Jumat, 06 Agustus 2010

cerbung >> Hasinuda In Love_Part 31

PART XXXI: We Hate Zahra
“napa si agni jadi gitu? Biasanya dia slalu cerita sama gue,” tanya ray bingung. Yang lainnya hanya mengangkat bahu.
“agni tuh slalu nyembunyiin tentang dia sama alvin deh, bikin penasaran aja tau gak,” kata shilla. Dea dan ify mengangguk setuju. Ray juga jadi ikutan penasaran sama agni.
***
Agni mengecek seluruh isi rumah. “Kok gak ada orang?” gumamnya. Lalu ia mengecek ke belakang rumah. Ada alvin di gazebo, duduk sambil memainkan biola. Agni berjalan mendekat. Alunan biolanya, terlalu menyedihkan.
“stop! Jangan maen lagi!” seru agni. Alvin tidak memperdulikannya. Agni berjalan menghampiri alvin. di sebelahnya ada nampan berisi makanan. Alvin belum makan rupanya.
“gue bilang stop,” kata agni pelan. Alvin terus memainkan biolanya. Dia tidak mau diganggu saat mencurahkan isi hatinya lewat musik. Agni menyerah saja, gak ada gunanya nyuruh alvin berhenti kalo dia emang gak mau. Akhirnya agni duduk di gazebo, menutup matanya, mendengarkan dan menghayati permainan alvin.
Permainan alvin begitu.. begitu menyayat hati, seperti menusuk jiwanya dari segala penjuru. Cukup, agni tidak mau mendengarkannya sekarang. Dia tidak mau alvin seperti ini terus.
“udah vin,” katanya memohon. Alvin menghentikan permainannya dan membuka mata. Ia menatap agni.
“gue belom selesai,” balas alvin perlahan. Ia bersiap memainkan kembali, namun agni mengambil paksa biola alvin. alvin pasrah, ia menunduk dan menekuk mukanya. Ia benar-benar ingin menyelesaikan permainannya, dia belum selesai mencurahkan segala isi hatinya.
“gak akan pernah selesai, udah, kalo mau lanjutin abis lo makan,” kata agni. Biola alvin ia letakkan di sebelahnya.
Alvin menggeleng. “gak mau,” katanya.
“harus, nanti lo sakit,” alvin tetap menggeleng. “gue suapin ya?” alvin mengangguk. “manja lo,” celetuk agni.
Alvin menatap agni. “gue bukannya manja ag, gue gak mau makan, rasanya tawar,” jelasnya pelan.
“tawar?” agni mengambil sesendok sup dan meneteskannya sedikit ke tangannya, lalu mencobanya. Matanya mengernyit. Terlalu asin. “asin banget vin! Tawar darimananya?”
“asin? tadi gue yang bikin, tapi rasanya tawar mulu, gue udah masukin banyak bumbu tapi tetep tawar,” jelasnya lagi. Agni menatapnya.
“ya udah, gue bikinin yang baru ya, yang ini asin banget,” agni segera membawa supnya ke dapur dan membuat yang baru. Alvin mengambil biolanya dan memainkannya kembali.
Agni kembali dengan nampan yang berisi sup yang baru. Alvin menghentikan permainannya. “nih, lo makan ya!” agni menyuapkan sup ke mulut alvin. alvin membuka mulutnya dan memakannya.
“masih tawar,” katanya getir. Sekarang alvin tahu, dia gak bisa ngerasain rasa makanan lagi. Dia menatap nanar makanan itu.
Agni mengerti, alvin sekarang sudah masuk tahap depresi, semua yang dia pikirkan terhadap suatu benda akan benar-benar jadi seperti itu dimatanya. “ini enggak tawar, ini kayak sup biasa,” balasnya menenangkan perasaan alvin.
“tapi gue gak bisa ngerasain rasanya,” alvin ketakutan sekarang, kalau sekarang dia tidak bisa merasakan rasa makanan, dia takut nanti-nanti perasaan di hatinya benar-benar hilang semua.
Agni benar-benar kasihan pada alvin. ia meletakkan mangkuk sup dan mengusap wajah alvin. “alvin, kalo lo mikir rasanya tawar, rasanya bakal tawar terus, tapi kalo lo mikir makanannya enak, rasanya bakal enak. Lo makan ya,” alvin mengangguk pelan. Agni menyuapi alvin.
“wihh, enak banget lo kak disuapin!” seru seseorang yang sedang berjalan ke arah mereka berdua.
“napa lo de? Gak seneng?” tanya agni tanpa menengok ke belakang. Ia masih menyuapi alvin.
“lo sama cowok lo sama aja, suka gangguin orang!” balas alvin kesal.
“hehe.. emangnya kapan gue gangguin lo?” tanya iel pura-pura lupa. Alvin dan agni menatapnya tajam. “iya-iya, udah, gak kita gangguin lagi kok,” iel mengajak dea untuk segera meninggalkan mereka.
***
Shilla, dea, ify, dan agni menemui hasinuda di kelasnya. Ada ray dan zahra juga. Kenapa sih selalu ada zahra? Batin mereka.
“tumben lo semua kesini? Bukannya biasanya kita yang ke kelas lo ya?” tanya ray basa-basi.
“gantian dong, kasian mereka terus yang naek turun,” balas ify.
“oh,” balas ray lagi. “ag! Sini yuk, kayaknya gue udah jarang deh ngobrol sama lo, padahal kan kita serumah,” ajak ray menarik tangan agni. Semua menatap alvin, alvin tidak memperdulikannya, ia mengambil berbagai kertas dari tasnya lalu sibuk menulis-nulis.
“gak ah ray, gue mau sama alvin dulu ya,” kata agni tidak enak. Ray cemberut.
“kok sekarang lo jadi ngehindar dari gue sih? Emang gue ada salah ya sama lo? bilang aja,” balas ray. Ia melihat sebuah gelang yang baru dilihatnya melingkar di pergelangan tangan kanan agni.
“gak ada kok, gue Cuma mau sama alvin aja dulu,” balas agni sambil menarik tangannya. Ray menahannya, ia menarik tangan agni dan melihat gelang itu lebih jelas.
“gelang baru ag?” tanyanya getir.
“udah lama, tapi baru gue pake,” balas agni.
Ray mendengus kesal. “alni? Alvin agni? Mendingan juga rani, ray agni,” semua dapat mendengar nada marah ray.
“apa sih ray? Kok lo jadi gini sih?” agni menarik paksa tangannya. Ia menatap ray kesal.
“gue Cuma mau lo sama gue, bukan sama dia!” ray menunjuk alvin tanpa melihatnya. Alvin tidak mau melihat ini, dia terus menyibukkan dirinya. Yang lain hanya menonton adegan ini saja.
“ray! Lo kenapa sih?! Suka-suka gue dong kalo gue sama dia! toh dia cowok gue!” balas agni emosi.
“gue gak suka ag! Gue gak suka dia jadi cowok lo! dia gak pantes ag! Mendingan gue kan? yang ngertiin lo, yang tau semua tentang lo, yang selalu jadi tempat curhat lo, Cuma gue kan ag? Masa lo gak nyadar sih ag? Gue suka sama lo!” ray menatap agni memohon. Yang lain terkejut mendengar pengakuan ray.
Agni shock mendengar kata-kata ray barusan. Ia menarik napas pelan-pelan dan membuangnya. “sorry ray, gue udah punya cowok. Dan jangan pernah berharap gue sayang sama lo lebih dari temen,” katanya perlahan.
“apa sih ag kurangnya gue?”
“gak ada. Lo tuh terlalu sempurna buat gue ray, lebih baik lo cari cewek lain, yang lebih baik dari gue,” agni menyudahi pembicaraan ini. dia tidak mau semua emosinya memuncak sekarang.
Ray terpaku di tempatnya, menatapi agni yang menghampiri alvin. ia kembali duduk di tempatnya, menunduk. Ia kecewa, ia marah, selama ini dia selalu mencoba jadi yang terbaik buat agni, mencurahkan semua kasih sayangnya ke agni, berusaha membuat dirinya menjadi sempurna. Itu semua karna dia suka sama agni, tapi sekarang, agni menolaknya. Memang salah kalo dia mengungkapkannya disaat agni punya cowok, tapi gak ada salahnya kan usaha?
Zahra menghampiri ray lalu tersenyum. “kita ke kantin aja yuk,” katanya lembut. Ray mengangguk pelan dan berjalan ke kantin bersama zahra, dia ingin menjauh dari agni dulu.
“kita juga ya,” kata rio. mereka tahu ini bukan saatnya ikut campur, lebih baik mereka meninggalkan keduanya. Semuanya berjalan ke kantin, kadang menoleh melihat mereka.
Agni memutar bangku di depan meja alvin menjadi menghadap cowoknya ini. agni duduk, melipat kedua tangannya di atas meja dan melihat kertas-kertas yang daritadi menyibukkan alvin. “vin,” panggilnya.
“hmm,” balas alvin.
“jangan marah ya sama ray.”
Alvin mengangguk dan mengangkat kepalanya menatap agni. “harusnya lo sama ray, bukan sama gue. gue gak pantes buat lo, ray jauh lebih baik, lo sama ray aja ya?”
Agni menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Heran dengan cowoknya ini. “alvin, dengerin gue, gue gak mau sama ray! Gue maunya sama lo! lo gak percaya sama gue? lo gak yakin sama gue? vin! Please, jangan pernah sekalipun minta gue jadi ceweknya ray! Gue Cuma nganggep dia temen gue,” agni berusaha agar alvin mengerti.
“tapi apa lo bisa nerima, dengan kondisi gue yang kayak gini? gue bukan alvin yang dulu ag! Gue udah berubah! Gue gak mau lo nyesel sama gue.”
“gue akan nerima apapun kondisi lo, lo tetep alvin, alvin yang gue sayang dan yang slalu sayang sama gue. gue akan balikin lo kayak dulu lagi, gimanapun caranya.”
Alvin tersenyum tipis. “thanks ya, lo baik banget sama gue,” kata alvin. dia kembali sibuk dengan kertas-kertasnya.
Agni membalas senyuman alvin. “lo ngapain sih daritadi? Sibuk amat,” tanyanya heran.
“oh, ini gue lagi nandatanganin laporan, kemaren baru gue kerjain setengahnya. Hari ini harus udah selesai,” alvin menghembuskan napas letih.
“ga terlalu banyak ini, selesai lah bentar lagi,” kata agni.
“ini baru gue bawa sedikit, di rumah masih bertumpuk,” balas alvin.
“ckck.. emang ini apaan sih?” agni mengambil sebuah map dan membacanya. “sindunata’s jewelry?” alvin mengangguk. “ini punya lo?” alvin mengangguk lagi.
“papa ngasih perusahaan ini buat gue, gue yang urus semuanya. Kembaran gue juga dapet kok,” jelasnya.
Agni mengangguk-angguk mengerti. “tapi kok gue gak pernah liat lo kerja gitu? Di rumah mulu perasaan. Terus lo kok mau aja? Kan susah,” tanyanya ingin tahu.
Alvin tersenyum tipis. “gue ke kantornya kalo hari minggu doang, buat ngontrol aja. Gue kan masih SMA, ngapain rajin-rajin banget ke kantor? Ya gue mau lah, kalo gak nanti gue kasih lo makan apa,” balasnya.
“mikir lo kejauhan. Eh, gue boleh belajar kayak ginian gak?” tanya agni antusias.
“hah? Belajar ini? ya boleh aja sih, tapi buat apa? Nilai lo bagusin dulu, baru belajar ginian,” balas alvin.
“nilai gue udah bagus, udah stabil. Penasaran aja belajar ginian. udahlah, kapan lo mau ngajarin gue?”
Semangat amat ginian aja, batin alvin. “kapan aja lo mau, asal jangan pas gue ada ekskul,” agni mengangguk.
***
Rio, iel, cakka, shilla, dea, ify, dan zahra memperhatikan gerak-gerik alvin dan agni. Keduanya sering menjauh dari mereka dan berdua saja. Keduanya juga tidak bertengkar seperti biasanya. Akur banget.
“aneh, kok akur ya?” kata rio heran. ia mencuri-curi pandang ke arah alvin dan agni yang duduk di sudut kantin yang lain.
“aneh kamu yo, mereka akur salah, berantem salah, maunya apa sih?” tanya shilla heran.
“abisan akur banget, bosen juga gak ada yang berantem,” jawab rio. shilla hanya menggeleng-gelengkan kepala mendengar jawaban rio.
“bikin ngiri tau,” kata iel tiba-tiba.
“apa yang bikin ngiri?” tanya dea bingung.
“tuh! Mereka!” iel mengarahkan kepalanya ke arah alvin dan agni.
“jiah, emangnya apa yang perlu diiriin?”
Iel menekuk mukanya, “lengket bener, berdua mulu,” jawabnya. Dea memandangi iel dengan penuh keheranan. Wajarlah, toh mereka pacaran ini.
“di rumah lo bertiga, di rumah agni, di sekolah, di mana aja, berdua mulu! Gak bosen apa ya?” tanya ify heran.
Cakka menatap ify. “emangnya lo bosen kalo misalnya berdua terus sama gue?”
“ya iyalah! Pake nanya lagi,” jawab ify. cakka mengernyitkan keningnya.
“jadi gak kita kasih alvin makanan manis?” tanya zahra mengalihkan pembicaraan. Yang lain mengangguk. “oke! Kalo gitu, lusa gue mau bikin cake special for alvin!” seru zahra sambil tersenyum.
***
“ag, lo gak bosen sama gue mulu?” tanya alvin sambil mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan.
“enggak tuh, emangnya lo bosen ya?”
“enggak sih, Cuma takut ngerepotin lo aja, jadi ngurusin gue tiap hari gini,” kata alvin merasa menyusahkan.
“kewajiban gue lagi. Gue slalu kangen sama lo, gak tau kenapa, makanya gue gak mau jauh-jauh,” balas agni.
“slalu kangen sama gue? aneh lo,” balas alvin heran. ia menyeruput minumannya.
“sayang, mau lo apa sih? Dikangenin salah, gak dikangenin salah,” gemes agni sama alvin.
Alvin tersedak. “sayang? Gak salah denger gue?” tanyanya heran.
Agni menggeleng lalu tersenyum. “ya enggaklah, dulu kan lo yang manggil gue sayang, gantian dong.”
Alvin tersenyum, meskipun tipis. Dia sedikit senang dengan agni yang memanggilnya sayang.
“eh vin, gue kangen deh sama sentuhan lo, udah berapa hari lo gak nyentuh gue?” alvin menatap agni kasihan. Dia slalu ragu buat nyentuh agni, entah kenapa.
“gue coba ya. Gue slalu pengen nyentuh lo, tapi setiap mau nyentuh lo, tangan gue malah ngebuat gue ragu,” alvin jadi jauh lebih terbuka terhadap agni. Dia mau nyeritain semuanya, bebannya pun sedikit demi sedikit berkurang.
Agni hanya tersenyum mendengarnya. Semakin lama dia semakin sayang saja sama alvin, apalagi alvin sekarang terbuka padanya.
***
Terdengar ketukan di pintu kamarnya. agni menyuruhnya masuk. “kenapa ray?” tanyanya.
Ray berjalan menghampiri agni yang sedang duduk di karpet mempelajari perusahaan alvin. “emm.. gue mau minta maaf soal yang kemaren ni ag. Gue salah, gak harusnya gue bilang kayak gitu depan alvin, apalagi lo ceweknya alvin, gue jadi ngerasa bersalah. Alvin marah ya sama gue?” ray meminta maaf dengan tulus.
“dia gak marah kok, kita udah maafin. Maafin gue juga ya ray, udah nolak lo, lo udah dapet cewek laen kan?” tanya agni. Ray mengangguk. “siapa?” tanyanya penasaran.
“zahra, dia manis ya?” kata ray. Agni mencoba tersenyum mendengarnya, dia tidak begitu suka dengan zahra. Ray kemudian bercerita tentang zahra yang mulai akrab dengannya. Agni hanya mendengarkannya saja.
***
Agni terus memberikan perhatian pada alvin, sehingga alvin sudah berani lagi menyentuh agni. Sekarang mereka dan yang lain sedang bermain kartu di ruang keluarga agni. Zahra tidak ikut.
“kalah mulu gue,” kata ray. Ia mengambil semua kartu dan mengocoknya.
“lagian lo yang minta maen kartu, liat tuh muka lo, putih semua,” balas ify setengah tertawa.
“kita udahan ya, bosen,” kata agni. Alvin mengangguk. Keduanya duduk di sofa, agni mengambil kertas yang diberikan alvin kepadanya. Sesekali ia bertanya kalau tidak jelas. Ray membagikan semua kartunya tanpa ke mereka.
Sejam berlalu, mereka sudah menghentikan permainannya dan sibuk sendiri-sendiri. Shilla, dea, dan ify nonton TV, rio maen gitar, cakka, iel, sama ray sibuk OL, alvin dan agni masih sibuk ngomongin perusahaan. Tiba-tiba zahra datang dan membawa sebuah kue yang besar dengan kedua tangannya. Ia menaruhnya di meja.
Shilla mengambil piring kecil, garpu, dan pisau untuk membagikan kuenya. Zahra memotongnya dan membawanya ke alvin.
“alvin,” panggil zahra. Alvin menoleh ke arahnya. “apa?” tanyanya.
“ini, gue bikinin cake kesukaan lo, blackforest kan? buka dong mulutnya,” zahra bersiap menyuapi alvin. alvin memandang agni. Agni mengangguk terpaksa. Ia memakannya, lalu menelannya dengan paksa.
“gimana rasanya?” tanya zahra ingin tahu.
“pahit,” jawab alvin.
“hah? Pahit? Masa sih?” zahra mencoba cakenya, yang lain juga, kecuali agni. “biasa aja ah, manis gitu kayak yang lo suka, coba deh yang ininya,” zahra menyuapi alvin lagi. “gak pahit kan?”
“pahit zah,” agni mendengar nada ketakutan dari alvin.
“tapi ini gak pahit vin! Coba deh ag, lo rasain, pahit gak,” pinta zahra.
Agni menggeleng. “kalo alvin bilang pahit berarti pahit,” katanya dingin.
“lo makan cherrienya ya, pasti gak pahit,” zahra menyuapi alvin sebuah cherrie.
“cukup zah, pahit,” kata alvin bergetar. agni tahu, alvin butuh ketenangan sekarang.
Zahra rupanya belum menyerah, dia terus meminta alvin mencoba yang lain meskipun alvin menolak.
“ZAHRA!” teriak agni. Semua menatapnya. “jangan paksa alvin, kalo dia bilang pahit berarti pahit,” agni mengambil kunci mobilnya dan memberikannya pada alvin.
Ia melirik jam dinding. Pukul 4 sore. “jam tujuh, harus udah balik,” alvin mengangguk dan mengambil kunci mobil agni. Lalu segera pergi.
“alvin kemana ag?” tanya rio.
“lo semua gak perlu tau,” katanya. “dan lo zahra! Gue minta lo bawa cake lo ini dan jangan pernah nginjekkin kaki lo di rumah gue!” katanya setengah berteriak. Zahra kaget dan mematung di tempatnya. Yang lain menatap agni heran, meskipun ify, dea, dan shilla senang.
Agni membereskan kertas-kertasnya dan membawanya ke kamar. Rio, iel, dan cakka membantu zahra membawa cakenya kembali.
“agni kenapa sih? Jahat banget,” kata cakka kesal.
“dia gak jahat tau, dia baik, gak seharusnya orang yang gak dikenal ini masuk-masuk rumah orang sembarangan!” balas ify tajam. Zahra jadi takut dengan cewek-ceweknya hasinuda.
“ify! jangan ngomong gitu! dia temen kita!” seru iel.
“iya, temen lo, bukan temen kita,” balas dea menatap zahra dengan tatapan membunuh.
“kok lo semua jadi gini sih?” tanya rio bingung.
“jadi gini gimana maksud lo?! ni anak emang kelewatan, jelas-jelas kak alvin udah punya cewek, tapi masih kecentilan aja!” marah shilla.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar