Jumat, 06 Agustus 2010

cerbung >> Hasinuda In Love_Part 2

PART II: Dan Ku Mulai Tertarik Padanya
Suasana di koridor kelas X sangat berisik, dikarenakan pengumuman pembagian kelas X. Shilla menerobos kumpulan anak-anak, mencari namanya di selembar kertas tersebut. “Acrel, Agra, Alyssa, Ashilla! Gue masuk.. ke kelas.. X-2,” kata shilla yang tengah membaca kertas itu.
“ify!! Kita sekelas lagi, fy!” seru shilla pada ify yang baru datang. Ify tersenyum senang, lalu bertanya pada dea dan zeva, “de, ze, kalian masuk kelas X berapa?”
“gue X-2, kalo zeva X-4,” jawab dea.
Tak lama, bel berbunyi, semua murid masuk ke kelas masing-masing.
***
@X-2
Setelah semua masuk, ternyata masih ada satu bangku yang kosong di sebelah kiri ify. Seorang wanita berusia sekitar 40an memasuki kelas X-2, “anak-anak, perkenalkan, saya Mrs. Romi, wali kelas kalian, saya mengajar Matematika, untuk hari ini, tidak ada pelajaran, tapi wajib mengikuti ekskul yang kalian pilih, sesuai jadwal ekskul kalian,” kata wanita itu, Mrs. Romi.
Seorang anak perempuan mengangkat tangannya, “Mam, apakah hari ini ada yang sakit? Kenapa bangku itu kosong?” katanya lalu menunjuk bangku di sebelah kiri ify.
“oh, itu tempat untuk murid baru yang akan datang, mam tidak tahu kapan tepatnya dia akan masuk, yang jelas tidak akan lama,” katanya. Semua murid berbisik-bisik, mengapa anak itu datangnya tidak jelas? Bukankah tidak boleh ada yang tidak datang dari MOS kecuali sakit? Mengapa dia begitu diistimewakan?
Bel berbunyi kembali, menandakan kegiatan ekskul dimulai.
***
@Ruang Fotografi
Shilla mencari-cari ruang fotografi, dan akhirnya ia menemukannya, setibanya di dalam, ternyata baru ada dia dan Iel, “kak Iel anak fotografi juga?” tanya shilla.
“gue ketuanya lebih tepatnya, lo ikut ekskul ini?” tanya iel basa-basi, padahal dia sudah mendapatkan data murid yang mengikuti ekskulnya. Shilla mengangguk. Tak lama, datang dea dan beberapa murid lainnya. Iel menyuruh mereka duduk dan kemudian menjelaskan beberapa hal tentang fotografi untuk pemula.
Shilla serius mendengarkan Iel, sementara dea menatap lurus ke depan, kearah Iel, dia tidak menyangka kalau orang yang disukainya ini ketua ekskulnya. Iel menjelaskan ke seluruh anggota ekskulnya sambil curi-curi pandang kearah Shilla, Dea yang melihat itu merasa cemburu dan sedikit kesal pada shilla.
***
@Lapangan Basket
Cakka dan timnya mendemokan permainan basket SMA AS. Anak-anak perempuan yang berada di lapangan basket terkagum-kagum melihat keahlian cakka memasukkan bola ke dalam ring dengan cepat dan tepat.
Selesai mendemokan, cakka menyuruh semua anggotanya untuk berlatih di bawah bimbingan teman setimnya. Banyak sekali cewek-cewek yang tidak bisa mendribble bola sama sekali, namun ikut ekskulnya. Ngedribble aja gak bisa, percuma ikut basket, gak guna, gak bisa diandelin, keluh cakka dalam hati.
Selagi mengamati permainan mereka satu-satu, tiba giliran zeva, cakka melihat zeva mendribble dan memasukkan bola ke ring dengan tepat, dia memuji permainan zeva, dan berniat menjadikannya kapten basket perempuan.
Merasa ada yang menepuk bahunya, cakka menoleh, alvin sudah duduk disebelahnya, “lo juga sama?” tanya cakka. Alvin mengangguk. Tidak berbeda jauh dengan cakka, di lapangan futsal terlihat banyak sekali anak perempuan yang mengikuti ekskul tersebut, tapi sama sekali tidak bisa mengoper, menggiring, atau memasukkan bola ke gawang dengan benar. Bedanya setidaknya cakka ada zeva yang bisa main.
“kapan ya ada cewek yang maen futsalnya bagus?” ucap alvin perlahan.
Cakka tidak memandang alvin, “gak lama lagi, lo pasti nemuin,” jawab cakka mengecilkan suaranya seperti sebuah bisikan. Cewek yang bisa maen futsal dengan bagus, dan yang bakal jadi pendamping lo, lanjut cakka dalam hati. Alvin sepertinya tidak mendengarnya, jadi dia kembali lagi ke lapangan futsal.
Bel berbunyi kembali, menandakan pergantian ekskul, shilla, ify, dea, dan zeva bersama-sama memasuki ruang musik yang ukurannya paling luas diantara seluruh ruang yang ada disekolah itu.
***
@Ruang Musik
Shilla membuka pintu, dilihatnya ada rio yang sedang mengabsen, lalu tersenyum sekilas pada rio dan mencari tempat duduk. Setelah semua anggota lengkap, rio membagi-bagi mereka dalam kelompok musik. Melihat ada dea diantara shilla dkk, rio segera menunjuk mereka masuk dalam kelompok yang diketuai rio sendiri.
“lo bisa nyanyi kan? Lo jadi vokalisnya,” kata rio pada shilla, shilla mengangguk senang, lalu mengambil posisi tempat duduk vokalis.
“lo bisa piano? Lo jadi pianisnya,” kata rio pada ify. Ify segera duduk di bangku piano yang ada di sampingnya.
“lo bisa biola kan? Lo jadi violisnya,” kata rio sambil tersenyum pada dea. Dea hanya mengangguk tanpa memandang rio, segera diambilnya biola yang ada di meja depan.
“lo maen drum ya? Hmm, gue maunya buat kelompok musik klasik gitu, jadi gak pake drum.. lo bisa maen clarinet?” zeva berpikir, “gue belajar dulu deh kak!” jawabnya. “yaudah, nanti minta ajarin si Rizky aja!” ucap rio sambil menunjuk rizky. Zeva mengangguk mengerti, lalu menghampiri rizky dan minta diajarkan bermain clarinet.
Rio mengajari teknik bernyanyi yang baik pada shilla, melatih ify bermain piano agar sesuai dengan lagunya, dan juga mengajari dea bermain biola dengan indah sementara rizky mengajari zeva bermain clarinet diselingi candaan. Bel istirahat berbunyi, semua murid keluar dari kelas dan menghambur ke kantin.
***
@Kantin
“sorry lama, gue sama alvin harus ngeluarin cewek-cewek yang payah dari ekskul kita,” kata cakka pada iel dan rio yang sedang duduk di kantin. Cakka dan alvin kemudian duduk dihadapan rio dan iel. “lo berdua gimana?” tanya alvin, meneguk minuman yang dipesankan iel untuk dirinya dan cakka.
“ternyata shilla ikut ekskul gue loh!” seru iel bersemangat.
“kalo di ekskul gue lengkap tuh ada dea, shilla, ify, zeva, masuk kelopok gue pula! Yang penting ada Deanya!” jawab rio bersemangat juga.
“lo suka sama mereka ya?” tanya cakka heran. Rio dan iel mwenjawab, “baru tertarik sih..” cakka menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
“kalo di ekskul gue, cewek yang maennya bagus cuma si zeva doank! Gue jadiin kapten basket cewek aja sekalian!” jawab cakka sedikit emosi.
Alvin diam saja. “kalo lo vin?” tanya rio.
“hh.. jabatan kapten cewek masih kosong..” jawab alvin perlahan, jemarinya memutar-mutar sedotan meratapi nasib yang akan diterimanya selama jabatan itu belum terisi.
Rio, iel, dan cakka saling berpandangan, mereka kasihan pada alvin. Pertama, karna belum ada kapten futsal cewek, jadi alvin harus ngajarin anak cewek juga. Kedua, mereka tahu, kalo alvin sebentar lagi bakal nemuin tuh cewek, dan mungkin akan menjadi pendampingnya seumur hidup, entah alvin akan menyukai cewek itu atau tidak.
Bel berbunyi menandakan ekskul dilanjutkan kembali.
***
@Rumah Hasinuda
Tok tok tok.. terdengar ketukan pintu dari luar, “ada apa bi?” tanya cakka membuka pintu kamarnya.
“tadi nyonya menelepon, minta dijemput lusa di bandara,”
“makasih bi,” cakka menutup pintu kamarnya.
“mama sama papa minta dijemput lusa,” kata cakka pada 3 kakak kembarnya.
Handphone iel berbunyi, “bantu tetangga sebelah yang baru pindah, dan siapkan 1 kamar untuk dia,” begitu bunyi sms bu ucie.
Iel menjulurkan kepalanya melihat tetangga sebelah, ya, sedang ada pindah-pindahan. “kenapa yel?” tanya alvin.
“oh, itu ada pindahan di sebelah, bantuin yuk,” ajak iel, memandang cakka dan rio penuh arti.
“gak ah, gue mau maen bola aja di lapangan,” alvin mengambil bolanya dan membawanya keluar ke lapangan kompleks.
Iel, rio, dan cakka turun menuju rumah sebelah. Dilihatnya ada seorang wanita sepantaran mamanya. “permisi, tante namanya tante winda?” tanya rio pada wanita itu.
“ya, jadi kalian anaknya ucie ya?” jawab wanita yang bernama winda itu senang. Mereka bertiga mengangguk.
“anak tante mana?” tanya cakka.
“oh, dia lagi keliling-keliling kompleks,” jawab tante winda.
“kita bantu ya, tan?” tanya iel. “oh iya sampe lupa, saya iel, anak pertama mama, terus ini rio, adik pertama saya, dan yang ini cakka, adik ketiga saya, kalo alvin, dia lagi maen bola di lapangan.”
“ya, kalian bantu suami saya ya, oom joe namanya, itu,” kata tante winda sambil menunjuk seorang laki-laki seumur papanya yang membawa kardus. Iel dan rio segera menghampirinya dan membantunya, sementara cakka bertanya kepada bu winda, “tan, anak tante udah tau tentang perjodohan ini?”.
Tante winda menggeleng, “gak, dia belum tau, kalo alvin? Dia juga belum tau kan?” cakka mengangguk.
“kok tante bisa jodohin alvin sama anak tante sih?” tanya cakka penasaran.
“tante sama oom udah bikin perjanjian sama mama dan papa kamu, kalo anak tante cewek, anak tante akan dijodohkan dengan salah seorang diantara kalian. Dan sewaktu anak tante lahir, ternyata cewek, tante langsung melihat kalian berempat, dan menurut kami alvin yang paling cocok dengan anak tante.”
Cakka mengangguk-angguk mengerti. Kemudian membantu oom joe.
***
Alvin tengah bermain bola sendirian, ia menendang bolanya dengan kencang, namun bolanya salah mengarah, bukannya ke gawang, malah ke..
BUK! “aww!” teriak seorang anak perempuan di pinggir jalan, “Woy! Bola siapa sih!!” omel anak itu.
Alvin berlari mengambil bolanya, lalu melihat anak itu. “apa lo liat-liat! Jadi lo yang punya tu bola?! Minta maaf donk! Kena kepala gue nih!” omel anak itu ke alvin.
“sori,” jawab alvin cuek, alvin melangkah kembali ke lapangan dan memainkan bolanya kembali.
Anak itu mendengus kesal, Dasar! Gak peduli amat sih tu orang, padahal bolanya nimpuk gue! Omel anak itu dalam hati.
Anak itu kemudian pergi. Setengah jam kemudian, alvin menyudahi permainannya, lalu membawa bolanya dan berjalan pulang. Di tengah perjalanan ke rumahnya, anak yang ditimpuknya tadi berjalan tepat di belakangnya membawa sebuah minuman kaleng yang baru dibuka, sepertinya anak itu tidak menyadari bahwa alvin anak yang tadi diomelinya.
Ketika di tikungan berbelok ke arah rumahnya, sebuah motor melesat dengan kecepatan tinggi di pinggir jalan, membuat anak yang dibelakangnya tadi menghindar dengan maju beberapa langkah dengan cepat ke depan secara refleks, dan sontak membuat isi minumannya tumpah ke baju alvin. Alvin terjatuh karena terdorong anak itu.
“woy! Gara-gara lo baju gue basah ni!” teriak alvin ke anak itu.
“lo?” anak itu berkata dalam hati, dia lagi, bodo ah. “sorry,” lanjutnya, lalu melanjutkan berjalan dengan cuek seperti yang dilakukan alvin tadi padanya.
Alvin berlari menuju rumahnya, ia tidak betah memakai kaos yang basah karna minuman.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar