Jumat, 06 Agustus 2010

cerbung >> Hasinuda In Love_Part 29

PART XXIX: New Troubles
Agni merasakan ada sebuah benda tepat di depan hidungnya, ia membuka matanya pelan-pelan. Sebuket kecil bunga kesukaannya. Agni mengambilnya dan mendudukkan dirinya, “white lily?” gumamnya. Agni melihat ke sebelahnya, ify masih tertidur, di sebelah ify ada sebuket kecil bunga melati. “hah? Melati? Serem amat,” kata agni takut.
Dia berjalan ke kamar shilla dan dea, sama, ada juga sebuket bunga disamping mereka. Disamping shilla, sebuket mawar merah, disamping dea, sebuket anggrek ungu. “siapa nih yang ngasih?” agni ngomong sendiri. Ia kembali ke kamarnya. Ify sudah terbangun.
“fy, serem amat sih tuh, masa melati?” tanya agni sambil menunjuk buket ify. ia duduk di tempat tidurnya, menghadap ify.
“serem apanya? Gue suka banget lagi! Wangi tau. Eh, emang lo suka lily putih ya? Kok kita gak tau? Bukannya lo gak suka bunga?” tanya ify.
“emang gak gue kasihtau siapa-siapa, yang tau gue suka white lily tuh Cuma ray doang,” balas agni.
“shilla sama dea juga dapet?” ify menghirup wangi melati itu. Wangi.. batinnya. Agni mengangguk.
“kira-kira siapa yang ngasih ya?” tanya agni masih bingung. Ia memandangi white lilynya.
“bener kata kak alvin, lo tuh gak peka banget jadi cewek! Ya dari cowok kita lah! siapa lagi?!” ify gedeg juga lama-lama sama agni.
“lo semua iya! Alvin gak tau gue suka bunga tau! Mana mungkin dia ngasih gue!” balas agni. Dalam hati, dia seneng banget dikasih bunga gini, tapi siapa yang ngasih? Kalo alvin gak mungkin, dia kan gak tau, kalo ray, mungkin, tapi masa iya bisa barengan sama yang laen? Siapa ya?
“kak alvin pun gak tau?” ify menggeleng-gelengkan kepalanya. “nanti tanya aja,” lanjutnya lagi.
***
Agni turun ke ruang tamu sambil membawa bunganya. Di bawah semua sudah lengkap berkumpul. Rio sama shilla, cakka sama ify, dea sama iel. ada alvin, ray sama zahra juga.
“agni, gue boleh masuk kan? tadi gue disuruh masuk aja sama mereka,” tanya zahra tidak enak. Agni mengangguk cepat.
“siapa yang ngasih gue ini?” tanyanya. Tidak ada yang menjawab. Ia menghampiri ray.
“ray, lo yang ngasih ya?” tanyanya sambil tersenyum. Semua kecuali alvin menatap agni dengan pandangan –bego lo ag! Ya bukan dia lah!-
Ray menggeleng. “loh, siapa dong? Yang tau gue suka white lily kan Cuma lo?” tanyanya bingung.
“ag, lo kalo jadi cewek jangan keterlaluan deh, masih inget gak punya cowok?” sindir iel. untuk sedetik, agni speechless. Dia merutuki dirinya sendiri. Aduh agni! Napa tadi lo gak nanya alvin dulu sih?! Mampus deh lo kalo alvin marah-marah!
Agni menghampiri alvin takut-takut. Alvin melipat kedua tangannya di dada dan menatap lurus kedepan. Entah apa yang ia lihat, dia Cuma tidak ingin menatap agni. Bisa-bisanya agni mikir bunga itu dari cowok lain, disaat agni punya dirinya. Dia jadi gak yakin kalo agni beneran sayang sama dia.
“alvin,” agni duduk disamping alvin dan menatapnya meminta maaf. Alvin tidak menanggapinya.
“alvin, sorry, gue gak tau kalo lo yang ngasih, gue kan waktu itu bilang gak suka bunga ke lo, makanya gue gak yakin kalo lo yang ngasih,” agni tahu tidak akan semudah ini alvin memaafkan dirinya.
“lo kenapa bilang lo gak suka bunga?” tanya ray.
“waktu itu gue jawab asal aja, ada yang mau gue minta ke dia,” agni tidak mungkin menjelaskan kejadiannya waktu itu. Bisa-bisa kepala alvin sakit lagi.
“alvin..” agni menarik-narik lengan alvin. alvin sama sekali tidak memberikan reaksi apapun.
“vin, udah deh, kasian si agni tuh,” kata rio. males dia ngeliatin alvin sama agni berantem mulu.
alvin menghela napas. Dia menatap agni. “mau gue maafin?” tanyanya. Agni mengangguk.
Dia menunjuk-nunjuk pipi kanannya. Agni mengerutkan keningnya. “gak mau!” agni mengalihkan pandangannya dari alvin dan duduk bersandar.
“ya udah, kalo gitu, jangan deket-deket gue!” balas alvin. Yang lain hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah alvin.
“ya udah! Repot amat! Lo juga! Jangan sentuh gue!” agni berdiri dan menatap alvin kesal, lalu beranjak ke kamarnya.
“berantem mulu!” celetuk iel.
“biarin! Napa lo yang repot?!” kata alvin kesal. Padahal dia Cuma pengen dicium agni aja, napa jadi ribet gini?
“jangan berantem mulu vin,” kata zahra yang sedaritadi Cuma menyimak.
“ahh, ribet kan jadinya!” serunya kesal. Ia berjalan ke kamar agni dengan cepat.
“taruhan sama gue, mereka balik-balik udah akur!” seru cakka. Yang lain mengangguk.
“gak percaya,” kata zahra. Ray mengangguk setuju
“yah, dia belom tau kalo mereka tuh begitu,” kata rio menunjuk ray dan zahra.
“emangnya mereka kenapa?” tanya ray.
“kalo berantem jauh-jauhan, tapi kalo akur berdua mulu, nah, sekarang tuh mood mereka lagi gak pengen berantem, jadinya gak lama lagi akur deh!” jelas ify. ray dan zahra mengangguk dan saling melemparkan senyum memberi isyarat.
“gue balik ya,” kata zahra. Yang lain mengangguk.
“eh, gue pergi dulu ya, mau ketemu temen gue yang laen,” pamit ray. Yang lain mengangguk lagi.
***
Agni duduk di karpet dan menatapi white lilynya. Perasaan tadi dia deh yang bikin alvin kesel, kenapa sekarang alvin yang bikin dia kesel? Alvin membuka pintu kamar agni dan langsung duduk disampingnya.
“lo sayang gak sih sama gue?” tanya alvin tanpa memandang agni. Agni menatapnya heran.
“menurut lo?”
“enggak,” jawab alvin, dia memang merasa sepertinya agni tidak tulus sayang sama dia. agni lebih peduli sama ray.
“ya sayanglah! Kenapa? Lo gak yakin?” agni menatap alvin.
“iya, gue gak yakin lo sayang sama gue, kayaknya lo lebih sayang sama ray,” jawab alvin jujur.
“kok lo bisa mikir gitu sih?” agni mengubah posisi duduknya menghadap alvin.
Alvin menghela napas. “gue gak pernah denger lo bilang sayang sama gue dengan tulus, dan kayaknya di pikiran lo Cuma ada ray deh.” alvin merasakan ini tekanan dalam batinnya, dia merasa sepertinya agni lebih mengutamakan ray dibanding dirinya. Alvin butuh jawaban agni, supaya dia bisa ngeyakinin hatinya, kalo agni sayang sama dia.
Agni menatap alvin, dia mengangkat wajah alvin yang sedaritadi tertunduk dan mengecup pipi alvin. ia meletakkan kedua tangannya di bahu alvin. “gue sayang sama lo, Cuma lo, dan hanya lo alvin, lo yang selalu ada di pikiran gue, dihati gue, sekarang, nanti, dan selamanya,” kata agni pelan, namun terdengar tulus. Agni menarik kembali kedua tangannya.
Alvin menatapnya, bukannya dia yakin dengan jawaban agni, dia malah semakin ragu. Dia jadi ragu kalau agni benar-benar menyayanginya, dia terus mengulang-ulang perkataan agni tadi dalam hatinya, mencoba meyakinkan hatinya. Percuma, jauh di dasar hatinya, dia benar-benar meragukan agni, padahal seharusnya kata-kata tadi meyakinkannya.
Agni melihat tatapan pedih alvin. kenapa alvin? kenapa dia jadi begini? Batinnya. “alvin,” panggil agni, membuyarkan semua pikiran alvin.
“hah? Kenapa?” tanyanya.
“lo kenapa sih vin? Jadi sering diem gitu?” tanya agni khawatir.
Alvin menggeleng. “gapapa,” katanya pelan.
***
Iel, rio, alvin, cakka, serta zahra mau main di gazebo rumah agni. Langkah mereka berhenti ketika shilla, dea, ify, dan agni menyuapi ray es krim berbarengan. Sepertinya keempat cewek itu baru menyadari kedatangan mereka setelah zahra memcah keheningan dan berkata, “emm.. sori ganggu, gue boleh ikutan main disini kan?”
Keempatnya langsung berhenti dan duduk dengan benar. Iel, rio, alvin, dan cakka terus-terusan memandang sinis ke ray, membuat ray sedikit ketakutan.
“napa pada ngeliatin gue gitu?” tanya ray takut. Tidak ada yang menjawab, adanya mereka malah semakin menatap tajam ray.
“stop! Jangan ngeliatin ray gitu terus, kayak mau ngebunuh dia lo semua,” lerai ify.
“apa sih,” iel buka suara. “bagusnya dia daripada kita?” lanjutnya lagi. Bukannya tidak ada yang tahu, tapi tak ada yang berani menjawab. Menjawab, berarti siap-siap dibunuh sama mereka berempat.
“udah, jangan dibahas, lo semua mau ngapain kesini?” tanya dea.
“tadiannya sih mau maen, tapi, gak jadi!” kata cakka ketus. dia dan alvin beranjak dari tempatnya dan kembali ke rumah mereka.
“malah marah,” kata ify.
Agni terus menatapi alvin yang semakin jauh, ada yang aneh sama alvin menurutnya. Alvin jadi sering diam dan lebih sensitif.
“ag?” panggil ray. Agni menoleh kepadanya, namun pikirannya tidak disana. “hmm.. kenapa?”
Ray menjentikkan jarinya di depan agni. “ag! Lo bengong ya?” tanya ray setelah agni sadar dari lamunannya.
“gue mau ke alvin dulu, ada urusan,” katanya lalu pergi ke rumah alvin.
“kenapa lagi sih?” tanya shilla.
“kayaknya agni ngerasain sesuatu, yang beda sama alvin, seperti yang kita rasain,” kata rio tidak sadar.
Semua menatapnya. “maksudnya?” kata mereka berbarengan.
“oh, enggak enggak, udah lupain aja, tadi pada ngapain? Kok suap-suapan?” kata rio mengalihkan pembicaraan. Mereka kemudian mengobrol dan sesekali bercanda.
Ternyata rio ngerasain juga, batin iel.
***
“vin,” panggil agni. Alvin sedang duduk menonton TV, namun agni melihat pandangan alvin kosong. alvin tidak menjawab panggilannya.
“alvin!” seru agni sambil menepuk bahu alvin. “ya?” balas alvin lambat.
“lo kenapa jadi sering ngelamun gini sih vin? Lo kenapa? cerita dong,” tanya agni, dia benar-benar khawatir. dia takut alvin depresi beneran nanti.
“gapapa kok ag,” alvin tersenyum tipis. Tapi tetap, sorot mata pedih yang hanya terlihat dari alvin. Sekarang agni sangat-sangat takut, dia takut alvin beneran depresi.
“alvin, jangan boongin gue, gue tau lo lagi mikirin sesuatu kan? bilang aja, jangan buat gue takut.”
Alvin mengelus pipi agni. “udah gue bilang, gue gak kenapa-napa,” katanya sambil tersenyum.
“yaudah, ayo kita kesana lagi, ajak cakka sekalian, ya?” ajak agni. Alvin menggeleng.
“lo ajak cakka aja, gue mau disini aja,” katanya pelan, lalu mengarahkan pandangannya lagi ke TV. Kali ini dia benar-benar menonton.
“gue juga mau disini aja, nemenin lo,” kata agni.
Entah kenapa alvin merasa jarak dirinya dengan agni semakin menjauh. Mungkin raga mereka memang dekat, namun dia merasa semakin lama hati agni semakin sulit untuk digapai, sesulit meraih kembali jiwa orang yang sudah tiada. Padahal ray baru beberapa hari disini, tapi ia merasa sepertinya raylah pemilik seutuhnya hati agni.
Alvin memeluk agni tanpa berkata apa-apa. Dia merindukan agni, agni yang dulu, yang tidak menyukainya dan selalu bertengkar dengannya, yang malah membuatnya merasa agni selalu disampingnya, bukan agni yang sekarang, yang lebih akur dengannya namun dia tidak dapat merasakan agni disampingnya.
“vin?” panggil agni. Alvin tidak melepaskan pelukannya. Agni menjauhkan alvin darinya. Dia menatap alvin.
“gue mau sendiri dulu ya ag,” alvin berlalu ke kamarnya. Agni menatapnya heran. perubahan sikapnya cepat sekali. Agni merasa dia perlu membicarakannya dengan iel, rio, dan cakka.
***
Agni mengajak iel, rio, dan cakka berbicara. Tentu saja ketiganya sudah tau arah pembicaraan ini.
“gue jadi sering liat alvin ngelamun, diem, lebih sensitif, terus dia gak manja lagi,” kata agni.
“kita juga nyadarin hal itu kok ag, dan lo tau sejak kapan dia berubah?” tanya cakka. Agni menggeleng.
“sejak ray dateng,” jawab rio.
“terus? Apa hubungannya?”
“dia jelas-jelas jealous ag, dia takut kehilangan lo,” jawab iel.
“gue liat sekarang kepalanya jadi sering sakit lagi, walaupun dia coba nyembunyiinya,” kata rio.
“dan parahnya, dia gak minum obat itu sedikitpun, gue cek obatnya masih segitu-segitu aja,” kata cakka prihatin.
“kenapa dia gak minum obatnya?” ketiganya mengangkat bahu.
“gini aja deh, ag, lo jangan deket-deket ray dulu deh, biarin alvin balik lagi kayak dulu,” nasehat iel. agni mengangguk.
***
Sekolah sudah mulai kembali. Baru hari pertama sekolah, ray langsung ngebuat histeris cewek satu sekolahan.
“huaa!! Itu siapa?! Gila, keren banget,” kata seorang anak perempuan.
“manis!!” puji yang lain. Begitulah, semua langsung memuji ray, karna ray murah senyum, baik, dan ramah.
Ray yang baru masuk kelas langsung disambut dengan kata-kata tajam dari cakka. “baru masuk aja sok tebar pesona! Jangan macem-macem lo disini!” ray hanya tersenyum tipis. Dia kurang suka dengan cakka, terlalu angkuh dan emosian. Dia lebih suka dengan iel, yang lebih sabar.
Ray menggantikan tempat riko sebelumnya, di depan iel. istirahat, hasinuda menghampiri kelas X-2. ray dan zahra juga mendatangi kelas itu, ray menghampiri cewek-cewek, dan zahra menghampiri yang cowoknya.
“zah, ngapain kesini?” tanya rio.
“mau ikut kalian aja, gue kan belom punya temen disini,” balas zahra sambil tersenyum. Rio mengacak rambutnya. Shilla yang melihatnya benar-benar kesal, rio jadi lebih memperhatikan zahra dibanding dirinya.
“ag, temenin gue ke kantin yuk,” ajak ray sambil menarik-narik tangan agni.
“yah, elo sendiri aja deh, gue mau sama alvin dulu ya,” balas agni. Ray cemberut, lalu menatap shilla, dea, dan ify meminta. Ketiganya mengangguk. Ray tersenyum. Mereka berjalan ke kantin bersama.
Iel, rio, dan cakka yang daritadi bercanda dengan zahra baru menyadari kalau cewek mereka tidak ada. “pada kemana?” tanya iel bingung.
“makanya daritadi jangan dikacangin mulu, cewek lo lagi sama ray noh ke kantin,” jawab agni.
“berani-beraninya tuh anak bareng cewek kita,” kata cakka geram.
“mendingan lo kejar deh cewek lo,” saran alvin. ketiganya segera berjalan ke kantin. Sedangkan zahra kembali ke kelasnya.
***
Iel, rio, dan cakka tercengang begitu melihat kantin. Banyak amat ceweknya? Terus kenapa pada ngumpul disitu lagi? Batin mereka. Mereka bertiga berjalan ke meja itu. Semuanya memberi jalan, takut dengan mereka.
“ada apa nih rame-rame?” tanya iel.
“oh, ini yel, kita lagi buka pendaftaran fansclub ray! Rayready! Bagus kan namanya? Gue yang bikin loh!” jawab dea antusias. Muka iel memerah marah.
“what? Fansclub? Rayready? Gak salah? Siapa ketuanya?” tanya rio bingung.
“gue yo! Hehe..” shilla tersenyum. Rio menatap ray dengan tatapan membunuh. Ray tidak berani menatap rio.
“ngapain sih pake buat fansclub buat dia segala?!” tanya cakka sengit.
“yee, emangnya Cuma lo berempat doang yang bisa punya? Ray juga bisa! Mana ngalahin jumlah fans lo semua lagi! Padahal baru buka pendaftaran loh!” seru ify semangat.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar