Jumat, 06 Agustus 2010

cerbung >> Hasinuda In Love_Part 24

PART XXIV: AlNi deket lagi
Alvin terus-menerus memutar otak mencari cara agar agni bisa kembali bersamanya. Entah kenapa di pikirannya justru terlintas cara-cara yang tidak ia inginkan. Ia tidak mau melakukannya. Meskipun hasrat di dalam dirinya menyuruhnya melakukan itu, logikanya masih menuntutnya berbuat dalam lajur yang benar.
“vin, gue tau lo orangnya nekatan, tapi gue ingetin, jangan macem-macem sama agni!” tegas iel, duduk disampingnya, menatapnya tajam dan mengancam.
Alvin mendengus. “otak gue masih jernih yel, gue gak mungkin ngelakuin itu.”
“bagus kalo lo ngerti, meskipun dia calon istri lo, lo tetep gak berhak nyentuh dia lebih dari yang seharusnya!” iel tetap menggunakan nada tegasnya.
Alvin beranjak ke kamarnya. Ia terus menerus mengingat kata-kata iel dalam otaknya. Iel menatap alvin marah. Dia tahu alvin pasti sudah berpikir ke arah sana. Dia harus terus mengingatkan alvin.
***
Perlahan agni mulai merasakan perubahan sikap riko, riko jadi sering menyentuhnya. Agni tidak menyukainya. Ia merasa ia harus menjauh dari riko. Sepertinya ucapan alvin waktu itu benar. Riko berbahaya untuknya.
Riko mengelus pipi agni. Agni membuang muka, menghindarinya.
“kenapa ag?” tanya riko.
“jangan sentuh gue ko,” ucapnya dingin.
“tapi kenapa?” riko menggenggam tangan agni. Agni buru-buru menarik tangannya.
“gue gak suka,” balasnya.
“kok lo gitu sih? Jadi berubah gini?” riko mengulurkan tangannya ke wajah agni, namun agni jadi menjauh mundur ke belakang seseorang.
“alvin,” ucap agni. Tadi sebelum uluran tangan riko sampai ke wajahnya, alvin sudah menariknya ke belakangnya.
“kalo dia bilang jangan sentuh ya jangan sentuh! Punya kuping gak sih?!” kata alvin sinis, tepat di depan wajah riko.
Riko mendorong bahu alvin. “emang lo siapanya hah?! Ikut campur aja urusan orang!”
Alvin mengangkat kerah riko dengan kedua tangannya, lalu melemparnya hingga terjatuh. “lo gak perlu tau gue siapanya, mulai sekarang, jangan deket-deket sama dia lagi! Kalo lo sentuh dia lagi, lo berurusan sama gue!” gertak alvin, dia menarik tangan agni dan membawanya ke ruangannya.
***
@RoH (Room of Hasinuda)
Alvin berjalan ke arah jendela. Agni mengikuti di belakangnya. Alvin menghela napas. Ia tidak habis pikir apa yang dilakukannya tadi.
“vin,” panggil agni.
“hmm,” balasnya.
“lepasin,” rupanya sedari tadi alvin masih menggenggam erat jemari agni.
Alvin menoleh ke agni, mengikuti arah pandangannya. Ia buru-buru melepaskan tangannya. “oops, sori,” katanya.
“thanks vin, udah belain gue, tapi tadi kayaknya.. emm.. terlalu berlebihan,” kata agni pelan. Alvin tidak menjawab, ia terus menatap keluar jendela. Dia tidak mengerti jalan pikiran agni, kenapa agni masih saja ngebelain riko?
Agni yang tidak mendapat balasan, memilih berbalik meninggalkan alvin. namun alvin bergerak cepat, ia berbalik dan menarik tangan agni, kini mereka berhadapan.
Alvin memajukan kakinya selangkah, tangan kirinya dilingkarkan di pinggang agni. Keduanya bertatapan. Jarak mereka sangat dekat sekarang. Ia meletakkan kedua telapak tangan agni ke bawah bahunya. Tangan kanannya merengkuh pipi kiri agni. Agni yang selalu menguncir rambut dan menyisakan sedikit rambut di depan membuat alvin ingin terus memandangi wajah agni.
Alvin menatap agni dalam. Dia ingin agni tahu sisi dirinya yang sebenarnya, yang lembut, yang perhatian, dan penyayang. Sorot matanya menunjukkan kasih sayang dan kerinduan yang amat besar. Alvin tersenyum, ia mengusap pipi agni dengan ibu jarinya. “salah, kalo gue pengen selalu ngelindungin orang yang gue sayang? Salah, kalo gue jealous ngeliat orang yang gue sayang lagi sama cowok laen? Salah, kalo gue sayang sama lo?” alvin membalas kata-kata agni tadi dengan penuh perasaan.
Bagi agni, itu pertanyaan yang tak perlu dijawab. Tatapan alvin begitu menghanyutkan dirinya. Ia membalas senyuman alvin. rasa sayang alvin terhadap agni kini meluap-luap dalam hati. agni dapat merasakan alvin mengeratkan pelukannya. Perlahan, alvin memiringkan kepalanya, jarak diantara keduanya semakin menipis. Agni memejamkan matanya, menunggu alvin.
“EHEM!” deham seseorang kencang, keduanya tersentak kaget dan refleks menjauh.
Agni salting, kedua pipinya memerah. “gue duluan,” katanya, buru-buru meninggalkan alvin dan orang itu.
Alvin menatap kesal orang itu. “mau lo apa sih?” tanyanya kesal.
“remember vin, no kissing! Status lo sama dia tuh ngegantung sekarang! Bisa gak sih lo gak berbuat semau lo? Ngerti batasan gak sih?!” orang itu memarahi alvin.
Alvin menjatuhkan dirinya ke sofa. Sebenarnya ia sangat kesal dengan iel, mengganggu saja. Tapi ia sadar, tindakannya tadi sudah diluar batas yang mereka tetapkan. Alvin menghela napas, setengah menyesali perbuatannya tadi.
“pokoknya mulai sekarang gue bakal awasin lo! Jangan macem-macem!” gertak iel. alvin melongo. Hah? Diawasin? Gila aja!
“gak mau!” tolak alvin.
“gak peduli lo mau apa gak, yang penting gue bakal awasin gerak-gerik lo terus!” alvin tahu iel paling susah ditentang, jadi ia pasrah saja.
***
Agni jadi senyum-senyum sendiri di mejanya. Shilla, ify, dan dea jadi penasaran melihatnya.
“shil, liat si agni deh, tu anak kesambet apa jadi senyum-senyum mulu?” bisik ify sambil curi-curi pandang ke arah agni. Shilla mengangkat bahu. Ify memandang dea mencari jawaban. dea juga mengangkat bahunya.
“disamperin aja,” usul dea. Mereka bertiga menghampiri meja agni.
“napa lo senyum-senyum sendiri? Kesambet apaan?” tanya shilla.
Agni mengubah raut wajahnya menjadi biasa saja, meski hatinya sedang melonjak-lonjak kegirangan. “hah? Kenapa? Senyum-senyum? Salah liat kali,” tanyanya pura-pura bingung.
“alah, ngaku lo, kenapa senyum-senyum kayak orang gila tadi,” ledek ify sambil menyenggol pelan lengan agni.
“gak ada apa-apa kok,” jawabnya.
“tadi lo sama kak alvin kan? ngaku lo ngapain tadi,” shilla geregetan juga sama agni, penasaran dia. Wajah agni memerah.
Dea menunjuk wajah agni. “ihh.. pipinya merah, ayo.. ngapain lo sama kak alvin tadi?”
“gak ngapa-ngapain kok,” jawab seseorang di belakang mereka. Mereka berbalik. “eh.. kak alvin..” kata mereka berbarengan.
Alvin tersenyum ke mereka semua. “gak usah kebanyakan senyum lo!” seru rio yang baru datang.
“gak seneng lo? lo semua suka kan gue senyumin?” alvin membalas kata-kata rio dan langsung bertanya ke tiga cewek dihadapannya.
“banget,” kata mereka bersamaan, lagi jail mereka.
Rio mengerutkan keningnya dan memajukan bibirnya. “udah ah! Becanda mulu lo dari kemaren! Demen banget sih ngegodain ni cewek tiga! Mendingan gak usah berubah deh lo!”
“jahat lo! Walaupun shilla cantik, ify manis, dea ceria, gue gak demen!” kata alvin.
“terus, lo sukanya yang kayak?” tanya rio mancing-mancing.
“ya elah, pake ditanya lagi, gak usah gue jawab juga lo semua udah tau kan jawabannya,” jawab alvin kesal. Ia mengarahkan pandangannya ke agni, yang sedari tadi sibuk mendengarkan iPodnya. Sebenernya agni males kalo harus ngedengerin alvin ngegodain mereka.
“sett dah, tu anak gak denger tadi gue ngomong apa kali ya?”
Tiba-tiba dea mendapat sebuah ide. “bentar ya kak, kita tes si agni,” usul dea.
“maksudnya?” rio bingung.
“kita bikin agni jealous dikit lah,” jawab shilla yang sepertinya mengerti maksud dea.
“tapi lo jangan ikutan ya shil!” peringat rio. shilla mengangguk.
“kak, liat-liat ya ada cakka gak!” seru ify pada rio. rio memperhatikan pintu alih-alih ify.
Karna posisi alvin dan agni bersebelahan, ify mendekat ke alvin. agni melihat mereka dari ujung matanya. Ify semakin mendekat ke alvin dan mendekatkan kepalanya ke arah pipi alvin yang tidak terlihat agni. Posisinya seperti sedang mencium pipi alvin, padahal tidak. Agni ngegeremet juga ngeliatnya, “woy! Inget si cakka! Nyamber orang aja!” katanya kesal.
Ify tersenyum puas, dan berbisik di telinga alvin. “berhasil kan? ify gitu!” ify menjauh dari alvin. alvin tersenyum.
“senyum-senyum segala lagi, gue bilangin cakka lo,” agni beranjak dari tempat duduknya. Alvin menghalangi jalannya.
“minggir,” katanya dingin. Alvin tidak bergerak. Agni bergerak ke arah yang kosong, namun langsung dihadang alvin lagi.
“minggir,” katanya lagi. Alvin melepas headset agni. “jealous ya?” ledeknya.
“ihh, kata sapa, emangnya gue suka sama lo? ngapain coba gue jealous!”
“ohh, jadi gitu, yaudah deh, males gue disini!” alvin berbalik dan melangkah. Tapi dia langsung berbalik. “kok gak nahan gue?”
“ngapain juga gue nahan lo, sekolahan punya lo, napa gue sok-sokan nahan jalan lo!” agni sewot juga lama-lama.
“hih! Dasar aneh! Gak peka banget sihh jadi cewek!” alvin naik darah juga lama-lama.
“lo tuh jadi cowok kelewat rese! Banyak maunya!” balasnya. Mereka terus berbalas-balasan seperti itu.
Rio tersenyum. Lebih baik seperti ini, seperti semula. Ia yakin, keadaan akan jadi lebih baik.
***
Iel, rio, dan cakka sedang berkomunikasi dengan kedua orangtuanya. Mereka tidak berani buka mulut memberi penjelasan apa yang terjadi dengan alvin dan agni.
“kalian beneran gak mau kasihtau kita?” bu ucie masih terus mencoba mengorek dari mereka.
“udahlah ma, toh merekanya juga gak mau kasihtau, kita gak berani kasihtau kalian,” balas cakka.
“yaudah deh, tapi mama sama papa gak mau tau! Itu udah perjanjian kita! Pokoknya mereka nanti harus tetap menikah! Dan satu lagi, kalian harus buat mereka bersatu lagi!” bu ucie mengingatkan mereka.
Rio menatap mereka dengan tatapan –banyak maunya amat sih-. “ya ampun ma, itu kan urusan mereka, kenapa kita harus ikutan sih?”
“pokoknya nanti pas kita pulang, mereka udah bareng lagi!” seselesainya pak duta mengatakannya, dia langsung mematikan koneksi.
“tau ah! Gak ikutan gue! urusan mereka!” kata rio menyerah.
“gue juga!” cakka ikutan. “elo yel?” daritadi iel diam saja.
Iel menceritakan apa yang dikatakan alvin dan yang dilihatnya tadi di RoH. Mereka membelalakkan mata tak percaya.
“gak nyangka gue alvin bisa kayak gitu, ckckck,” komentar cakka.
“diem-diem romantis juga tuh anak, ya walaupun nekat juga sih,” gantian rio yang komentar.
“gue ngawasin dia aja deh!” kata iel.
Terdengar derap langkah kaki seseorang. Mereka tahu ini siapa. Mereka menengok ke belakang. Alvin menatapnya penuh kemarahan, tangannya dilipat di dadanya. “lancang banget lo yel nyeritain privasi orang,” alvin kembali melangkah ke kamarnya.
Iel tidak menyangka alvin mendengarnya. Ia menggedor-gedor pintu kamar alvin. alvin menguncinya dari dalam. Ia benar-benar marah pada iel. mengganggunya saja sudah membuatnya kesal setengah mati, ini, dia malah seenaknya saja menceritakan privasi yang menurutnya tidak pantas untuk diceritakan.
Iel terus-terusan menggedor pintu alvin, tak mungkin membukanya dengan kunci cadangan. selain karna kunci alvin masih menggantung di lubang kunci, gak etis juga ngebuka sembarangan kalau ada orangnya. “Alvin! Sorry vin!!” iel terus menyerukannya.
Alvin sama sekali tidak memperdulikannya. Tapi lama-lama dia gak bisa konsentrasi ngerjain tugas juga gara-gara keberisikan. Alvin membuka pintunya. Wajah iel langsung berubah sedikit lebih cerah. “alvin! sorry! Gue gak bermaksud ngumbar privasi lo, gue Cuma mau kasihtau mereka tentang lo berdua,” wajah alvin sama sekali tak memberikan harapan.
Tersungging senyum benci dari alvin. “gak bermaksud?” intonasi alvin berubah menjadi menyeramkan.
“alvin,” iel jadi takut sekarang.
“keterlaluan lo yel, gue gak nyangka lo kayak gini,” alvin benar-benar menatap iel penuh kebencian. Ia menutup pintunya kembali.
Iel mematung di tempatnya. Dia belum pernah melihat alvin menatapnya seperti itu.
***
Iel mengawasi gerak-gerik alvin dari jauh, alvin mendatangi kelas X-2 belakangan. Alvin jadi menjaga jarak darinya. Alvin berjalan ke meja agni karna melihatnya sendirian. Ia duduk di atas meja.
“sendirian?” agni mengangguk.
“riko lagi sama aren,” jawabnya.
“ohh,” balas alvin. alvin melihat ada bekas luka baru di punggung telapak tangan agni. Ia menariknya.
“tangan lo kenapa?” alvin mengusap bekas luka itu.
Agni tersenyum kecil. “ohh, itu, kemaren gue keserimpet pas maen basket, jadinya luka deh.”
Alvin menatap agni. “napa lo senyum-senyum? Kegeeran ya?” alvin tertawa kecil.
“oh, gitu ya lo sekarang, bikin gue kesel bisanya,” agni pura-pura ngambek. Ia menarik tangannya dari alvin.
Alvin mengacak rambut agni. “haha, lucu lo kalo ngambek gitu, jadi lebih manis,” gombal alvin.
“ngegombal lo? gak ngaruh ke gue!” agni merapikan rambutnya.
“siapa yang ngegombal? Emang beneran kok!” pipi agni bersemu merah. “pipinya gak usah merah gitu kali!” ledek alvin. agni berdiri. “mau kemana?” tanya alvin.
“gak kemana-mana kok,” balasnya. Agni memposisikan dirinya seperti ify kemarin. Pipi alvin memerah. “gantian lo yang pipinya merah! Siapa juga yang mau nyium lo! kegeeran!” ternyata agni Cuma ngerjain alvin. Alvin dan agni jadi terus-terusan bercanda.
Iel memandangi mereka heran. kenapa mereka bisa biasa-biasa aja? Gak sadar apa kemaren mereka ngapain? Iel terus bertanya-tanya dalam hati dan memandangi mereka. Sampai-sampai tidak sadar dea daritadi memanggil namanya.
Capek juga dea manggilin iel tapi gak ditanggepin. “yel! Ngapain sih ngeliatin mereka mulu?! Jangan-jangan kamu jealous ya? Jangan-jangan kamu suka sama agni ya?” iel menatap dea bingung. Bisa-bisanya dia berpikiran seperti itu.
“ya enggaklah! Mana mungkin aku suka sama agni?”
“tapi daritadi kamu ngeliatin mereka terus”
“gak lagi deh, hehe, iel kan sayang dea!” dea tersenyum.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar