin,” dayat mau melanjutkan namun langsung disela alvin.
“bongkar aja semua tentang gue,” sindir alvin. dayat tidak mempedulikannya. Shilla, ify, dan dea yang tertarik, ikut mendengarkannya.
“dia tuh paling takut ditinggalin sama orang yang ada di sekitarnya. Makanya lo jangan pernah ninggalin dia, tapi kalo lo mau sama gue, ninggalin dia juga gak papa kok,” alvin melempari dayat segumpal kertas.
“enak aja lo!” tanggapnya.
“dia kalo udah frustasi bakal ngerasa dirinya orang paling gak berguna, jadinya dia bakal diem atau ngamuk-ngamuk deh. dia tuh sebenernya baek banget lagi. Dibalik cuek, dingin, sama juteknya, dia tuh perhatian banget-banget, lembut banget, dan juga lucu banget, kalo gue jadi cewek ya gue mau banget lah sama dia,”
“sayangnya lo bukan cewek tuh! Kalo lo cewek juga gue gak bakal mau sama lo!” sela alvin lagi.
“bisa diem dulu gak sih,” kata agni. Alvin mencari kesibukan lain, dia memuat-mutar pulpennya.
“dia tuh gak mau orang laen tau dia tuh menderita, makanya orang bakal gak percaya dia frustasi, soalnya dia slalu nunjukkin sifat cueknya,” lanjut dayat lagi. Empat cewek itu memperhatikan penjelasannya dengan seksama.
“yang paling lo perlu tau, meskipun dia keliatan kuat banget, jauh di dasar dirinya, hatinya tuh bener-bener rapuh, serapuh lapisan es yang tipis. Gue kalo ngeliat dia stress tuh bener-bener kasihan banget, miris banget tau gak sih. Dibalik semua tawanya, senyumnya, dia tuh bener-bener gampang hancur, gampang sakit hati, gampang nyerah. Sering banget gue liat dia begitu, apalagi disaat dia ngadepin penolakan orang lain ke dirinya. gue Cuma minta lo jangan pernah sekalipun nyakitin dia, gak tega gue ngeliat dia ancur,” cerita dayat lirih.
Shilla, dea, ify, dan agni terpana mendengar cerita dayat tentang alvin yang sebenarnya. Gak nyangka mereka kalo alvin yang mereka selalu lihat sebagai orang yang hebat ini ternyata rapuh banget sebenernya.
Alvin sendiri sampai terhenyak mendengar deskripsi dayat tentang dirinya. Darimana dayat bisa tau semua itu? Padahal dia gak pernah sekalipun cerita sama dayat.
“miris amat sih nasib lo vin,” kata agni kasihan. Meskipun alvin terbuka padanya, dia baru merasa mengetahui perasaan alvin yang sebenarnya dari dayat.
Alvin hanya tersenyum tipis. “kayanya gue gak gitu deh, sadis amat,” elak alvin.
Dayat memandangnya iba. Sorot mata alvin gak bisa ngebohongin dirinya yang seorang psikolog merangkap psikiater ini. tidak perlu waktu yang lama untuk mengenal alvin yang sebenarnya, cukup dengan sedikit dekat dengannya saja, sudah membuat dayat mengerti sosok alvin yang sebenarnya.
Alvin akan menunjukkan sedikit demi sedikit dirinya yang sebenarnya ke orang yang dekat dengannya, semua kamuflasenya pun akan runtuh. Tatapan alvin, gerak-geriknya, nada suaranya, bahkan dari cara dia tersenyum pun sudah membuat orang yang peka akan mengerti keadaan alvin.
Alvin terlalu menutup dirinya rapat-rapat. Membiarkan semuanya membuat dirinya menderita. Anehnya, alvin tak pernah menolak bebannya, tak pernah mencoba untuk melepasnya, dan membuatnya selalu merasa tertekan. Inilah yang membuat dayat bingung sampai sekarang, kenapa alvin selalu menerima semuanya? Padahal itu akan slalu membuatnya menderita? Kenapa alvin gak pernah membagi sedikit bebannya dengan dirinya?
Sudahlah, untuk urusan itu dia tidak terlalu memusingkannya. Yang penting baginya sekarang, orang terdekat alvin harus tau alvin yang sebenarnya. Agar alvin tidak semakin rapuh.
“gak usah ngelak vin, biarpun lo gak pernah cerita sama gue, intuisi gue sebagai psikolog tuh gue yakin 100 persen bener, gue bisa ngerasain itu semua dari sorot mata lo, tingkah laku lo. Gue tau vin lo selalu pura-pura kuat buat nutupin semua itu, tapi gak sampe kayak gini juga kan?”
Semua menatap alvin. alvin menghela napas. “tapi gue juga gak mungkin nunjukkin kelemahan gue kan?” balasnya sinis.
“kenapa lo gak cerita sama gue sih?” tanya agni.
“pertanyaan aneh,” jawab alvin heran.
“gak mungkin lah dia nyeritain kelemahannya di depan lo, mana ada sih cowok yang mau dikasihanin sama ceweknya? Apalagi ni anak tuh sok kuat,” kata dayat. Alvin menatapnya kesal.
“udah sana keluar!” usir alvin. dayat memutar bola matanya lalu berjalan keluar ruangan.
“wah, baru tau gue kak alvin yang sebenernya,” komentar ify sambil mengetuk-ngetukkan telunjuknya ke dagu.
“ternyata.. kak alvin itu..” komentar dea sambil menggeleng-gelengkan kepala.
“ckckck.. gak nyangka gue..” komentar shilla kasihan.
Alvin menatap ketiganya kesal. “udah selesai komennya? Komentar sekali lagi gue usir juga lo semua!” katanya mengancam. Ketiganya langsung diam, gak berani ngelawan alvin.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar