Sabtu, 07 Agustus 2010

cerbung >> Hasinuda In Love_Part 35

PART XXXV: Perasaan
Alvin membuka lacinya dan mengambil sebuah buku yang dikenali mereka semua sebagai buku desainnya alvin. alvin meletakkannya di depan agni. Yang lain langsung mendekat, melihat ingin tahu.
Agni membukanya, matanya membelalak begitu melihat title bukunya. “wedding’s rings?” baca mereka bersamaan. Alvin tidak merespon apapun.
“maksudnya?” tanya agni.
“gak perlu gue jelasin juga lo udah tau kan?” alvin menatap agni.
Agni mengernyitkan keningnya. “kapan?” tanyanya tidak terima. Shilla, dea, dan ify memandang keduanya bergantian, tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan keduanya.
“abis lulus,” jawab alvin tenang. Dia terus menatap agni yang menghindari tatapannya dan membuka-buka halaman buku, melihat-lihat.
Gak pernah, sekalipun, alvin bosan memandangi agni. Baginya, dari sejak pertama mereka bertemu, ditunangkan, dan melewati hari-hari selanjutnya, agni tetap sama, sempurna di matanya. Semua, semua yang ada pada diri agni, begitu menyita perhatiannya, begitu menarik dirinya. Membuat matanya selalu mengarah pada agni. Dia ingin, agni terus bersamanya, menemaninya, dan menjadi miliknya selamanya.
Posesif, mungkin itu kata yang pas untuk menggambarkan alvin sekarang. Salah memang bila ia terlalu menginginkan agni di dekatnya. Namun dia juga tak bisa mengelak dari keinginannya itu, dia, ingin slalu, mendekap agni dalam peluknya, membuat agni tak bisa lepas dari dirinya, dan slalu bersamanya.
“gue udah bilang kan? gue gak mau!” tolaknya.
“ada apaan sih?” tanya dea.
“gak bisa! Gue udah bilang ke mereka!” balas alvin dengan senyum penuh kemenangan.
“kok lo gak bilang ke gue sih?!” kata agni kesal.
“kalo bilang ke lo bisa-bisa gak bakal selesai ngomonginnya!” agni menutup bukunya dan menghempaskan badannya ke sandaran kursi. Bete banget dia sama alvin.
“helloww.. ada apa ini?” tanya ify bingung.
“lo gak baca titlenya?!” kata alvin kesal. Ketiganya membelalakkan matanya lalu menunjuk alvin dan agni bergantian dengan raut wajah tidak percaya.
“lo sama agni mau married abis lulus?” tanya shilla masih tidak percaya. Alvin mengangguk cepat.
“wah! gila lo kak! ngebet married amat lo!” seru ify.
“si agninya gak setuju tuh! Gimana dong?” tanya dea.
“sekarang aja dia gak setuju, tapi lama-lama juga dia setuju!” jawab alvin. dia masih terus memandangi agni. Dia gak mau nanti agni beralih dari dirinya. Secepatnya, agni harus segera menjadi miliknya. Karna dia, gak akan sanggup melewati hari-hari selanjutnya, tanpa agni, disisinya.
“napa lo liat-liat!” seru agni sewot. Risih dia diliatin mulu.
“cantik, lo cantik ag, cantik banget,” jawab alvin jujur.
“wihh.. tuh kan ag! Lo berdua tuh bikin ngiri banget tau! rio aja jarang muji-muji gue,” kata shilla.
“gue gak minta dipuji!” timpal agni.
“gue sayang banget sama lo ag, gue suka semua yang ada di diri lo. lo unik, lo beda, lo sempurna ag. Gue yakin, lo cewek terbaik yang pernah gue temuin,” puji alvin lagi. Dia gak peduli ada shilla, dea, ataupun ify disana.
‘gue sayang sama lo’, kalimat yang slalu diucapkan alvin setiap hari pada agni. Meskipun agni sudah mendengarnya puluhan kali, dia gak pernah sekali pun bosan. Malahan, rasa sayangnya semakin berlipat ganda pada alvin. dia tidak peduli dengan kelemahan alvin, dia akan menerimanya, apapun itu. Baginya, alvin sudah menjadi bagian dari dirinya, yang gak boleh hilang, dan gak boleh jauh dari dirinya.
Pesona, tampang, dan kesempurnaan, nampaknya hal itu tidak berlaku bagi agni. Agni menyayangi alvin bukan karena itu semua, dia benar-benar sayang sama alvin karna perhatian, kasih sayang, kepribadian, dan keterbukaan alvin padanya.
Tapi terkadang, alvin sering membuatnya kesal, membuatnya ingin menjauh dari alvin. tapi apa daya, dia gak bisa jauh-jauh dari alvin sekarang, sentuhan alvin terlalu membuatnya kecanduan, untuk selalu berada di dekat alvin.
“bisa diem gak sih?” kata agni kesal.
“terserah lo deh ag. Gue gak akan pernah bosen muji lo,” jawab alvin.
Yang lain menggeleng-gelengkan kepala melihat kedua anak ini. andai saja cowok mereka bisa seperti alvin, mereka akan sangat bahagia tentunya. agni beruntung sekali bisa mendapatkan alvin.
***
@Rumah Hasinuda
“yo, gue saranin lo jangan terlalu deket sama zahra deh,” kata agni.
“maksud lo apa? Sirik amat sih lo sama zahra! Ngapain coba lo ngurusin gue? mendingan juga urusin tuh si alvin!” balas rio ketus.
“kasian shilla yo. Dia jealous, dia ampe mau nyari cowok laen tau gak sih. Lo terlalu peduli sama zahra dan ngacangin dia,” jelas agni. Rio menatapnya, sepertinya dia baru menyadarinya.
“gue juga cewek yo, gue ngerti perasaan shilla. Dia bosen tau gak sih sama lo! lo sama aja nyakitin dia dengan ngebuat dia terus-terusan jealous. Mau lo apa sih yo?”
“gue gak nyangka ampe segitunya. Gue Cuma kangen sama zahra ag, gue pengen dapetin perhatian zahra kayak dulu. Gue gak ada maksud nyakitin shilla, gue masih sayang sama dia,” balas rio dengan penuh pengharapan.
“kalo gitu lo jangan sia-siain shilla yo. Jangan terlalu deket sama zahra,” pesan agni dan berlalu meninggalkan rio.
Rio terdiam. Dia baru sadar kalau dia jahat sama shilla, gak seharusnya dia terlalu dekat dengan zahra. Ahh! Dia harus segera minta maaf dengan shilla, semoga shilla masih mau memaafkannya.
Rio gak mau kehilangan shilla, yang menurutnya cewek paling cocok dengannya. Shilla lebih dari zahra, shilla tulus menyayanginya sebagai pacar, sedangkan zahra, zahra hanya menyayanginya sebagai teman.
***
Rio mengetuk pintu kamar shilla, shilla membukanya dan memandangnya dengan super jutek. “mau apa?” tanyanya.
“gue mau minta maaf shil, gue tau gue salah. Gak seharusnya gue begitu. Harusnya gue lebih perhatian sama lo, maafin gue ya shil. Lo gak berniat beralih ke cowok lain kan? gue masih sayang sama lo shil,” kata rio memohon.
Shilla tersenyum tipis. “yaudah, gue maafin. Tapi lain kali jangan gitu! Kalo kayak gitu lagi kita putus!” tegas shilla.
Rio tersenyum senang. Dia memeluk shilla. “iya, janji! Gak bakal gitu lagi!” shilla membalas pelukan rio dan tersenyum.
***
Agni menghampiri alvin yang sedang membaca buku di gazebo.
“hei ag,” sapa alvin.
agni tidak menjawabnya, dia langsung duduk disana, menaruh beberapa buku yang dibawanya. Dia mau minta diajari sama alvin, namun nampaknya dia sedang malas.
“ajarin,” katanya malas. Alvin mengangguk dan mengajarinya.
Setelah beberapa lama, alvin baru menyadari kalau sedaritadi agni merespon dengan malas-malasan. Ia menoleh kearah agni yang menopang dagunya dengan satu tangan dan terus menatap kearahnya.
“apa? Belom selesai kan? lanjutin,” katanya.
Alvin menegakkan duduknya, lalu menggeleng-gelengkan kepala pelan melihat agni. Berbulan-bulan bersama agni tentu sudah membuatnya hapal dengan mood dan sikap agni. Sikap agni yang diam terus, mengisyaratkan bahwa dia sedang malas dan kecapekan. Dan sikapnya yang terus menatap alvin, menunjukkan bahwa dia ingin dimanja.
Alvin menyingkirkan semua buku yang ada di sekitarnya. Agni menatap buku yang dijauhkan alvin itu.
“sini sayang, ngapain sih jauh-jauh duduknya,” kata alvin lembut sambil melambaikan tangannya menyuruh agni ke dekatnya.
Tanpa penolakan, agni lansung bergeser ke samping alvin dan menyandarkan kepalanya di dada alvin. alvin tersenyum kecil, tangan kanannya membelai lembut rambut agni, dan tangan kirinya menggenggam jemari agni.
Agni memejamkan matanya, membiarkan sensasi sentuhan alvin merayap, menjulur ke seluruh tubuhnya, mengisi seluruh ruang kosong dalam aliran darahnya, menghapus semua rasa rindu di hatinya.
Kecanduan, kata yang tepat untuk mendeskripsikannya sekarang. Entah bagaimana bisa, alvin selalu membuatnya kecanduan. Kecanduan akan sentuhannya, kecanduan akan selalu di dekatnya, kecanduan untuk terus bersamanya. Begitu sulit baginya bila harus jauh dari alvin, semua, semua yang ada di pikirannya hanya akan ada alvin, alvin, dan alvin. Apa yang dimiliki alvin hingga bisa membuatnya begitu?
Di dasar hatinya, agni tahu jawabannya, kasih sayang alvin padanyalah yang membuatnya begitu. Alvin yang selalu mencurahkan kasih sayang yang begitu besar padanya, alvin yang selalu membuatnya merasa nyaman begitu bersamanya, alvin yang selalu mengisi hari-harinya, yang mungkin bila tanpa alvin akan terasa sangat hampa sekali.
Senang, aman, dan nyaman. Semua itu bisa agni rasakan sekaligus bila ada di dekat alvin, berbeda sekali bila ada di dekat ray atau siapapun, hanya alvin, hanya alvin yang bisa. Pilihan orangtuanya tepat sekali. Mungkin kalau dia tidak dijodohkan dengan alvin, dia mungkin tidak akan pernah merasakan semua perasaan itu. Dia juga mungkin tidak akan pernah merasakan kasih sayang sebesar kasih sayang alvin padanya. Alvin.. alvin.. mengapa dirimu begitu membuat agni terlena?
“lo kecapekan ya?” tanya alvin. agni mengangguk kecil. “tidur aja, gue anterin,” usul alvin.
Agni menggeleng pelan. “gue gak mau tidur disana,” balasnya.
“yaudah,” kata alvin lembut. “ag, kayaknya lo gak pernah cerita deh, gue mulu yang cerita, cerita dong,” pinta alvin.
“gue gak tau mau cerita apa, masalah gue gak banyak kayak lo,” balas agni. Dia bergerak sedikit, menyamankan posisinya.
“apa ya.. lo pernah suka sama orang lain?” tanya alvin.
Agni mengangguk. “gue dulu pernah suka banget sama satu orang, sebelum sama lo tentunya. Ray. Dulu gue suka banget sama ray. Dia selalu baik sama gue, cocok sama gue, dan sehati sama gue. Gue dulu gak tau perasaan dia ke gue gimana. Kalo dulu gue tau kalo dia sayang sama gue, mungkin gue gak akan pernah ketemu lo kali ya. Gue pasti akan milih dia yang jelas-jelas gue suka dibanding dijodohin sama orang yang gak gue kenal,” agni berhenti sejenak.
Alvin tidak merespon apapun, dia masih terus membelai rambut agni. Hanya saja, genggamannya sedikit lebih erat dari sebelumnya.
“waktu mama bilang gue dijodohin, gue bingung banget. gue gak tau harus gimana lagi selain nurutin orangtua gue, padahal, disaat itu gue terus mikirin ray. gimana nasib gue sama ray nanti, gimana cowok yang bakal dijodohin sama gue, apa cowok itu lebih baik dari ray, apa enggak? Sampe kita ditunangin, pikiran gue masih penuh dengan ray,” agni berhenti lagi. Ia menghela napas pelan.
“tapi disaat gue sakit waktu itu, lo ngejagain gue, gue baru ngerasain, kalo lo ternyata baik, perhatian. Dan saat itu juga, gue mulai care sama lo, Cuma aja gue gak nunjukkin, gue pengen tau lo dulu. Lama-lama, gue jadi sayang sama lo, gue jadi gak inget sama sekali sama ray, gak ngerasain sayang lagi sama ray. karna elo vin, lo udah ngerebut semua perhatian gue ke ray jadi ke lo, lo jauh lebih baik dari ray,” lanjutnya lagi.
“pas ray dateng kesini, emang, saat itu perhatian gue mulai pecah. Gue bingung nentuin rasa gue ke ray, sampe akhirnya gue sadar, sayang gue ke ray sekarang tuh Cuma sebagai sahabat, gak lebih dan gak kurang. Gue yakin, sayang gue Cuma buat lo, dan gak akan pernah pecah lagi,” agni menyelesaikan semua ceritanya. Memang bukan cerita yang begitu penting, tapi ini bisa membuat alvin lebih percaya padanya.
Alvin mengecup kepala agni. Ia tersenyum, lega mendengar cerita agni barusan, bahwa dia sekarang tidak menyukai ray lagi.
Agni meraih tangan kanan alvin dan melingkarkannya di perutnya. Matanya sudah tidak kuat lagi sekarang, ia mengantuk. Agni meletakkan tangannya diatas tangan alvin yang melingkar di perutnya. Ia menggeser sedikit kepalanya, dan memejamkan matanya.
Alvin tersenyum melihat ceweknya ini, kadang dia galak, bawel, cuek, suka marah-marah, tapi dia juga manis, lembut, lucu, juga manja. Ya, andai saja dia waktu itu benar-benar menolak dijodohkan, mungkin dia gak akan nemuin kunci hatinya ini, yang bisa menjaga hatinya, memenuhi pikirannya, dan menjaga rapat-rapat rasa sayangnya.
Agni.. agni.. andai saja tidak ada agni, dia tidak akan tahu bagaimana nasibnya sekarang. Apakah dia akan punya cewek yang sebaik agni? Apakah dia akan nemuin cewek seunik agni? Jawabannya.. gak mungkin. Agni Cuma ada satu, agninya. Gak akan ada yang bisa gantiin agni, gak akan ada yang bisa ngalahin agni.
Sering alvin berpikir, apakah agni akan bosan dengannya? Jika terlalu sering bersamanya? Jika terlalu sering melihatnya? Dia sendiri tidak tahu. Mungkin dia harus sedikit menjaga jarak, agar agni tidak bosan dengannya.
***
Dari atas balkon rumah agni, yoshill, cafy, yeldea, dan ray melihat alvin dan agni sedaritadi. Daritadi mereka terus berkomentar tentang keduanya.
“tu anak dua, udah kayak suami istri aja tau gak,” komentar rio.
Shilla mengangguk-anggukkan kepalanya. “iya, enak ya agni dimanjain sama kak alvin,” sindir shilla.
Rio menatapnya. Kemudian merangkulkan tangannya di leher shilla. “jangan ngiri dong shillaku, kalo shillaku minta dimanja bilang aja ke rio, pasti rio manjain deh,” bujuknya sambil tersenyum manis.
“ihh, kok musti diminta sih? Gak perhatian amat,” komentar shilla lagi.
Rio mengecup pipi shilla, “iya deh, rio bakal lebih perhatian sama shilla, manjain shilla, shilla pegang janji rio ya, shilla boleh hukum rio kok kalo rio gak manjain shilla disaat shilla pengen, asal jangan diputusin ya, hehe,” janji rio sambil cengengesan.
“oke! Shilla pegang janji rio!” kata shilla semangat. Rio tersenyum melihatnya.
Harusnya seperti ini, bukan seperti kemaren ni, shilla harus seneng, shilla gak boleh jealous, gue gak mau putus sama shilla, gue sayang sama dia, batin rio. tanpa senyum dan sikap kekanakkan shilla, hari rio akan terasa tak berarti. Gak ada shilla yang membalas senyumannya, gak ada shilla yang selalu minta dimanja, gak ada shilla yang girly, gak ada shilla yang manis, sama saja dengan mengaburkan pandangannya. Membuatnya tak bisa melihat hal terindah yang ada di dunia.
Dimatanya, dihatinya, dipikirannya, hanya ada shilla. Mungkin dia sedikit sayang sama zahra, namun sayangnya ke shilla tentu jauh lebih besar. Rio berjanji, dia gak akan pernah ngecewain shilla lagi.
“gak nyangka ya, mereka yang kalo dulu berantem mulu tiap hari sekarang malah akur gini,” cakka menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya.
“ya, apalagi yang insiden cincin itu. Wah.. kita aja udah gak bisa ngajak agni ngomong,” komentar ify.
“cincin?” tanya ray bingung. Semua mengangguk tanpa menoleh ke arahnya. “cincin apa?” tanyanya lagi.
Ify mengernyitkan keningnya, menatap ray bingung. “ya cincin pertunangan mereka lah! cincin apa lagi?”
“tunangan?” tanya ray tidak percaya.
“iya! Emang lo gak tau ray?” tanya cakka. ray menggeleng. Cakka dan ify kemudian bergantian menceritakan hubungan alvin dan agni. Ray mendengar dengan reaksi sangat tidak percaya.
“yah, pupus deh harapan gue,” komentarnya kecewa.
“emangnya lo masih suka sama agni? Bukannya lo suka sama zahra?” tanya iel.
Ray mengangkat sebelah alisnya. “ya iyalah! Gak mungkin secepet itu gue ngilangin rasa gue ke agni kali! Hampir sepanjang hidup gue gue selalu sama dia!”
“terus zahra?” tanya dea khawatir. kalo ray gak sama zahra, nanti iel lagi nyari kesempetan! Gak boleh, gak boleh, iel gak boleh sama zahra! Batin dea.
“ya gue juga mulai suka sih sama dia, menurut lo dia suka gak sama gue?” tanya ray.
“pasti!”jawab ify, shilla, dan dea bersamaan. Ray tersenyum gembira.
“eh, kayaknya lo berempat tuh gak berantem-berantem ya? Akur amat,” komentar rio ke cafy dan yeldea.
“iya iya, gue belom pernah liat lo semua bertengkar panjang loh,” sambung shilla.
“ngapain juga berantem? Kayak gak ada kerjaan aja,” komentar iel.
“yap! Lagipula kan iel sayang sama dea, iya gak yel?” tanya dea.
“banget! dea cewek terbaik yang pernah iel temuin!” kata iel sambil mengacak rambut dea.
“iel juga cowok terbaik yang pernah dea temuin!” balas dea. Akhirnya mereka berdua malah sibuk saling memuji.
“kalo lo berdua?” tanya shilla ke cafy.
“eh! Kita mah udah ditakdirkan bersatu! Gak akan ada masalah diantara kita! Ya kan fy?” tanya cakka kepedean.
“yoa! Kalo gak ada cakka, gak mungkin gue jadi pianis begini! Kalo gak ada cakka juga, mungkin sampe sekarang gue gak bisa nemuin soulmate gue!” jawab ify antusias.
“jah, bahasa lo sok soulmate-soulmatean,” sindir rio.
“jeh! Emang lagi! Dulu kan gue ketemu cakka waktu masih kecil banget, dia ngajarin gue main piano dalam waktu kurang dari 10 menit! Gue langsung bisa lagi! Gimana bukan soulmate tuh?!” balas ify gak mau kalah.
Cakka yang mendengarnya hanya memeluk leher ify. “yo! Gue pernah cerita kan waktu kecil, kalo gue punya kalung yang gue kasih ke soulmate gue?” kata cakka membiarkan rio mengingatnya.
Rio mengingat-ngingat masa lalunya, sepertinya cakka pernah bilang begitu. “iya-iya gue inget! Yang kata lo lo kasih ke soulmate lo yang lo bilang manis kan?”
Cakka mengangguk. “lo tau kan kalung itu Cuma satu di dunia, secara buatan gue, nah lo tebak deh tu kalung ada dimana sekarang!”
“kayaknya gue pernah liat, dimana ya?” rio lupa.
Shilla mengacungkan telunjuknya. “bukannya pernah liat lagi! Tapi familiar banget! ada di ify kan! dia selalu pake kalung itu dari pertama gue ketemu dia!” serunya senang, karna tau ada dimana.
Ify mengeluarkan bandul kalungnya. Rio seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Benar-benar kalung itu! Hebat! “yap, bener, berarti kebukti kan kalo gue sama cakka itu soulmate, buktinya kita bisa ketemu lagi pas udah gede!”
Rio mengangguk-anggukkan kepalanya percaya. “kalo gitu, cakka sama ify punya bukti mereka soulmate dari kalung itu, kalo alvin sama agni dari mereka masih bayi..” belom selesai rio mengabsen bukti cinta sejati mereka, ray, ify, shilla, dan dea membelalakkan mata penasaran.
“hah?! Dari bayi?!” seru keempatnya tidak percaya.
“biasa aja kali neng!” seru cakka kaget.
“jahat lo bertiga! Gak cerita-cerita ke kita! Demen amat sih nyembunyiin sesuatu dari kita!” tuduh dea.
“nyantai non! Kita ceritain deh,” iel memulai ceritanya, rio dan cakka juga bergantian menjelaskan. Semuanya duduk dibawah sekarang, capek berdiri mulu.
Keempatnya menopang dagunya dengan satu tangan, menganga tidak percaya. “keren!” komentar shilla, ify, dan dea. Sedangkan ray makin hopeless saja.
“apanya yang keren?” tanya cakka bingung.
“ya keren lah! dari kecil aja kak alvin udah care gitu! Huaa, andaikan gue sama rio juga gitu!” kata shilla masih terpengaruh cerita itu.
“untung aja bukan lo bertiga! Gawat deh, nanti kita sama siapa dong?” komentar ify.
“sama alvin lah, sama siapa lagi,” jawab ray.
“gak mau! Maunya sama cakka, biarpun kak alvin care banget, tapi gue maunya sama cakka!” seru ify. cakka mencubit pipi ify pelan. Gemes.
“aww! Dipilih malah gitu!” kata ify kesal, mengusap pipinya.
“hehe.. iya-iya, maap deh ya,” kata cakka.
“pantes aja tuh agni gak bisa jauh-jauh dari alvin!” komentar dea.
“kok?” tanya ray heran.
“asal lo tau aja ray, sentuhan alvin tuh maut tau gak sih, kalo dia nyentuh cewek, dijamin deh tu cewek suka sama dia! apalagi si agni yang udah dari bayi! Itu sih namanya dipatenkan sama alvin!” jelas iel.
“makin hopeless gue, udahlah, gue sama zahra aja!”
“jangan jadiin zahra pilihan terakhir dong! Pilih dia karna lo sayang! Di swiss banyak tuh yang mau sama dia!” kata rio sewot.
“maap dah maap, maksudnya gue mau sama dia aja gitu,” jelas ray.
***
“wih, sayang amat lo vin sama agni,” kata iel pelan setelah memasuki kamar agni. Terlihat agni sedang berbaring di tempat tidur dan alvin duduk di sebelahnya, mengelus jemari agni yang digenggamnya. Rupanya alvin sudah memindahkan agni ke kamar. Alvin hanya tersenyum.
“ternyata agni yang tomboy gini bisa manja juga ya,” komentar rio.
“ya mau gimanapun dia tetep cewek yo, yang perlu disayang dan dimanja. Mau dia tomboy, galak atau gimanapun, dia kan hanya seorang cewek, yang hatinya lembut dan gampang tersakiti,” balas alvin. ia mengelus pipi agni lembut dengan ibu jarinya.
“sejak kapan lo vin jadi ngerti beginian?” sindir cakka.
“dari dulu lah, makanya lo jangan emosian mulu, gak bisa nyadarin hal yang di sekitar lo tau gak sih,” kata alvin.
Iel, rio, dan cakka berpandangan penuh arti. ketiganya menaik-turunkan alis mereka. Sepertinya mereka harus belajar banyak dari alvin.
“vin, menurut lo gue sama shilla gimana?” tanya rio cepat-cepat.
“hah? Maksudnya?” alvin mengernyitkan keningnya tidak mengerti.
“emm.. maksudnya, gue mustinya gimana sama shilla?” tanya rio penasaran.
Alvin mengerti maksud ketiganya. Dia komentar apa aja deh, yang penting mereka seneng.
“ya lo jangan bikin dia cemburu lah, jaga jarak sama zahra, masa kemaren ni dia minta gue jadi cowoknya coba!” balas alvin.
Rio membelalakkan matanya. “hah?! Elo?” katanya tidak percaya.
Alvin mengangguk. “katanya dia ngiri sama gue berdua, dia pengen lo care lagi sama dia, kayak dulu. Makanya yo, kalo punya cewek jangan dilupain! Gue juga pernah ngerasain di posisi dia kali,” kata alvin.
Rio semakin sadar akan perbuatannya terhadap shilla kemarin-kemarin. Dia terlalu mengutamakan zahra.
>>FLASHBACK
“yo! Anterin gue ke bookstore dong! Mau beli novel nih!” pinta zahra. Rio mengangguk. Zahra berjalan duluan keluar.
“yo! Anterin shilla dong ke dokter! Shilla gak enak badan nih,” pinta shilla, yang baru masuk ke rumahnya.
Rio bingung memilih yang mana. “rio panggilin dokter kesini aja ya shil! Rio udah janji sama zahra mau nganterin dia ke toko buku.”
“yah rio, shilla kan lagi sakit,” katanya cemberut.
“jangan cemberut dong shil, kan rio udah janji, makanya kalo mau apa-apa bilang duluan.”
Shilla menatap rio kesal dan pergi sendiri ke dokter. Rio jahat! Dia lebih mentingin zahra yang mau beli buku dibandingkan dirinya yang sedang sakit! Rio jahat! Rio gak sayang dia! Batin shilla.
>>FLASHBACK END
“iya juga sih,” kata rio menyesal.
“nah, lo udah nyadar kan? jangan diulangin!” perintah alvin. rio mengangguk. Alvin menyelonjorkan kakinya dan meletakkan bantal di belakang badannya lalu bersandar. Dia kembali menggenggam tangan agni.
“gak bisa lepas dikit napa vin dari agni?” sindir cakka.
Alvin menatapnya letih. “kalo gue lepas, dia bakal bergerak terus. liat aja ya,” alvin melepaskan sentuhannya, dan benar saja, agni malah jadi bergerak-gerak gelisah.
Alvin kembali meraih tangan agni. “tuh kan.”
“gile, sehati lo berdua, dia jadi gak bisa lepas dari sentuhan lo,” komentar iel.
Alvin menyunggingkan senyum di bibirnya. “bagus dong, gak bisa jauh-jauh dia dari gue,” katanya.
Alvin menutup mulutnya, menguap. Dia juga kecapekan dengan jadwalnya yang super sibuk dan menyita waktu bermainnya.
“yah vin, elo udah ngantuk padahal gue sama cakka juga mau nanya,” kata iel.
Alvin menekuk kedua lututnya, memeluknya dengan satu tangan dan membenamkan wajahnya, memejamkan matanya. “gue capek, gue ngantuk,” katanya letih.
Iel menghampiri alvin dan mengusap punggungnya. “lo tidur aja vin, jadwal lo terlalu diforsir, gue bikinin jadwal yang baru aja ya,” alvin mengangguk.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar