Jumat, 06 Agustus 2010

cerbung >> Hasinuda In Love_Part 15

PART XV: Tembakan 3 Pangeran
Iel, rio, dan cakka sudah kembali ke kamar. Tapi, tidak ada alvin. Setelah mereka berganti pakaian, alvin masuk ke kamar.
“baru balik lo? Darimana?” tanya iel.
“dari restoran,” jawabnya datar.
“lama amat,” kata cakka.
“tadi sekalian berenang dulu,” kata alvin.
“ckck, berenang malem-malem gini,”kata rio melihat jam tangannya.
“udah ah, ngantuk,” alvin mencoba tidur.
“besok jam 7 ke pantai ya!” kata iel. alvin tidak menyahut.
***
Jam 7
Iel, rio, alvin, dan cakka sudah bersiap ke pantai. Mereka memakai pakaian santai dan sunglasses. Sebenarnya alvin malas kalo bareng sama agni terus, tapi berhubung ke3 kembarannya ini lagi pedekate rame-rame ama tiga temennya, terpaksa dia ikut.
Pintu dibuka oleh dea. “masuk aja kak,” katanya. Mereka berempat masuk.
Shilla dan ify sedang bersiap-siap. “tunggu bentar ya!” mereka semua mengangguk. Agni masih tidur. Alvin menghampirinya dan duduk di tepi tempat tidurnya. “bangun woy! Udah pagi!” teriaknya di kuping agni. Agni refleks memukul alvin dengan bantal di sebelahnya. “berisik!” katanya. Begitu melihat alvin, ia mengucek matanya. “heh, ngapain lo disini?! Sono pergi!” usirnya.
Rio duduk di sebelah alvin. “ikut yuk, ni, ke pantai!” ajaknya.
“gak ah! Males!” katanya ketus.
“ayolah ag, kasian si alvin sendirian,” rayu iel. alvin melemparkan bantal ke iel.
“udah ag, ayo, ikut lah,” ajak cakka.
“iya, ag, ikut aja,” kata dea.
“gak!” alvin menarik tangan agni membuatnya terduduk di tempat tidurnya. “harus!” katanya.
“ogah! Palingan gue ditinggal ama lo berdua!”
“gak kok ag, ya kan yo?” tanya shilla. Rio mengangguk.
“awas lo ya, kalo gue ditinggal!” agni segera bersiap.
***
@Pantai
“hmm.. sejuknya,” iel merentangkan kedua tangannya lebar-lebar.
“iya.. maen yuk,” rio menggeliat.
“maen apa?” tanya yang lain.
“seluncuran aja.. lo semua bisa berenang kan?” tanya rio. Mereka semua mengangguk, lalu menyewa papan seluncuran.
“jangan jauh-jauh ya!!” teriak cakka. “sini fy, deket gue,” kata cakka.
Mereka bermain dengan puasnya. Tak terasa, sudah jam 10, ombak semakin besar dan arus semakin kencang. “RIOOO!!” teriak seseorang.
Rio menengok mencari sumber suara, ternyata shilla! Shilla terbawa arus sampai jauh, meski masih jauh juga dari batas aman pantai, dalam jarak segitu, shilla pasti tenggelam. “SHILLAAA!!” rio melepas ikatan papan seluncurnya dan berenang menuju shilla.
Shilla timbul tenggelam. Dia berusaha berenang, namun terbawa arus. Rio sampai ke arahnya, dia memeluk shilla ke atas, agar shilla bisa bernapas. Shilla terlalu banyak menelan air sehingga pingsan. Rio membawa shilla ke darat. Diletakkannya shilla di atas pasir. Semua mengerubungi shilla.
“shill!” lengking ify.
“fy! Suara lo gak usah gitu amat!” tegur iel.
“gimana nih?” cakka bingung.
“gue kasih napas buatan kali ya?” tanya rio panik.
Alvin menoyor kepala rio. “ngarep lo! Tepok punggungnya pelan-pelan, biar aernya keluar!” seru alvin.
Dea mendudukkan shilla di pasir. Lalu menepuk-nepuk punggungnya pelan. Shilla memuncratkan air dari mulutnya. “uhuk.. uhuk..” ia terbatuk.
“shil, lo gak papa kan?” tanya rio khawatir.
“gak papa kok yo, gue balik ke hotel dulu, ya!” shilla berdiri dan berjalan dibantu oleh dea dan ify.
“gue bantuin ya?” tanya rio khawatir.
“gak usah, gue sama dea sama ify aja,” kata shilla pelan. Lalu menuju ke hotel bersama ify dan dea.
“menurut lo, gue kapan nembak shilla ya?”
“terserah, gue aja mau nembak dea bingung”
“kalo gue sih udah tau gimana mau nembak ify,” kata cakka bangga.
“nanti kita omongin di kamar aja,” kata iel.
***
Rio, iel dan cakka berunding menemukan cara nembak shilla, dea, dan ify yang romantis.
“gimana kalo kita maen musik bareng, terus nembak mereka?” usul cakka.
“tapi tempatnya dimana?” tanya iel.
“di cafe pinggir pantai aja!” usul rio.
“terus jamnya?” tanya cakka.
“biar romantis, malem aja, jam berapa ya enaknya?” kata iel.
“jam 8 aja, gimana?” mereka mengangguk setuju. Alvin keluar dari kamar mandi, dia baru selesai mandi.
“biar lebih romantis gimana ya?” mereka bingung.
“cafenya yang dari jerami-jerami gitu aja, biar lebih alami, terus di sekeliling cafe, lo pakein lilin, nah, abis itu di tempat lo maen musik, lo bikin bentuk hati di pasir,” kata alvin tiba-tiba.
“keren ide lo vin!” sahut mereka bersamaan. Alvin tersenyum.
***
Keesokannya, iel, rio, dan cakka menjalankan rencana mereka. Mereka bersiap di dekat cafe, standby dengan alat musik masing-masing, alvin tidak ikut, dia di hotel saja. Seperti yang direncanakan, dea, shilla, dan ify datang bertiga. Mereka yang mencari iel, rio, dan cakka dikejutkan oleh sebuah suara, alunan gitar, biola, dan keyboard berpadu jadi satu. Ketiganya bernyanyi,
Menatap indahnya senyuman diwajahmu
Membuat ku terdiam dan terpaku
Mengerti akan hadirnya cinta terindah
Saat kau peluk mesra tubuhku

Banyak kata
Yang tak mampu kuungkapkan
Kepada dirimu

Reff:
Aku ingin engkau slalu
Hadir dan temani aku
Disetiap langkah
Yang meyakinimu
Kau tercipta untukku
Sepanjang hidupku

Aku ingin engkau slalu
Hadir dan temani aku
Disetiap langkah
Yang meyakiniku
Kau tercipta untukku
Meski waktu akan mampu
Memanggil seluruh ragaku
Ku ingin kau tau
Kuslalu milikmu
Yang mencintaimu
Sepanjang hidupku

Aku ingin engkau slalu
Hadir dan temani aku
Disetiap langkah
Yang meyakiniku
Kau tercipta untukku
Meski waktu akan mampu
Memanggil seluruh ragaku
Ku ingin kau tau
Kuslalu milikmu
Yang mencintaimu
Seselesainya lagu itu, iel, rio, dan cakka berlutut di hadapan pasangan masing-masing dan menggenggam satu tangan mereka. “dea christa amanda,” panggil iel.
“ashilla zahrantiara,” panggil rio.
“alyssa saufika umari,” panggil cakka.
Lalu mereka berkata bersamaan, “would you like to be my girl?”
Pipi ketiga cewek itu memerah. “yes, i would,” kata mereka bersamaan. Iel, rio, dan cakka tersenyum senang, dan langsung memeluk cewek mereka.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar