Jumat, 06 Agustus 2010

cerbung >> Hasinuda In Love_Part 14

PART XIV: Bali!!
@kamar 180
Iel menggeliat di kasur. “aahh, pegel!” katanya.
Rio membereskan tas-tas mereka dan menaruh pakaiannya di lemari. Cakka tiduran di tempat tidur, dalam hatinya dia masih ingin tertawa sepuas-puasnya soal alvin. “vin!” panggil cakka.
Alvin yang daritadi duduk di pinggir tempat tidur meletakkan sikutnya di paha dan menatap ke bawah tidak menjawab. Dia tahu, kalo dia pasti bakal digodain abis-abisan sama ke3 kembarannya ini.
“lo.. sumpah deh ya! Lo tuh.. hahaha,” cakka tidak bisa menahan tawanya.
“vin, kalo lo suka sama agni ngaku aja, gak bakal kita ledekin kok!” kata iel.
“tadi ya vin, gue tuh ngeliat lo natap agni dalemm banget..” rio ikut-ikutan.
Alvin menatap kesal bercampur marah kepada ketiga kembarannya, mereka menelan ludah. “vin.. vin.. sori vin,” kata rio, cakka, dan iel berbarengan dengan rasa bersalah. Alvin tidak mempedulikannya, dia tengkurap di tempat tidur dan meletakkan bantal diatas kepalanya, menekuknya menjadi dua untuk menutupi kupingnya. Cakka, rio, dan iel tidak tahu mau ngapain lagi, kalo alvin udah gini masih diledekin lagi, bisa-bisa dia marah besar.
@Kamar 200
Setali tiga uang dengan nasib alvin, agni pun sama saja. Setelah membereskan pakaian dan tas, mereka duduk bersila di tempat tidur dan mengobrol.
“ag, lo suka sama kak alvin kan? Ayo ngaku~” goda shilla.
“ayolah ag, bilang aja sama kita-kita, gak bakal kasihtau yang laen kok,” kata dea.
“lo tuh tadi.. natap dia.. lembutt.. banget.. belom pernah gue liat lo kayak tadi ag,” kata ify.
Agni kesal dengan ketiga temannya ini. “udah ah! Bisa gak sih gak usah gitu mulu daritadi, hah?! Gue gak suka! Gue gak suka sama alvin! Puas lo?!” agni berdiri dan menyibukkan diri dengan membereskan makanan di tas ranselnya.
***
@Aula Hotel
Rio yang baru abis kasih pengumuman ke seluruh ketua kamar menghampiri shilla. “shil, ntar jalan yuk!” ajak rio.
“kemana?”
“muter-muter sekitar sini aja pas malem, mau gak?” shilla mengangguk. “jam 6 gue ke kamar lo ya!”
“sip!” kata shilla dan kembali ke kamar.
***
@Kamar 200
“ada apa shil?” tanya dea yang lagi sms-an sama iel.
“katanya selama 1 minggu kita bebas mau ngapain aja, asal jam 10 malem udah harus balik ke hotel!” kata shilla.
“kok cakka gak ngajak gue jalan ya?” tanya ify penuh harap.
“ntar juga dia ngajak kali,” kata shilla santai.
Bel kamar berbunyi. Ify membuka pintu kamar. Dilihatnya ada cakka. “fy! Ntar jam 7 jalan yuk!” ajak cakka. Ify mengangguk dengan antusias.
“eh, gue ntar jalan jam 7, kalo lo?” tanya ify.
“gue jam 6!” kata shilla semangat.
“gue jam stengah tujuh!” seru dea.
Mereka bertiga memandang agni. Agni tidak mempedulikannya.
“ag,” panggil dea.
“hmm,” balas agni dingin.
“lo gak jalan?” tanya shilla.
“gak,” jawab agni singkat.
“kita bawa kartu pass kamar kok, lo kalo mau jalan atau pergi juga gak papa,” kata ify.
“gue disini aja,” katanya cuek.
***
Jam 6
Rio membunyikan bel kamar shilla. Shilla keluar. “ayo!” katanya merangkul lengan rio. Rio gugup, dia deg-degan, dia masih bingung kapan mau nembak shilla.
Jam 6.30
Iel dan dea bertemu di depan lift. “mau kemana kak?” tanya dea.
“panggil iel aja, emm, kemana ya? Ke cafe aja yuk! Belom makan kan?”
“belom, ayoo!” kata dea.
Jam 7
Bel kamar ify berbunyi kembali. Pasti kak cakka! Pikirnya. “gue pergi ya ag,” pamitnya ke agni. Agni mengangguk. “hai cak!”
“hai!”
“mau kemana?”
“makan dulu yuk, baru abis itu jalan, gimana?” ify mengangguk.
***
Alvin ditinggal sendirian. “huh! Ditinggal mulu gue!” keluhnya. Dia duduk bersila di tempat tidur dan memikirkan apa yang tadi dia lakuin di pesawat. “tadi gue ngapain ya? Gue ngegodain agni, terus, dia natap gue lembut, terus, gue mau ngerjain dia, gue malah kena! Terus, gue ngapain, lagi? Gak sadar gue! Argghh! Gue malah keterusan natap dia, aihh!! Apa gue beneran suka ya ama dia?” alvin berbicara sendiri. Dia mengangkat bandul kalungnya, cincinnya. Ditatapnya cincin itu. Tak lama, dia kelaparan, lalu berniat mencari makan. Mengingat agni sepertinya ditinggal juga, dia menuju kamar agni. Agni membuka pintu. “mau apa?” tanyanya dingin.
“mau makan gak? Bareng gue?” tanya alvin datar. Agni mengangguk, lalu menutup pintu.
***
RIO-SHILLA
Mereka berjalan di pinggir jalan. “makan yuk, shil!” kata rio. “tuh ada cafe disana!” lanjutnya lagi. Shilla mengikuti rio, mereka memesan makanan di sebuah cafe yang terletak di pinggir jalan, sehingga dapat melihat keindahan lalu lintas, lampu mobil yang menyala, tanaman yang rimbun, serta cahaya dari banner-banner toko.
“shill, besok ke pantai yuk! Ajak yang laen juga ya! Kita maen disana, jam 7 gue ama yang laen nyamper ke kamar lo ya!”
“oke, eh kak, gue bingung, sebenernya ada apa sih antara agni sama kak alvin?”
“emang kenapa? Btw, gak usah panggil kak, panggil rio aja,” balas rio sambil menaik-turunkan alisnya.
“mereka tuh.. kadang akur, kadang ribut, kadang perhatian, kadang cuek, aneh..”
“ohh.. itu.. kayaknya sih mereka saling suka gitu, yah, Cuma gak mau ngaku,”
“tadi lo liat gak? Yang pas mereka tatap-tatapan itu? Gue belom pernah loh liat agni natap orang sampe lembut banget gitu..”
“gue juga gak pernah liat alvin kayak gitu.. udahlah, ngapain kita ngomongin mereka sih?”
“abisnya gue bingung mau ngomong apa kak, eh, yo!” rio tertawa kecil.
“yaelah, panggil yo aja ampe lupa gitu,” ejek rio.
“yee.. gue kan gak biasa, riokuu..” kata shilla, lalu diam, sepertinya dia keceplosan ngomong ‘rioku’. “oops, sori kak, eh, yo, lupain aja tadi gue bilang apa,” shilla salting.
“gak papa kok shil, lo manggil gitu juga gue gak marah kok, shillakuu..” gantian rio yang manggil shilla pake –ku..
***
IEL-DEA
“yel, kita kemana nih? Kan udah slesai makannya,” tanya dea.
“ke situ aja yuk!” iel menunjuk sebuah toko besar yang isinya bermacam-macam barang.
“nih yel, cocok buat lo,” dea mencocokkan sebuah baju berwarna pink bertuliskan ‘I Love Bali’ ke badan iel.
“yee.. ni anak.. menurut lo ini bagus gak?” tunjuknya ke sebuah kotak musik berbentuk hati berwarna biru laut, dan diatasnya ada sebuah nyiur serta pasir.
“keren,” puji dea.
“lo mau de? Biar gue beliin,” kata iel.
“gak usah yel, ngerepotin, gue beli sendiri aja,” kata dea.
“gak papa. mbak! Ini satu ya!” serunya pada seorang shop assistant.
“thanks ya yel,” ujar dea.
“everything for you,” jawab iel mantap. Membuat dea senang.
***
CAKKA-IFY
Cakka dan ify sedang menonton aksi para pemusik jalanan. Ada yang memainkan gitar, biola, harmonika, dan terompet. Ify sangat kagum pada mereka.
“keren ya cak!” kata ify senang.
“iya.”
“lo tau ga, gue dari dulu pengen banget ditembak dengan musik?” ucapnya tidak sadar.
Cakka menatap ify. Lalu tersenyum. “gue akan lakuin, fy,” gumamnya pelan.
“emang kalo ditembak lo mau pake lagu apa?”
“apa aja terserah! Yang penting dia tulus nyanyiinnya!” rupanya ify masih tidak sadar daritadi membicarakan apa. Ify bertepuk tangan. Lalu mengajak cakka pergi dari sana.
“udahan yuk cak, kita ke tempat laen lagi.” Cakka mengangguk.
***
ALVIN-AGNI
Alvin dan agni makan dengan saling diam-diaman. Mereka tak saling melihat satu sama lain. Ketika agni melihat alvin, ia terkejut mendapati alvin tidak memakai kalungnya.
“kalung lo mana?” tanya agni dingin. Dia gak mau bersikap lembut pada alvin, bisa-bisa dia diledekin lagi kayak tadi.
“di kamar,” kata alvin tak kalah dingin. Agni meletakkan sendok dan garpunya.
“cincin?” dia menatap alvin.
“nih,” alvin mengangkat tangan kanannya.
“loh? Kok.. ihh.. nanti kalo ketauan gimana?” tanya agni memegang tangan kanan alvin.
“kalo lo angkat gini malah ketauan kali, udahlah, males gue pake kalung mulu, mendingan gue pake sekalian!” jawab alvin jutek, menarik tangannya.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar