Sabtu, 04 Desember 2010

Hasinuda in Love special part ALNI 4c =>last part

agni membaca nama penelepon yang terpampang di layar hapenya. Matanya membelalak dan tersenyum gembira. Tanpa membuang-buang waktu, dia langsung mengangkatnya. Pembicaraan keduanya sepertinya seru sekali, membuat dea, ify, dan shilla penasaran dengan apa yang dibicarakan.

“ngomongin apa aja sih ag? Seru amat,” tanya dea penasaran.

“ray mau balik kesini! Sekarang dia lagi di jalan kesini!” jawabnya semangat.

Ketiganya berpandangan senang. Yey! Ray mau dateng lagi! asik! “kangen gue ama dia, udah satu setengah tahun gak ketemu dia,” kata shilla kangen. Yang lain mengangguk setuju.

Sekitar setengah jam-an kemudian, seorang laki-laki berambut gondrong menghampiri mereka dengan langkah setengah berlari. “hai!” serunya, melambaikan tangannya. Yang lain tersenyum membalasnya. Kedatangan orang itu cukup menyita perhatian anak-anak mereka. Siapa itu ya? batin mereka.

Ray memeluk mereka satu persatu, kangen. “haih, udah lama ya gue gak ketemu lo semua. Makin cantik aja nih,” godanya sambil tersenyum jail.

Keempatnya hanya tertawa kecil menanggapinya. Bisa saja ray ini. “by the way, gimana kabar lo di swiss? Zahra kok gak ikut balik?” tanya ify.

“biasa aja, tapi gue senengan disini, deket ama cewek cantik kayak lo berempat. Tumben nanyain zahra, dia lagi sibuk sama karirnya, maklum, fashion designer yang mulai naik daun di swiss,” jawab ray semangat. ketiganya hanya membulatkan mulutnya dan menganggukkan kepala mengerti. Pertanyaan mengenai zahra tadi hanya untuk basa-basi. Asli, mereka malas banget dengerin tentang zahra.

Ray memeluk leher agni dari belakang. “kangen gue ag sama lo. mumpung gak ada alvin, gak papa kan gue meluk lo?” tanyanya ngarep. Tiga yang lain berdecak melihatnya. Gak tau diri amat sih si ray, udah tau agni punyanya alvin, punya anak lagi, masih aja pengen deket-deket agni.

“jangan weh, nanti alvin liat, dimarahin gue,” tolak agni menghindar. ray cemberut, melepaskan pelukannya, lalu duduk di samping agni.

Alvin. dia berdiri di ambang pintu belakang. tangannya mencengkeram dinding pintu kuat-kuat. Marah, sakit hati, kecewa, dan rasa cemburu begitu menguasai hatinya. Meskipun dia tahu agni tak mungkin berpaling darinya, tapi tetap saja, rasa takut terus mengalir cepat dalam darahnya, membuat dirinya benar-benar merasa ketakutan setiap melihat agni dekat dengan cowok lain.

Semakin lama alvin bersama agni, semakin besar pula rasa takutnya. Dia hanya ingin agni terus bersamanya, tanpa ada satu cowok pun di dekat mereka. Ya, alvin tahu, rasa posesifnya muncul lagi, namun dia tidak peduli. Memang haknya kan untuk mendapatkan hati agni seutuhnya? Tanpa harus ada cowok lain yang ada di hatinya? Sekalipun itu hanya sebatas teman? Alvin menghela napas berat, mengapa harus ada pemandangan seperti ini lagi sih?

Netha daritadi terus-terusan mencuri pandang ke arah mummynya dan laki-laki disebelahnya. Ia mengerutkan keningnya, tidak suka melihatnya. Dia tidak suka melihat mummynya dekat-dekat sama cowok lain selain daddynya, dia gak mau orang itu meluk-meluk mummynya. Mummynya Cuma punya dia sama daddynya. Gak boleh ada cowok yang deket-deket sama mummynya.

Netha berjalan ke arah mummynya. Ray berniat menaikkan netha, namun netha malah menghindar, meminta shilla yang menaikkannya. Netha mengambil boneka conannya dan memeluknya, hal yang biasa dia lakukan kalau sedang bete. “itu siapa?” tanyanya pada mummynya sambil menunjuk ray.

Agni tersenyum, mengenalkan ray pada netha. “ini uncle ray, temen mummy.”

Ray tersenyum, mengulurkan tangannya. “ray. netha pasti gak inget sama uncle ray.” sebenarnya ray mencoba ramah saja, kalau aslinya, dia gak suka banget sama ni anak, biarpun anaknya agni, judulnya tetep anaknya alvin juga! Sampe sekarang masih ada perasaan tidak rela melepas agni dalam hatinya.

Netha menatapnya dingin, tidak membalas uluran tangan ray. “netha gak punya uncle lain selain uncle cakka, uncle rio, sama uncle iel,” katanya dingin. Ray yang menyadari sikap netha langsung menarik tangannya kembali.

“netha! Gak boleh gitu! Gak sopan!” tegur agni. netha diam saja, masih terus menatap ray sangat dingin.

“persis banget sama alvin,” katanya sinis. Ya, dia masih sangat ingat sekali saat pertama bertemu alvin. begitu dingin. Persis sekali seperti ini. netha juga dingin sekali padanya. Sepertinya kebencian alvin pada dirinya diturunkan ke netha.

Netha balas tersenyum sinis. Dia benar-benar tidak suka dengan sosok didepannya. Entah kenapa, padahal dia baru sekali ini bertemu dengan ray, tapi rasa bencinya sudah tumbuh begitu cepat. sepertinya orang ini ancaman besar baginya.

Shilla, ify, dan dea cukup takjub juga dengan adegan didepannya ini. tentu saja masih jelas dalam ingatan mereka, bagaimana perlakuan alvin saat pertama kali bertemu ray. ditambah dengan perlakuan netha sekarang, sepertinya alvin benar-benar menurunkan darah kebenciannya terhadap ray ke netha.

“mummy, jangan deket-deket dia, netha gak suka,” pinta netha, masih terus menatap ray dingin. Ray membalas tatapannya dengan sinis. Kalau tidak ingat ini anaknya agni juga, pasti sudah dia sinisin terus sampe nangis daritadi.

“netha, jangan gitu ah! Sekarang kamu salaman sama uncle ray!” perintah agni tegas.

Netha mengerutkan keningnya, bergantian menatap ray dan mummynya. Dia gak mau. “netha!” perintah agni agak kencang.

Netha masih tidak mau mengulurkan tangannya. Agni sudah akan meluncurkan perintahnya lagi, namun langsung disela. “kalo gak mau, jangan dipaksa,” kata seseorang yang baru berjalan dengan dingin.

Netha tersenyum gembira menatapnya. Akhirnya ada yang membelanya juga. “daddy!” serunya senang. Alvin tersenyum dan mengacak rambut netha. Netha menggandeng tangan daddynya.

“hai vin!” sapa ray, mengangkat satu tangannya.

Alvin tidak membalasnya, dia malah menatap ray penuh kebencian. Tangannya membelai lembut rambut netha. “mulai sekarang, jangan pernah masuk rumah gue lagi! selamanya! Kecuali gue yang minta!” serunya tegas. Netha tersenyum senang menanggapinya.

“fine, gue balik. Ohya ag, gue tinggal di rumah lama lo dulu ya sementara. Jaga diri lo baik-baik, anak lo ini persis sejuta persen sama tu orang. Semoga sifat posesifnya gak nurun,” pesan ray sebelum meninggalkannya.

Agni berdecak. “napa sih? orang aku yang minta juga!” keluh agni.

“shil, fy, de, temenin netha main di dalem ya,” pinta alvin. ketiganya menurut dan membawa netha serta yang lain ke dalam rumah. Alvin mau bicara dulu dengan agni, ia duduk bersandar di tiang balkon.

Melihat mereka sudah tidak ada lagi, alvin langsung membuka pembicaraan. “aku gak suka liatnya,” katanya dingin, menatap agni tajam.

Agni merinding. Sudah beberapa tahun ini dia tidak pernah melihat tatapan alvin ini padanya. seram sekali didingini oleh alvin. “alvin,” panggilnya pelan. Alvin diam saja, masih terus menatapnya seperti itu.

“alvin, ya ampun, kamu tuh masih jealousan aja sih? dia ray, bestfriendku, kamu udah tau banget kan?” kata agni, berusaha menetralisir rasa jealous alvin, yang dia tau pasti, sangat besar sekali.

“taulah ag, males aku ngomong sama kamu. Gak pernah ngertiin aku,” balasnya kesal.

Agni mendekat ke sebelah alvin, mengusap-usap lengan alvin. “sayang, aku tau aku salah. Aku gak akan ngulanginnya, aku minta maaf,” katanya tulus.

Alvin masih tetap diam. Jujur saja, dia masih kesal dengan agni. tanpa berkata apapun, dia langsung meninggalkan agni. agni menatap punggung alvin yang semakin menjauh. Meskipun alvin berjalan dengan tenang dan dingin, dia tahu, dalam diri alvin, pasti sedang bergejolak keras kemarahannya.
***
Alvin masuk ke kamar netha. Terlihat netha sedang bermain-main dengan bonekanya di tempat tidur. Alvin membanting dirinya ke tempat tidur, tepat di sebelah netha, sukses membuat netha mengelus dadanya kaget.

Alvin tersenyum kecil melihat reaksinya. “daddy!! Bikin netha kaget aja!” omelnya sebal.

“iya-iya, sorry deh. daddy boleh tidur disini?” tanyanya.

“kenapa gak tidur di kamar daddy aja?” tanyanya heran. tumben sekali daddynya tidur dikamarnya.

“males,” balasnya singkat.

“daddy marah sama mummy ya?” tanyanya penasaran.

“gak. Udah, kamu maen aja. Daddy mau tidur! Ngantuk!” kata alvin mengakhiri pembicaraan ini. malas sekali dia membicarakannya. Alvin memejamkan matanya, mencoba tidur, lelah dengan sakit hatinya.

Netha memandangi daddynya yang sedang tidur. Raut wajahnya terlihat kelelahan sekali. netha mengusap wajah daddynya pelan, takut membangunkannya. Setetes air jatuh dari pelupuk mata alvin, pelepasan segala emosinya selama ini. netha bingung, kenapa daddynya meneteskan air mata? Netha segera menghapusnya.

Alvin, dia terlalu lelah dengan semua sakit hati yang pernah dialaminya. Kenapa agni tak pernah mengerti dirinya? Kenapa agni selalu mencobainya dengan segala rasa marah dan cemburu? Tak mengertikah agni bahwa dia terlalu menyayangi agni? apakah agni tak pernah memikirkan perasaannya?

Sungguh, rasa kecewa terlalu berat dalam hatinya. Melihat agni dipeluk ray di rumahnya sendiri, dengan kesadaran agni sendiri, membuat hatinya cukup menangis saat itu. resiko baginya memang, menikah dalam usia yang terlalu muda, membuat agni merasa masih bebas seperti teman-temannya yang lain.

Alvin tahu, dia mengerti. Dia slalu mencoba mengingat-ngingat itu setiap melihat agni didekati cowok lain. Dia slalu mencoba bersabar. Tapi mau bagaimana lagi, sekarang rasa sakitnya sudah tak terbendung. Dia tidak mau menahan segala emosinya seperti dulu lagi.

Netha beranjak berdiri, meninggalkan daddynya pelan-pelan, dan mencari mummynya. Janggal sekali rasanya, melihat mummy and daddynya berjauhan seperti ini, sama sekali tidak berbicara atau bertatap wajah seperti biasa, slalu menghindar satu sama lain.

“netha, jangan tinggalin daddy, sini aja ya sayang,” gumam alvin pelan. Netha kembali ke tempatnya tadi, baru tahu kalau daddynya tak benar-benar tidur. Sesungguhnya, beberapa hari ini alvin tidak pernah benar-benar tidur, dirinya slalu ingin terjaga saja rasanya, memastikan bahwa agni dan netha masih terus bersamanya.

“daddy kenapa? tadi katanya mau tidur,” tanya netha.

Alvin membuka matanya dan tersenyum ke arah netha. “tadi daddy tidur kok, bentar doang tapi,” katanya bohong sambil membelai rambut netha.

“bohong, daddy tadi gak tidur kan? daddy kecapekan ya? netha panggilin mummy ya? terus, daddy tadi kok air matanya jatuh? Daddy sedih ya? sedih kenapa?” tanyanya beruntun.

Alvin mendudukkan dirinya. “banyak amat pertanyaannya. Tadi daddy tidur kok, masa kamu gak percaya sih? daddy Cuma sedikit kecapekan doang. Emang tadi air mata daddy jatoh ya? kok bisa ya? padahal daddy gak nyadar loh,” katanya masih berbohong.

“daddy bohong! Netha gak suka dibohongin!” marah netha. Rupanya kelihaian alvin menutupi sesuatu tidak berpengaruh pada anaknya.

“iya-iya, udah ya, netha main lagi aja, daddy balik dulu ke kamar daddy,” pamitnya, sengaja menghindar membicarakan ini. netha menatap daddynya kesal, selalu saja menghindar.
***
Agni tahu alvin tidak pernah tidur beberapa hari ini. seringkali dia melihat alvin kehilangan keseimbangan dan hampir pingsan. Wajah alvin pun terlihat sangat kelelahan sekali. Tapi setiap kali dia mau berbicara, alvin selalu menghindar dan tidak mendengarkannya.

Seperti sekarang saja, alvin makan dalam diam, tidak seperti biasanya, selalu melontarkan candaan. “alvin,” panggil agni, mengawali pembicaraan. Alvin sama sekali tidak menanggapinya, seolah tak ada suara apapun. “alvin,” panggil agni lagi.

“netha, netha sayang sama daddy?” tanya alvin pada netha, tidak ingin berbicara dengan agni dulu. Netha mengangguk pasti. Alvin tersenyum. “netha gak akan ninggalin daddy?” tanyanya lagi. netha mengangguk lagi.

“netha gak akan nyakitin hati daddy kan?” netha mengangguk kembali. Walaupun banyak pertanyaan muncul di pikirannya. Ada apa dengan daddynya ini? agni yang tahu alvin sedang menyindirnya, diam saja, lebih baik tidak melawan alvin.

“netha, nanti kalo ada cowok yang sayang banget sama netha, slalu sabar dengan netha, slalu nyoba ngejaga hatinya netha, netha bakal sayangin gak?” sindirnya tajam. rasanya hati agni seperti tertusuk mendengar alvin menyindirnya begitu.

“iyalah. Emangnya kenapa?” tanya netha bingung.

“nanti kamu kalo cari cowok yang kayak daddy ya. yang sabar banget ngadepin orang yang dia sayang, meskipun orang yang dia sayang itu bikin dia sakit hati berkali-kali,” bukannya menjawab pertanyaan netha, alvin malah menyindir agni lebih tajam lagi.

“daddy, kenapa sih, nanyanya aneh mulu?” tanya netha lagi.

Alvin tersenyum tipis. “gak papa kok. Udah, makan lagi aja,” katanya. Ia menatap agni yang menunduk terus daritadi. Semakin melihat agni tidak berani meminta maaf padanya, semakin besar juga rasa sakit hatinya. Ia jadi menganggap agni benar-benar tidak merasa bersalah.

Bukan begitu, agni justru sangat merasa bersalah. Hanya saja, dia takut alvin tidak mau memaafkannya, hingga tak berani mengungkapkannya. Entah bagaimana caranya, dia pasti harus meminta maaf dan memberi alvin pengertian, tapi bukan sekarang, dia butuh menyiapkan mental menerima penolakan alvin nanti.
***
Alvin membenamkan wajahnya diatas kedua tangannya yang dilipat di atas meja kerjanya. Dia sungguh-sungguh lelah sekali, lemas sekali. dia ngantuk, tapi dia tak bisa tidur. Ia memejamkan matanya, mencoba tidur sejenak. Tetap tidak bisa. Arggh! Alvin mengepalkan tangannya kuat-kuat, sudah benar-benar diluar batas kemampuannya sekarang.

Agni menghela napas. Sekarang waktu yang tepat, dia perlu membicarakan ini semua dengan alvin, agar tidak ada salah paham lagi diantara mereka. Agni membuka pintu kamarnya pelan, terlihat alvin sedang membenamkan wajahnya diatas meja.

Agni menghampiri alvin, mengusap rambutnya. “alvin,” panggilnya. Alvin diam saja, membiarkan rasa ketakutannya menghilang sedikit demi sedikit seiring dengan usapan agni di kepalanya. “aku minta maaf. Gak seharusnya aku nyuruh ray masuk ke rumah, padahal kita udah buat perjanjian. Gak seharusnya juga aku ngebiarin ray meluk aku sedetikpun. Maaf,” kata agni bersalah.

Alvin menyandarkan badannya ke kursi, menatap agni. hatinya sedikit lega mendengar pernyataan agni barusan. Namun mengingat hal itu, rasanya hatinya malah semakin sakit. “kamu tau, udah berapa kali kamu nyakitin hati aku? Udah berapa kali kamu ngancurin hati aku? Udah berapa kali kamu ngelukain hati aku? Udah berapa kali kamu mutusin semua harapanku?” tanyanya pedih.

“asal kamu tau ag, aku udah putus asa, aku gak tau musti gimana lagi. kamu selalu aja ngancurin segala harapan-harapan aku ke kamu, kamu selalu ngebuat aku jadi orang paling lemah, paling menderita, yang selalu takut kalo kamu bakal ninggalin aku, walaupun aku tau kamu gak akan ninggalin aku. Aku selalu dihantuin rasa ketakutan itu ag,” ungkap alvin.

Stop. Ini Cuma ngebuat hati agni tersayat mendengarnya. Dia tahu alvin sudah banyak tersakiti gara-garanya, namun dia tidak suka mendengarnya, membuatnya merasa seolah-olah menjadi orang paling kejam dan tak berperasaan.

“alvin, aku tau. terlalu sering kan? aku minta maaf vin, aku janji gak akan ngulanginnya,” janji agni sungguh-sungguh.

“ag, emangnya salah ya kalo aku minta hakku sama netha? Buat milikkin hati kamu seutuhnya? Tanpa harus dibagi dengan orang lain? Salah?” tanya alvin, menatap agni penuh pengharapan.

Agni menarik tangannya, melipat kedua tangannya di dada, bersandar di meja dan menatap alvin. “salah. Bukan salah kamu minta hak kamu sama netha, tapi salah akan apa yang kamu minta. Gak bisa vin, dia ray, temenku dari aku masih kecil banget, yang slalu nemenin aku, yang slalu nyayangin aku. Gak mungkin aku bisa ngilangin dia dari hati aku vin,” agni berharap alvin benar-benar mengerti penjelasannya.

Alvin marah. Dia gak suka ditolak habis-habisan seperti ini lagi. “jadi kamu lebih milih dia? fine! Aku gak bakal pernah minta hati kamu lagi! gak usah peduli sama aku kalo gitu!” marahnya. Alvin membuang mukanya, tambah kesal saja dia sama agni.

“alvin, dengerin aku dulu. Bukan itu maksudku vin, aku sayang sama kamu, Cuma sama kamu dan netha. Ray itu Cuma sebatas temen baikku doang. Itu aja. Rasa sayangku ke dia juga gak lebih, Cuma sebatas teman baik, kamu percaya sama aku kan vin?” harap agni benar-benar.

Alvin menghela napas berat. sia-sia saja sepertinya meminta agni berlaku seperti yang diharapkannya. Sudahlah, dia capek kalo harus seperti ini terus. “yaudah, aku maafin,” katanya setengah hati.

“vin, kamu masih marah kan?” tanya agni, sepenuh hati tidak yakin kalau alvin sudah memaafkannya. Alvin bukan orang yang gampang memaafkan.

Alvin mencoba melembutkan tatapannya, lalu menatap agni. “jadi kamu maunya didiemin sama aku? Dimarahin sama aku? Dicuekkin sama aku?” godanya.

Agni tersenyum kecil, menepuk kepala alvin pelan dengan ujung jari-jarinya. “ya enggaklah!” balasnya.

Alvin membalas senyumannya, kemudian berdiri. “mau kemana?” tanya agni.

“ngantuk, mau tidur,” katanya manja sambil mengucek matanya seperti anak kecil.

“hais, balik lagi manjanya. Ya udah, sana tidur!” balas agni sambil menggelengkan kepalanya. Drastis sekali tingkahnya alvin, dari marah-marah malah langsung manja gini.

Alvin menatap agni, mengerutkan keningnya, manyun. “apalagi?” tanya agni ketus.

Alvin tersenyum jahil, dengan gerakan kilat ia mengecup pipi agni, kemudian memeluknya erat. “jangan pernah nyoba buat nyakitin aku lagi. kesabaran dan ketegaranku ada batasnya. Kamu bakal tau sendiri akibatnya kalo kamu nyakitin aku,” ancamnya berbisik.

Agni menepuk-nepuk punggung alvin, tahu bahwa perlakuannya sudah melewati batas keteguhan alvin. “ya, aku akan membatasi sikapku sekarang, supaya gak nyakitin kamu lagi sedikitpun,” balas agni. sungguh, sebelumnya dia belum pernah diancam alvin sedikitpun, sekarang, dia jadi seram, takut alvin akan berbuat macam-macam, mencoba bunuh diri lagi.

Alvin melepas pelukannya. Matanya masih memancarkan kelembutan, seperti tidak mengatakan apa-apa tadi. Ia mengelus pipi agni. “aku sayang sama kamu,” katanya lembut, menatap agni dalam.

Agni membalas tatapannya. “aku juga sayang sama kamu, selalu, selamanya, gak akan berkurang sedikitpun,” balasnya sambil tersenyum.

Alvin mengacak rambut agni. “main sama netha yuk,” ajaknya sambil menarik tangan agni.

“gak. Kamu tidur aja, kecapekan gitu,” tolaknya. Alvin cemberut.

“tapi mau main,” rengeknya seperti anak kecil.

Agni mencubit pipi alvin gemes. “udah punya anak juga gayanya masih kayak anak kecil aja! Malu sama anak!” ejeknya.

Alvin cengengesan. “hehe, biarin dong. Kalo gitu aku tidur di kamar netha aja ya?” usulnya. Tanpa menunggu balasan agni, ia langsung menarik tangan agni, membawanya bermain bersama netha.
***
Alvin dan agni yang sudah berjanji dengan netha akan mengajaknya jalan-jalan seharian langsung membawanya ke sebuah tempat bermain besar di Jakarta. Seharian, mereka bermain disana, senang sekali rasanya melihat netha tertawa bahagia seperti itu.

Agni memangku netha di tangan kirinya. Mereka berjalan di pinggir pantai, beristirahat sebentar sebelum pulang. Netha sendiri yang meminta untuk disana dulu. “mummy, dingin,” kata netha kedinginan. Badannya sedikit menggigil.

Agni menarik jaket netha yang diduduki netha di tangannya, lalu memakaikannya di badan netha. “masih dingin?” tanyanya. Netha mengangguk. “mummy peluk ya?” tanyanya lagi. netha mengangguk lagi.

Agni memeluk netha, kasian netha sampai kedinginan seperti ini. “masih dingin,” kata netha bergetar. agni melepas pelukannya, mengusap-usap badan netha supaya tidak kedinginan.

Sebuah jaket menutupi badannya dan netha. Agni menatap alvin, alvin hanya tersenyum. “thanks,” kata agni.

“netha, masih kedinginan gak? Kalo masih, kita duduk dulu ya,” tanya alvin.

“jalan terus,” jawabnya.

“masih kedinginan?” ulang alvin. netha mengangguk. Alvin mengambil netha dari agni dan memeluknya, menutup badan netha dengan jaket yang diberikannya pada agni tadi.

Mereka duduk sebentar. Sudah malam, tapi netha masih tetap ngotot mau jalan. “netha, pulang ya. nanti sakit,” bujuk agni. netha mengangguk.

Alvin mengecup pipi netha. “sayang, masih dingin gak?” tanya alvin lagi. netha melepas pelukannya sebentar dan menggeleng, kemudian memeluk alvin lagi.

Badan daddynya hangat, dia suka. Dia ingin selalu dekat-dekat daddynya, dipeluk daddynya. Agni tersenyum kecil dan mengusap-usap kepala netha. Dia tahu apa yang dirasakan netha sekarang, bersentuhan dengan alvin akan terasa hangat. Sampai sekarang dia tidak tahu, badannya dan netha yang dingin, atau badan alvin yang terlalu hangat?

“vin,” panggil agni.

“hmm,” balas alvin.

“dari dulu sampe sekarang, aku bingung, badan aku sama netha yang dingin atau badan kamu yang kelewat hangat?” tanyanya polos.

Alvin tertawa kecil. “pikir aja sendiri,” balasnya jahil. Lucu banget sih agni nanya beginian.

Agni mengerutkan keningnya, amat tidak puas dengan jawaban alvin. “kok gitu sih? jawab yang bener dong,” katanya tidak puas.

“tau ah, males jawabnya,” balas alvin. agni manyun. Alvin kemudian berbisik pada netha, mengecilkan volumenya hingga agni tidak dapat mendengarnya. Netha tersenyum dan mengangguk, kemudian alvin menurunkannya.

“loh, kok diturunin?” agni mau mengangkat netha, namun tangannya langsung ditahan oleh alvin. ia menatap alvin bingung.

Alvin tersenyum dan memeluknya, mengelus lembut kepalanya. Ia tidak mengucapkan apapun, membiarkan agni tahu sendiri jawabannya, yang alvin sendiri tahu, pasti akan memakan waktu lama untuk agni mengerti, mengingat berapa besar tingkat ketidakpekaannya.

Agni memejamkan matanya untuk sekian detik, membiarkan dirinya hangat karena dipeluk alvin. hmm, nyaman sekali, membuatnya ingin tertidur dalam pelukan alvin sekarang. Alvin melepas pelukannya, mengecup kening agni. makin hari, dia makin sayang saja sama agni, ingin selalu memanjakannya, ingin selalu di dekatnya.

Netha cemberut, kedua tangannya sudah terlipat di dadanya. Bukan karna tidak suka melihat kedua orangtuanya mesra, hanya saja, dia malas kalau dicuekkin. “mummy, daddy,” panggilnya manja.

“ya, kenapa netha sayang?” agni berlutut di depan netha.

“kok Cuma mummy doang yang dicium?” protesnya iri.

Alvin dan agni tertawa kecil mendengarnya. Alvin ikut berlutut di depan netha. “netha juga mau?” tanyanya. Netha mengangguk semangat.

Alvin dan agni berpandangan penuh arti. Kemudian alvin meraih satu tangan agni dan menggenggamnya, kemudian mengeratkan genggamannya, seolah memberi isyarat pada agni. sedetik kemudian, keduanya langsung mengecup pipi netha berbarengan. Alvin di pipi kanannya, sedangkan agni di pipi kirinya.

Netha tersenyum senang. Dia senang sekali dimanjakan seperti itu. alvin kemudian mengangkat netha kembali ke pelukannya. “netha sayang daddy sama mummy,” katanya sambil tersenyum. Alvin mengacak-acak rambut netha.

“kita juga sayang sama netha,” balas keduanya berbarengan. Netha jadi seneng sendiri, dia jadi terus-terusan tersenyum. Sedangkan agni dan alvin hanya tertawa kecil melihat tingkah anak mereka yang lucu sekali.
***
Agni berlari mendribble bolanya, menghindari alvin yang berusaha merebut bolanya. Ya, sedaritadi mereka berdua bermain basket dengan semangatnya, satu-satunya cara menghilangkan kejenuhan mereka selama ini. sedangkan netha malah bermain futsal sendirian, menendang-nendang bolanya ke arah manapun, yang penting dia terus berlari.

“ah! Kalah,” kata agni kecewa setelah melihat alvin memasukkan bola ke ring dengan tepat.

Alvin malah cengengesan, senang karna akhirnya dia terus-terusan mengalahkan agni. “haha, udahlah, capek,” katanya, berjalan mendatangi netha. Agni menggerutu kesal, tidak terima dikalahkan terus. ia berjalan di belakang alvin.

“netha, bolanya ditendang ke gawang dong, jangan asal-asalan,” kata alvin. heran, anaknya suka sekali berlari-lari, sampai-sampai bola pun ditendang asal-asalan, yang penting dia berlari terus.

Netha berhenti, mengambil bolanya dan memeluknya. Kemudian menghampiri daddynya yang duduk di tengah lapangan, mengulurkan bolanya sambil tersenyum manis. “main sama netha,” katanya.

Alvin mengambil bola yang diberikan netha tadi, kemudian menggandeng netha, mengajaknya ke dekat gawang. Alvin meletakkan bola itu tepat di depan kaki netha. “tendang,” suruhnya. Netha menendangnya pelan, hingga bolanya hanya bergeser beberapa centi saja dari tempatnya.

“bukan gitu netha, nendangnya yang bener dong,” alvin mengajari netha dengan telaten, agar netha bisa bermain dengan benar, bukan asal-asalan saja. netha hanya mengangguk-anggukkan kepalanya setiap daddynya menjelaskan. Sebenernya dia bisa, Cuma dia mau buat daddynya capek aja ngajarin dia. hihihi..

“udah ya netha, istirahat dulu,” kata agni. netha mengangguk dan berlari kecil ke arah mummynya yang menunggu di gazebo.

Alvin mendudukkan netha di atas paha kanannya, menggerakkan jari-jarinya memainkan poni netha. Netha menarik tangan daddynya, mengusap garis jahitan di tangan daddynya itu. sudah lama dia penasaran dengan garis itu, yang dia tidak tahu kenapa di daddynya ada tapi di dia gak ada.

“daddy, ini apa?” tanyanya sambil menunjuk bekas jahitan itu. agni dan alvin sontak melihat apa yang ditunjuk netha, tidak kaget dengan apa yang ditunjuknya.

Agni menatap alvin yang pandangannya mulai sayu, yang malah jadi terus memandangi bekas jahitannya. Alvin tersenyum tipis. “sebuah kesalahan terbesar yang pernah daddy buat. yang kalo saat itu mummy kamu sama uncle kamu gak nemuin daddy, pasti daddy dan kamu gak ada disini,” jawab alvin, mengakhirinya dengan senyuman.

Agni tersenyum tipis mendengar jawaban alvin. entah bagaimana hidupnya sekarang bila alvin benar-benar meninggalkannya. Mungkin dia juga gak akan bisa tersenyum seperti sekarang, atau lebih tepatnya, dia gak mungkin bisa tersenyum lagi. alvin terlalu berarti baginya, kehilangan alvin sama saja dengan kehilangan separuh jiwanya. Dia akan selalu mengontrol emosi dan mood alvin, agar tidak terjadi lagi hal seperti itu.

“keputusan terbodoh. Gak nyangka daddy kamu ini bisa mikir hal kayak gitu. Bikin mummy ketakutan aja,” kata agni, mendengus kesal. netha bingung, tidak mengerti apa yang dibicarakan kedua orangtuanya ini.

Ya, memang keputusan terbodoh alvin. andai saja waktu itu dia benar-benar meninggalkan dunia ini, pasti dia dan netha tidak disini sekarang, tidak bisa merasakan kebahagiaan seperti ini, yang jauh lebih besar dibandingkan penderitaannya dulu. Pasti dia gak akan bisa ngeliat netha, gak bisa ngeliat agni senyum buat dirinya lagi, gak bisa ngerasain jadi daddy, dan gak bisa ngeliat kembarannya married dan punya anak. Penderitaannya pada akhirnya berujung manis seperti ini.

“apa sih? gak ngerti,” kata netha.

“udahlah, kamu gak perlu ngerti sekarang. Nanti aja kalo kamu udah gede,” balas alvin, mengacak rambut netha. Netha cemberut, dia pengen tau. “jangan cemberut ah, jelek, nanti juga daddy sama mummy kasihtau kok,” katanya lagi.

Netha mengangguk menurut. “daddy, cerita dong gimana waktu itu daddy bisa sama mummy ampe sekarang,” pinta netha.

Alvin dan agni berpandangan, lalu tertawa. gak akan sanggup mereka nyeritainnya, terlalu memalukan. “kok ketawa sih? cerita dong,” kata netha lagi.

“gak mau ah, malu-maluin,” kata agni mencoba meredam tawanya. Netha menggembungkan pipinya dan manyun, seperti alvin biasanya kalo lagi ngambek.

“iya-iya, tapi jangan ketawa ya,” kata alvin. netha mengangguk. Alvin dan agni menceritakannya bergantian, kadang mereka tertawa geli sendiri menceritakannya. Lucu sekali rasanya menceritakannya pada anak mereka.

Netha tertawa setelah keduanya selesai bercerita. Memang lucu sekali orangtuanya ini. “udah dibilangin jangan ketawa juga,” sindir alvin setengah tersenyum. Netha langsung menutup mulutnya, mukanya sampai merah menahan tawa.

“ya ampun mukanya sampe merah gitu, yaudah, ketawa aja,” kata alvin kasihan. Netha langsung tertawa lepas. Sungguh aneh mereka, pake cuek-cuekkan segala lagi, padahal saling suka juga! Apalagi daddynya, hais, sok-sokan bilang gak peduli padahal aslinya sayang banget sama mummynya. Tapi dia heran sama mummynya, nguji kesabaran daddynya terus, ckck.

“mummy, daddy, netha gak dijodohin?” tanyanya polos.

Alvin dan agni menatap netha aneh. “hah? Dijodohin?” kata keduanya heran. netha mengangguk.

“ya enggaklah! Ngapain coba? Nanti kamu malah kayak mummy lagi, mau sama daddy kamu karna TER-PAK-SA!” jawab agni dengan penekanan di kata terpaksa sambil menatap alvin. tatapan yang sama seperti waktu mereka berdua tahu kalau dijodohkan, penuh kebencian, namun tidak benci sebenarnya.

Alvin sewot juga ngeliat tatapan agni yang seperti itu. “HEH! Terpaksa darimananya hah! Jelas-jelas waktu itu kamu sendiri yang ngebet banget pengen marriednya! Aku ajuin abis lulus, malah kamu milih yang lebih cepet! Siapa yang terpaksa ya kalo gitu?” balasnya sengit.

“tau ah! Males ngomong sama kamu! Gak akan ada habisnya!” balas agni. netha tertawa kecil melihat tingkah mummy and daddynya ini.

“males? Yaudah! Jangan ngomong sama aku!” balas alvin.

Netha memeluk daddynya. “netha paling suka yang waktu daddy jagain mummy waktu mummy sakit itu, pas kalian belum lama kenal. Pokoknya netha suka semua sikap daddy yang cuek tapi care,” komentarnya.

“kalo mummy mah jahat sama daddy, kasian lagi, daddy ampe segitunya,” komentarnya lagi.

Agni dan alvin hanya tersenyum tipis mendengarnya.
***
Entah kenapa, beberapa hari ini, agni jutek banget sama alvin, lagi badmood kali dia. Alvin membuka matanya, menguap, ngantuk sekali dia. alvin melirik jam dinding, hah? Udah jam segini? telat dong dia! alvin melihat ke sebelahnya, gak ada agni? alvin segera bersiap-siap dan turun ke bawah.

Terlihat agni sedang menyiapkan netha untuk sekolah. Ya, netha sekarang sudah bersekolah di playgroup. Usianya sudah menginjak 4 tahun. Alvin segera duduk di meja makan dan memakan sarapannya. “sayang, kok tadi gak bangunin sih? ampir aja aku telat,” kata alvin.

Agni memandangnya kesal, “makan aja, gak usah banyak komen!” balasnya. Sebenernya dari kemaren ni dia kesel sama alvin, gak biasanya alvin lupa sama hari ini.

“kenapa sih kamu marah-marah mulu sama aku?” protes alvin kesal.

“diem!” kata agni setengah membentak. Alvin kaget, dan langsung melanjutkan makannya dalam diam. Setelah selesai, dia langsung mengantar agni kuliah dan netha sekolah, lalu ke kantornya sendiri. Heran, si agni kenapa lagi? marah-marah mulu kerjaannya.
***
Alvin baru saja mengantar netha ke sekolahnya, disana dia bertemu cakka, rio, dan iel yang juga mengantar anak mereka. Untung saja tadi dia sudah mengantar agni duluan, jadinya dia bisa ngobrol sama mereka.

Keempatnya mengobrol di kantor iel. alvin membaringkan badannya di sofa, bingung dengan sikap agni akhir-akhir ini. “gue bingung, si agni marahin gue mulu tiap hari, padahal gue gak ngapa-ngapain juga,” curhatnya.

Rio, iel, dan cakka berpandangan heran. gak inget apa si alvin ini tanggal berapa? Tumben banget ni anak lupa. Jelas aja si agni marah-marah. Alvin yang tidak mendapat respon menyadarkan lamunan ketiganya. “kok diem?”

“err.. lo liat tanggalan sekarang deh vin,” saran rio.

Alvin melihat tanggalan di hapenya, lah terus kenapa? “terus kenapa?” tanyanya tidak paham.

“woy vin! sadar! Tanggal berapa nih? Gak inget lo sekarang hari apa?” kata cakka kesal.

“hari sabtu, terus?” tanyanya bingung.

Ketiganya menepuk kening mereka. Baru kali ini melihat alvin lalai. “vin! lo married sama agni kapan hah!” kata iel mencoba menyadarkan alvin.

“kapan? Emm, 6 tahun yang lalu, terus?” alvin masih belom sadar juga.

“bego banget sih lo vin! pantes aja agni marah-marah sama lo! masa lo lupa sih? ini hari anniversarynya lo sama dia!” capek juga si rio lama-lama nungguin alvin sadar.

Alvin menepuk keningnya. Baru inget dia. “terus gimana dong?” tanyanya bingung, dia gak tau musti ngapain. Jangan sampe agni marah banget sama dia.

“mana kita tau! biasanya kan lo banyak ide buat kayak gitu!” balas cakka tidak mau ikut campur.

Alvin mendengus kesal. “gue gak bisa mikir! Abisan dia marah mulu sama gue, gue jadi gak bisa mikir hal lain,” katanya.

“udahlah vin, gak usah buat yang macem-macem, lo redain marahnya dia aja dih,” suruh iel.

“ahh! Bingung gue! ngantuk lagi! gue boleh tidur disini ya yel? Ngantuk banget, semalem gue lembur,” kata alvin meminta ijin. Iel mengangguk. Alvin kemudian memejamkan matanya, tidur.

“baru kali ini gue liat dia lupa sama hal ginian. Pertama kalinya juga gue liat dia gak terlalu meduliinnya,” kata rio heran. cakka dan iel mengangguk setuju.

Cakka memandangi alvin yang tertidur, kemudian tersenyum. “kita beruntung, akhirnya alvin bisa milikin agni yang sabar banget, perhatian banget sama dia, juga mau ngerawat dia jadi bener gini. coba waktu alvin sama kita, biarpun keliatannya rapi, aslinya berantakan banget, ancur-ancuran idup dia,” katanya.

“ya, kita emang salah, gak ngerawat dia. salah kita dia jadi depresi gitu, salah kita dia jadi terus-terusan menderita, salah kita dia jadi nyoba bunuh diri. Kita emang gak bisa ngurus dia, untung ada agni yang mau ngurus dia,” tambah rio. iel mengangguk setuju.

Kalau dulu, setiap alvin tidur, pasti wajahnya menunjukkan kelelahan dan kegalauan yang amat besar, berbeda sekali dengan sekarang, wajahnya menunjukkan bahwa dia sudah bisa hidup dengan tenang, menjalani hari-harinya dengan penuh kebahagiaan.
***
Alvin mendapati agni sedang tiduran di sofa, matanya terpejam, memukul-mukul keningnya pelan dengan tangannya yang terkepal. Alvin berlutut di sebelah agni, mengusap pipi agni. agni membuka matanya, menyambut alvin yang baru pulang dengan senyum tipis.

“kenapa ag?” tanya alvin khawatir.

“gak papa, Cuma pusing dikit,” jawabnya tanpa melihat alvin. tumben banget sih alvin lupa ini hari apa.

Alvin mengangkat setengah badan agni, dan duduk agak miring disebelahnya, menyandarkan agni ke bahunya. Ia mengelus punggung tangan agni. agni menyamankan posisinya, dia sedang ingin dimanjakan alvin, habisan alvin terlalu sibuk dengan kerjaannya, dia jadi dicuekkin.

“emm, ntar malem jalan yuk,” ajak alvin. agni menatapnya senang, berharap alvin akan memberikan kejutan untuknya nanti.

“kemana?” tanyanya antusias.

“ya kemana aja kek gitu, ke mall kek, kemana kek,” balas alvin. agni mengangguk lemas, dia kira alvin membawanya ke tempat yang romantis seperti tahun-tahun sebelumnya.
***
Cafy, yeldea, yoshill, dan agni berkumpul di ruang keluarga rumah alni. Anak-anak mereka bermain di kamar netha.

“ahh! Kesel gue! masa si alvin lupa sih sam anniversary kita!” kata agni. daritadi dia uring-uringan terus gara-gara alvin belum mengucapkannya.

“ya lo aja sih ag yang bilang ke dia duluan,” usul shilla yang rupanya sudah bosan melihat agni uring-uringan gak jelas daritadi.

“gak mau! Enak aja! Dia dong yang mustinya bilang dulu!” balas agni tidak terima.

“terserah lo deh ag, moga aja dia inget. Kalo dia beneran lupa gimana?” tanya ify ingin tahu.

“kalo dia lupa? Gue diemin sampe taon depan! Sampe anniv kita lagi!” agni tidak bermain dengan kata-katanya, dia serius.

Yang lain cengo dengernya. Sampe taon depan? Sadis amat. “sadis lo ag, kasian kak alvin,” kata dea tidak tega, membayangkan alvin yang pastinya bakal gampang melonjak emosinya kalo lagi didiemin sama agni.

“biarin!” balasnya.

Sekitar setengah jam-an kemudian, alvin pulang. Dia langsung duduk di sebelah agni. “jadi kan kita jalan?” tanyanya. Agni tampak berpikir, kemudian menggeleng. “kok gak jadi sih? tadi bilangnya iya,” protesnya.

“nanti netha sama sapa?” alasan agni.

“sama kitalah! Udah sana lo pergi,” kata cakka.

“netha diajak aja ya?” tanyanya, bete dia sama alvin.

Alvin mengerutkan keningnya. “gak usah, kita berdua aja. Ayolah,” bujuknya. Agni mengangguk malas. Alvin tersenyum dan menggandeng tangan agni keluar.
***
Alvin menghentikan mobilnya tepat di depan pintu masuk sebuah cafe yang cukup besar. “kamu masuk dulu aja, nanti aku nyusul,” kata alvin. agni segera turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam cafe.

Agni masuk ke dalam. Gelap banget, gak ada penerangan sama sekali. gak ada suara sedikitpun. Agni jadi takut sendiri, mana gak ada orang lagi, gak salah nih si alvin? udah tutup kali nih cafenya. Tiba-tiba pintu dibelakangnya tertutup. “alvin?” panggilnya. Gak ada jawaban.

Agni melangkah maju beberapa langkah, sepertinya dia menginjak sesuatu seperti karet atau kertas gitu. Ia meraba lantai dibawahnya, ada banyak sekali, agni mengambilnya satu dan merabanya. Kelopak white lily? Ia menciumnya, benar, white lily.

Tanpa ragu, agni terus berjalan maju. Dilihatnya di atas meja-meja kafe, sudah banyak lilin terpasang dan kelopak white lily bertebaran. Ia tersenyum, tahu bahwa alvin yang pasti merencanakan ini semua. Agni terus berjalan mengikuti jalur kelopak lily di lantai, hingga dia sampai di belakang cafe.

Senang sekali dengan apa yang dilihatnya disana. Beberapa lampion oranye berbaris didepannya, menunjukkan sebuah jalan. Di lampion itu ada sebuah tulisan dan setangkai white lily. Agni mengambil white lilynya dan membaca tulisannya.

‘aku sayang kamu’, ‘aku akan ngasih kamu cinta aku, setiap hari, setiap waktu’, ‘kamu, wanita terbaik yang pernah ada’, ‘kamu, sempurna untukku’, ‘ijinin aku, buat selalu ngejaga hati kamu selamanya’, dan yang terakhir, ‘alvin love agni’. agni tersenyum.

enam, jumlah yang sama dengan ulang tahun pernikahannya dengan alvin. tidak terasa, waktu cepat sekali berlalu. Padahal masih terekam jelas dalam ingatannya, saat dia baru pertama kali bertemu alvin, yang rasanya baru kemarin saja dia bertemu. Tahu-tahu, sekarang mereka sudah married dan punya anak.

Sekarang, tepat di depan agni, sebuah kolam renang yang cukup besar dengan sebuah tempat yang cukup besar diatas airnya. Disana, alvin duduk di atas bangku sambil memangku gitarnya, menyambut agni dengan senyumannya.

Agni tersenyum senang. Dia suka sekali diperlakukan seperti ini oleh alvin. alvin menatap agni begitu lembut dan dalam, kemudian mulai memetik gitarnya, dan melantunkan sebuah lagu untuk mereka berdua, yang tentu saja, dengan penghayatannya.

Ku telah miliki
Rasa indahnya perihku
Rasa hancurnya harapku
Kau lepas cintaku
Rasakan abadi
Sekalipun kau mengerti
Sekalipun kau pahami
Ku pikir ku salah mengertimu

Aku hanya ingin kau tahu
Besarnya cintaku
Tingginya khayalku bersamamu
Tuk lalui waktu yang tersisa kini
Di setiap hariku
Di sisa akhir nafas hidupku

Walaupun semua hanya ada dalam mimpiku
Hanya ada dalam anganku
Melewati hidup
Rasakan abadi
Sekalipun kau mengerti
Sekalipun kau pahami
Ku pikir ku salah mengertimu

Aku hanya ingin kau tahu
Besarnya cintaku
Tingginya khayalku bersamamu
Tuk lalui waktu yang tersisa kini
Di setiap hariku
Di sisa akhir nafas hidupku

Aku hanya ingin kau tahu
Besarnya cintaku
Tingginya khayalku bersamamu
Tuk lalui waktu yang tersisa kini
Di setiap hariku
Di sisa akhir nafas hidupku

Sepanjang lagu, agni bergerak perlahan ke arah alvin, ia berjalan di atas jalan yang dibuat di atas air, ke tempatnya alvin sekarang. Dan kini, keduanya sudah berada di tengah kolam. Alvin meletakkan gitarnya, kemudian berdiri, mendekat ke arah agni.

Alvin tersenyum, kemudian mengecup kening agni. “happy anniversary ya sayang,” ucapnya sepenuh hati. agni membalas mengecup pipi alvin, “happy anniversary too,” balasnya lalu tersenyum.

Alvin mendekap agni dalam peluknya, membelai lembut rambutnya. “aku sayang sama kamu, selamanya,” katanya lembut.

“ya, aku juga, selalu sayang sama kamu,” balas agni. alvin melepaskan pelukannya, kemudian menggandeng tangan agni, membawanya ke pinggir kolam, ke sebuah meja.

Alvin mengalungkan kedua tangannya, satu di pergelangan pinggang agni, satu lagi di leher agni. “makasih ya ag,” kata alvin.

“buat?” tanya agni tidak mengerti.

“buat semuanya. Kamu sayang sama aku, kamu udah mau ngurus aku dari aku depresi dulu, kamu yang selalu nemenin aku disaat aku susah. Aku gak tau harus ngelakuin apa buat bales semua yang udah kamu kasih ke aku,” balas alvin. jika diflashback ulang ke masa 6 tahun sebelumnya sampai sekarang, agni baik sekali padanya. Kalau tidak ada agni, tidak mungkin dia seperti sekarang.

Agni membalikkan badan menghadap alvin dan tersenyum. “aku Cuma minta satu permintaan,” alvin menatapnya bertanya. “jangan pernah tinggalin aku, penuhin semua janji kamu, dan percaya sama aku,” katanya. Alvin mengangguk dan tersenyum.

Mereka berdua kemudian duduk dan memakan makanan yang dipesan alvin sebelumnya. keduanya mengobrol tentang banyak hal, tak jarang sindiran atau pujian terlontar dari mulut mereka. Hanya inilah yang sebenarnya mereka berdua butuhkan, canda tawa yang mengisi hari mereka, dan rasa sayang yang menyelimuti mereka, sekarang, nanti, dan selamanya.

“alvin, tadi kok kamu nyanyinya lagi itu sih? napa gak yang laen aja coba? Till the end of time gitu? Atau apa kek,” tanya agni heran.

Alvin tersenyum kecil. “aku Cuma mau nunjukkin perjuangan aku dapetin kamu aja waktu itu. yang akhirnya jadi berujung manis 6 tahun kemudian,” balasnya.

Agni tersenyum, dia tahu maksud alvin. bahagianya dirinya, bisa selalu bersama alvin, yang selalu menjaga dirinya dan menyayanginya. Andai dia bersama cowok lain, mungkinka sebahagia ini? rasanya tidak mungkin. Hanya alvinlah, satu-satunya yang bisa.

Ya, 6 tahun silam, ketika alvin harus memperjuangkan cintanya untuk mendapatkan agni, yang bisa terbilang cukup berat juga.

Ku telah miliki
Rasa indahnya perihku
Rasa hancurnya harapku
Kau lepas cintaku
Rasakan abadi
Sekalipun kau mengerti
Sekalipun kau pahami
Ku pikir ku salah mengertimu
Aku hanya ingin kau tahu
Besarnya cintaku
Tingginya khayalku bersamamu
Tuk lalui waktu yang tersisa kini
Di setiap hariku
Di sisa akhir nafas hidupku

Perih, hancur, takut, putus asa, semua sudah dialami alvin. terlalu sering, terlalu banyak, berulang kali agni meruntuhkan perjuangannya. Namun tidak, semakin agni mencoba menghancurkannya, semakin besar pula rasa sayangnya pada agni, semakin dia mengerti, bahwa agni, harus agni, yang mengisi seluruh sisa hidupnya, seluruh sisa waktunya di dunia. ‘aku sayang sama kamu’ kalimat yang gak pernah alvin absen ucapkan seharipun pada agni, sekedar menunjukkan bahwa cintanya begitu besar, bahwa dia ingin agni slalu bersamanya.

Walaupun semua hanya ada dalam mimpiku
Hanya ada dalam anganku
Melewati hidup
Rasakan abadi
Sekalipun kau mengerti
Sekalipun kau pahami
Ku pikir ku salah mengertimu

Dulu, waktu agni bersama riko ataupun ray, dia jadi pesimis, jadi takut kalau agni akan meninggalkannya. Sampai-sampai, dia jadi depresi, benar-benar ketakutan kehilangan agni. Dia tidak percaya dengan agni waktu itu, dia salah. Karna jauh di dalam dirinya, dia sendiri pun tau, agni menyayanginya, hanya saja, dia tidak menanggapi perasaanya itu. Ya, kesalahpahaman belaka.

Aku hanya ingin kau tahu
Besarnya cintaku
Tingginya khayalku bersamamu
Tuk lalui waktu yang tersisa kini
Di setiap hariku
Di sisa akhir nafas hidupku

Aku hanya ingin kau tahu
Besarnya cintaku
Tingginya khayalku bersamamu
Tuk lalui waktu yang tersisa kini
Di setiap hariku
Di sisa akhir nafas hidupku

Namun sekarang, perjuangan beratnya sudah berakhir manis. Karna dihadapannya ini, perempuan yang amat dicintainya tersenyum manis padanya, hanya untuk dirinya. Yang selama ini ditunggunya, diharapkannya, diperjuangkannya, dan dimimpikannya.

Agni. pada akhirnya dia bisa memiliki agni, dan dia bahagia karena itu, benar-benar bahagia. Janjinya pada diri sendiri, bahwa dia akan selalu menepati semua janjinya pada agni juga selalu membuat agni dan netha bahagia.

Menjaganya, melindunginya, mengisi harinya, membuatnya tersenyum, dan menyenangkannya. Hanya itu yang bisa alvin lakukan untuk agni, untuk sekarang, dan selamanya.

TAMAT

3 komentar:

  1. haihai?
    tau aku?
    penulis HiL? hehe..
    ohya, kalo mau ngopas ini, cantumin namaku ya, makasih :D

    BalasHapus
  2. okokok kak :D
    aku cantumin nama kakak :D

    BalasHapus
  3. wah, kren ni, sapa ne yg bkin crtax...
    salam nak p.bun ya...
    berbagi join yu http://dakobar.blogspot.com/

    BalasHapus