Sabtu, 04 Desember 2010

Hasinuda in Love special part ALNI 4a

SPECIAL PART ALNI IV: Our Biggest Happiness

Alvin sudah keluar dari rumah sakit dan menjalani kehidupannya seperti biasa. Beruntungnya, dia tidak perlu meminum obat-obatan lagi karna sudah diterapi di rumah sakit kemarin ini.

Alvin tiduran di rerumputan halaman belakang dengan menekuk satu kakinya. Sedangkan agni, sedang sibuk baca novel di sebelahnya, agak jauh. Alvin bosan memain-mainkan hapenya, ia menatap agni yang lagi serius baca. Rasanya dia selalu kangen dengan agni, biarpun agni selalu bersamanya. Ia tersenyum, lalu menarik pelan kunciran rambut agni.

Agni tidak menyadarinya, saking sibuk baca. Alvin menatapnya kesal, walaupun dia tahu, agni tidak melihatnya, karna membelakanginya. Alvin menarik bahu agni dengan tangan kirinya, membuat agni bersandar di dadanya.

“apa sih vin? gak liat apa gue lagi baca?” tanya agni tanpa mengalihkan pandangannya dari novel yang dipegangnya.

Alvin membelai rambut agni dengan tangan kanannya, menatap lembut wajah agni. wajah yang selalu ada dalam bayangannya, dalam pikirannya, dalam hatinya. Alvin berhenti membelai rambut agni, telunjuk kirinya mengikuti lekuk wajah agni, kemudian menurunkan telunjuknya dari kening agni, ke hidungnya, lalu sampai ke bibirnya.

Agni menepis tangan alvin kasar. “liat gak sih gue lagi baca! Gangguin aja!” katanya kesal, merasa terganggu.

Alvin menarik tangannya, kecewa agni menolaknya. “oke, gue gak ganggu,” katanya.

Agni memiringkan kepalanya menghadap alvin. alvin menatapnya kangen. Agni menutup bukunya dan menyingkirkannya. “alvin, sori, gue gak bermaksud kasar sama lo,” katanya meminta maaf.

Alvin mengedipkan kedua matanya agak lama, menggantikan anggukan kepalanya. Ia membelai rambut agni lagi. “jangan baca lagi,” pintanya ketika agni mau mengambil bukunya lagi. agni menurut, ia menarik kembali tangannya.

Agni memejamkan matanya, mendengarkan detak jantung alvin, yang beruntungnya masih bisa dia dengar sampai sekarang. “gue sayang sama lo,” kata agni.

“gue juga sayang sama lo ag, sayang banget,” balas alvin. agni tersenyum. Lagi-lagi, alvin mencurahkan perasaannya melalui lagu, yang dinyanyikannya.

If I had to live my life without you near me
The days would all be empty
The nights would seem so long
With you I see forever oh, so clearly
I might have been in love before
But it never felt this strong

Our dreams are young and we both know
They’ll take us where we want to go
Hold me now, touch me now
I don’t want to live without you.

Nothing's gonna change my love for you
You oughta know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I’ll never ask for more than your love.

Nothing’s gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
The world may change my whole life through but nothing’s gonna change my love for you.

If the road ahead is not so easy
Our love will lead the way for us like a guiding star
I’ll be there for you if you should need me
You don’t have to change a thing
I love you just the way you are.

So come with me and share this view
I’ll help you see forever too
Hold me now, touch me now
I don’t want to live without you.

Nothing's gonna change my love for you
You oughta know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I’ll never ask for more than your love.

Nothing’s gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
The world may change my whole life through but nothing’s gonna change my love for you.

Alvin mendudukkan dirinya, membuat agni juga duduk, menghadap alvin. Alvin mengecup kening agni. Agni tersenyum dan menepuk-nepuk pipi alvin. Kemudian menyandarkan setengah badannya di kaki alvin yang ditekuk.

“ag, kalo orang laen tuh makin lama makin bosen sama pasangannya, kok gue enggak ya? Gue malah makin lama makin sayang sama lo,” ungkapnya.

“ngegombal lo? udah gue bilang kan, kalo lo ngegombal, gak bakal ngaruh sama gue!” katanya ketus.

Alvin menatapnya heran. “siapa yang ngegombal? Orang beneran kok, emangnya lo gak percaya?”

“enggak!” jawab agni asal. Alvin langsung memeluk agni setelah mendengar jawabannya.

Alvin tidak mengatakan apapun, dia hanya memeluk agni, sangat lama. Agni sendiri jadi bingung, biasanya alvin akan mengucapkan sesuatu, tapi ini gak sama sekali. “alvin,” panggilnya. Alvin tidak menjawab.

Alvin mengecup pipi agni, dan berbisik, “rasa sayang gue terlalu besar ke lo, agni.”

“iya, udah ah, lepas,” agni melepaskan pelukan alvin.

Tiba-tiba seorang anak perempuan kecil berumur lima tahunan berlari ke arah mereka. “ourel!” teriak seorang perempuan dari pintu belakang.

Agni dan alvin refleks melihat ke arah anak kecil itu. “ourel!” agni meregangkan tangannya, membiarkan anak kecil bernama ourel itu memeluknya.

“ourel! Hati-hati!” teriak perempuan itu khawatir, menghampiri alvin dan agni.

“kak gita!” kata alvin senang. “kak, mau nitipin ourel lagi ya?” tanyanya antusias.

“iya, sori ya vin, ag, jadi ngerepotin,” katanya tidak enak. Ia duduk disamping alvin.

“gak ngerepotin kok kak! justru agni seneng, jadi ada temennya!” jawab agni, sambil bercanda dengan ourel.

“iya kak! gak ngerepotin sama sekali! emangnya mau kemana kak?” tanya alvin.

“itu, mau ke bandung dulu sama irsyad, urusan kerjaan, gak mungkin bawa ourel kan?” jawabnya. “gak enak nih, jadi gangguin kalian,” tambahnya.

“elah kak, gak gangguin kok. Gak enakan amat sih jadi orang! Kalo perlu sering-sering nitipin ourel sama kita! Jadi anak kita aja sekalian,” kata alvin seneng.

“ag, gantian dong,” pinta alvin. agni dengan terpaksa membiarkan ourel bermain bersama alvin. padahal dia seneng banget sama anak kecil.

“enak aja jadi anak kamu! Makanya, cepetan punya anak,” kata gita enteng.

“kak, jangan ngomongin itu, nanti dia marah,” bisik alvin.

“oops, sori, gak maksud. Udah deh ya, kakak tinggal, udah ditungguin sama irsyad nih! Ntar malem kakak jemput dia!” katanya sambil berjalan pulang.

“ourel, sini yuk, maen basket sama aunty,” ajak agni sambil menarik tangan ourel dari alvin.

“ih, lagi maen sama gue juga! Jangan ourel, ourel maen sama uncle aja ya, kita berenang aja yuk!” ajak alvin, menarik tangan ourel yang satunya.

Ourel bingung, ia menarik kedua tangannya. “ourel gak mau maen sama uncle sama aunty! Ourel mau maen sendiri!” katanya, lalu berjalan ke arah taman bunga white lily.

Alvin dan agni mengerutkan keningnya. “elo sih!” kata agni kesal sambil menunjuk alvin.

“heh! Gara-gara lo tau, dia jadi gak mau maen sama gue!” balasnya.

“rese lo!”

“lo lebih rese!”

“tau ah! Males gue berantem sama lo!” bisa gak slesai-slesai kalo berantem sama alvin.

Jadinya, keduanya hanya memperhatikan ourel main sendirian. Daritadi ourel nolak terus diajakin maen apapun sama mereka.

Agni menekuk kedua lututnya, dan memeluknya. “ourel lucu banget sih. masa gak mau gue ajak maen, padahal kan gue bosen maen sama lo mulu,” keluhnya.

Tadiannya alvin mau membalas ucapan agni, tapi dia langsung mengurungan niatnya, karna sudah berjanji gak akan ngomonginnya dulu. Padahal tadi dia mau bilang, “kalo gitu lo kasih gue anak dong ag” tapi gak jadi. “hmm.. anak gue bakal selucu ourel gak ya nantinya?” tanyanya iseng.

Agni tidak menjawabnya. “woy! Jawab kek!” kata alvin kesal.

Agni memandangnya kesal. “lo bilangnya anak lo! bukan anak kita! Ngapain gue jawab!” balasnya sewot.

Alvin mengacak rambut agni dan mencium pipinya. “ya anak kita lah! emangnya gue sama siapa lagi coba?” katanya gemes.

“oh, kirain. Ya gue gak tau lah! udah! Jangan dibahas!” alvin tertawa kecil melihat agni yang selalu menghindar membicarakan ini.
***
Alni, cafy, yeldea, yoshill, dan zahray hari ini mau jalan bareng. Mereka memutuskan untuk jalan ke sebuah taman yang cukup besar, yang dekat danau dan hijau.

Ray menarik tangan zahra ke suatu tempat, ke tengah-tengah taman, dekat air mancur. Cafy, yoshill, yeldea, dan alni yang tahu apa yang akan dilakukan ray hanya diam, menonton.

Ray berdiri berhadapan dengan zahra. Ia menggenggam kedua tangan zahra, dan menciumnya. Zahra blushing, namun segera menyembunyikannya. Ray menatap zahra begitu lembut, yang menurut zahra, tatapan yang biasa dia tunjukkan pada agni.

“zah, jujur aja, gue sayang sama lo. lo mau gak jadi cewek gue?” tanya ray to the point.

Zahra tampak berpikir. “tapi lo masih sayang sama agni kan?” tanyanya. Dia tidak mau nanti jadi pelampiasan ray saja.

“enggaklah zah! Dia udah punya alvin. dan gue sadar, kalo ada cewek yang lebih baik dari dia, ya yang ada dihadapan gue sekarang. Gue tulus sayang sama lo, lo mau kan jadi cewek gue?” jawab ray, berharap zahra mau menerimanya.

Zahra menganggukkan kepalanya. “gue mau,” jawabnya mantap. Ray langsung memeluknya, senang sekali.

“thanks ya zah, gue janji gak akan nyia-nyiain lo,” kata ray. zahra tersenyum dan mengangguk.

“gak seru ah, terlalu to the point,” komentar alvin kecewa.

“emangnya waktu itu lo enggak apa?” tanya agni heran.

“hehe..” alvin hanya cengengesan saja.

“congrats ya buat lo berdua! PJnya dong!” tagih shilla antusias. Yang lain mengangguk setuju.

“yaudah! Lo semua terserah deh mau beli apa aja, nanti gue yang bayar!” katanya. Semuanya langsung bersorak senang.
***
Kesepuluhnya menonton karnaval yang sedang berparade di sepanjang taman. Agni yang mulai bosan memilih untuk melihat-lihat ke sekitar. Pandangan agni berhenti di sebuah titik. Seorang anak laki-laki kecil sedang menangis kencang. Tidak ada yang memperhatikannya, semua sibuk melihat pawai tersebut.

Agni menghampirinya, berjongkok dan mengusap kepalanya. “dek, adek kenapa? jangan nangis ya, ini kakak punya coklat, tapi jangan nangis ya,” kata agni lembut, merogoh tas kecilnya, mengambil sebatang coklat dan memberikannya pada anak itu.

Anak itu mengambilnya, tangisnya perlahan berhenti. “gitu dong, anak baik, namanya siapa?” tanyanya, mengusap bekas air mata anak itu.

Anak itu menatap agni, kemudian membuka coklatnya, memakannya. “bastian,” katanya, coklatnya belepotan di bibirnya.

Agni tertawa kecil. “kok tadi nangis? Mamanya mana?”

Bastian menggelengkan kepalanya. “gak tau,” katanya hampir menangis lagi.

“cup.. cup.. jangan nangis lagi ya,” kata agni. anak itu menurut. Agni tersenyum.

“sayang,” panggil alvin. tidak ada jawaban. alvin menoleh ke sebelahnya. “loh, ag, Agni,” panggil alvin celingukan, agni tidak ada disampingnya. Gak ada. Kemana sih? alvin mencari-cari agni. ia berbalik ke belakang. melihat agni ada di dekat bangku taman, bersama seorang anak kecil.

Alvin menghampiri mereka. “sayang, anak siapa nih?” tanyanya. “lucu, ampe belepotan gitu makannya,” komentarnya. Alvin mengeluarkan saputangannya dan membersihkan mulut anak itu.

“gak tau, tadi dia nangis, gue kasih coklat aja,” jawab agni. “namanya bastian,” tambahnya, mengerti tatapan bertanya alvin.

“bastian, kakak gendong mau gak?” tanyanya. Bastian mengangguk. Alvin tersenyum dan langsung menggendongnya dengan satu tangan.

“vin, anak orang lo gendong aja, nanti dimarahin mamanya lo!” peringat agni, berdiri.

“biarin, lagian kasian dia sendirian,” balas alvin.

Agni menggeleng-gelengkan kepala melihatnya. Alvin sama saja seperti dirinya, sama-sama seneng sama anak kecil. “lo lucu vin,” katanya. Alvin hanya tersenyum menanggapinya.

Melihat alvin yang selalu sayang sama anak kecil membuat agni semakin sayang saja dengan alvin. alvin memang kesulitan menyalurkan rasa sayangnya sampai-sampai malah kemakan sama dia sendiri, jadi stress sendiri. Alvin. dia perhatian banget sama anak kecil, sayang banget.

Agni tiba-tiba mengecup pipi alvin. alvin menatapnya, bingung. “gak papa, gue Cuma gemes aja ngeliat lo demen banget sama anak kecil,” kata agni. alvin tertawa kecil mendengarnya.

“bastian!” seru seorang ibu-ibu, berlari ke arah mereka. “bastian! Kamu gak papa nak?” tanyanya khawatir. “makasih ya nak udah jagain bastian,” alvin menyerahkan bastian ke ibu-ibu itu. Ia terus menatap bastian tidak rela.

“iya bu, ibu mamanya? Tadi dia nangis disini, ditanyain tapi gak tau,” jawab agni. ibu itu mengangguk dan tersenyum.

“sekali lagi makasih ya nak. Kita duluan ya. ayo bastian, dadah sama kakaknya,” kata ibu itu. bastian melambaikan tangannya kearah alvin dan agni.

Keduanya membalasnya. Kemudian ibu itu membawa bastian pergi. Alvin malah jadi murung, gak rela ngelepas bastian. “alvin, udahlah, toh lo bukan siapa-siapanya sih,” kata agni.

“tapi gue mau sama dia,” balasnya kepengenan. Agni memeluk lengan alvin.

“sayangnya gak mungkin! Udahlah, jangan ditekuk gitu dong mukanya. Kita jalan lagi yuk,” ajak agni. alvin masih diam di tempatnya. “alvin, gue tau lo sayang banget sama anak kecil, tapi jangan segitunya dong, anak orang maen lo samber aja,” kata agni lagi.

Alvin menghela napas. “ayo,” ajaknya. Agni tersenyum kecil. Dia tahu alvin pengen banget punya anak, tapi kan mereka masih sekolah.
***
Cakka dan ify duduk di bangku taman. Sedaritadi hanya diam saja yang dilakukan keduanya. Cakka melingkarkan tangannya di pinggang ify dan membelai rambutnya.

“fy, lo bosen? Tunggu bentar ya,” pamit cakka pada ify. ify menatap punggung cakka yang semakin menjauh dengan bingung. Mau ngapain dia? malah ditinggal.

“ditinggal gue,” gerutu ify kesal. ia melipat kedua tangannya di dada dan memejamkan matanya, menunggu cakka kembali.

DUKK! Kepala ify seperti membentur sesuatu yang ringan. Seperti.. balon? Ify membuka matanya. Kepalanya mundur sedikit begitu melihat belasan balon ada di hadapannya.

“suka gak fy?” tanya cakka dari balik balon-balon tersebut. Ia mengesampingkan semua balonnya, hingga wajahnya terlihat oleh ify.

“buat apa balon? Lo kira gue anak kecil?” tanya ify heran.

“jeh, bukannya gitu. Lo bosen kan diem mulu? Kita bagiin aja balonnya ke anak-anak kecil di sekitar sini, gimana?” ajaknya sambil tersenyum.

Ify tersenyum dan mengangguk. “mau!” katanya antusias. Cakka mengulurkan tangannya pada ify. ify menerimanya.

Kemudian mereka sibuk membagi-bagikan balon pada anak kecil disana. Menyenangkan sekali. cakka sungguh baik.
***
Rio dan shilla, keduanya sedang kejar-kejaran. Tawa dan canda mengikuti gerakkan kaki mereka yang terus berlari.

“rio! udahan ah! Capek!” kata shilla, menghentikan acara kejar-kejarannya. Rio ikut berhenti, duduk di sebelah shilla.

“makanya shilla jangan lari mulu, capek kan!” kata rio.

Shilla tidak menanggapinya, ia melayangkan pandangannya ke sekitar. Ada cakka sama ify. lagi bagi-bagiin balon? “yo! Itu kak cakka sama ify kan? lagi ngapain tuh? Bagi-bagiin balon?” tanya shilla heran, menunjuk cakka dan ify.

Rio mengikuti telunjuk shilla. “iya. Kayaknya sih gitu, shilla mau juga? Tapi jangan balon, mawar aja, buat pasangan-pasangan lain, gimana?” ajak rio. shilla mengangguk setuju, kemudian mengikuti rio.

“nih buat shilla! rio sayang sama shilla!” rio memberikan mawar pertama yang dibelinya pada shilla.

Shilla tersenyum manis. “shilla juga sayang sama rio!” balasnya. Keduanya kemudian membagi-bagikan mawar ke pasangan-pasangan seperti mereka disana. Senangnya bisa membuat orang lain tersenyum.
***
Iel dan dea berjalan-jalan di sekitar danau. Dea menghentikan jalannya. “kenapa de?” tanya iel.

Dea menunjuk seseorang yang duduk tepat di pinggir danau. Iel mengarahkan pandangannya kesana. Seorang kakek-kakek berumur 60an. Keduanya menghampirinya.

“permisi kek, boleh kita duduk disini?” tanya iel sopan. kakek-kakek itu melihatnya dan mengangguk sambil tersenyum.

“nama kalian siapa?” tanyanya.

“saya dea kek, kalo yang ini gabriel,” jawab dea sambil tersenyum.

“oh. Kalian pacaran? Ya ampun anak muda jaman sekarang, kecil-kecil udah pacaran aja,” kata kakek-kakek itu. keduanya tersipu.

“kakek sendirian disini?” tanya iel.

“gak, tadi kakek sama cucu kakek. Dia lagi maen-maen dulu sama pacarnya, jadinya kakek disini aja deh,” jawabnya.

“kita boleh nemenin kakek?” kata dea.

“gak usah, kalian jalan aja berdua. Gak enak kakek ganggu kalian,” kata kakek itu.

“gak papa kek! kita nemenin kakek disini, ngobrol-ngobrol aja,” kata iel semangat.

Kakek itu tertawa kecil. “jarang banget kakek nemuin anak muda kayak kalian yang masih perhatian sama kakek-kakek gini. udah cakep, ramah, baik lagi,” puji kakek itu. keduanya tersenyum lagi.

kemudian dilanjutkan dengan mengobrol tentang banyak hal. Kadang mereka tertawa, kadang terkagum-kagum mendengar cerita kakek itu. yang jelas, menyenangkan sekali. sayang sekali anak muda jaman sekarang banyak yang meninggalkan kakek nenek mereka. Padahal mereka asik juga kalo diajak ngobrol, bisa berbagi pengalaman.
***
“ag,” panggil alvin.

“hmm,” jawab agni singkat. Dia lagi sibuk nyuapin ourel, lagi-lagi gita menitipkannya pada mereka.

“gantian dong nyuapin ourelnya, masa lo mulu sih, gue kapan?” tanyanya gereget. Agni maruk banget sih, dia mulu yang ngurusin ourel, kapan gantian dia?

“nanti! Pokoknya gue aja yang urusin ourel, lo gak usah!” jawab agni.

Alvin menggerutu kesal. “agni, jahat ah lo mah. Pokoknya gue yang ngurusin ourel!” alvin mendudukkan ourel di pangkuannya dan mengambil paksa piring ourel yang dipegang agni. lalu ia gantian menyuapi ourel.

Agni Cuma bisa geleng-geleng kepala aja liat alvin yang begini terus. selalu saja rebutan ourel. Tak lama, gita datang. “aduh, sori ya kakak jadi nitipin ourel terus, sibuk banget sih,” katanya, duduk di sebelah agni.

“kak, ourelnya boleh buat alvin gak kak?” tanya alvin kepengenan.

“enak aja! No way! Udah berapa kali kamu minta ourel dari kakak? Gak akan!” tolak gita.

“ourelnya boleh nginep gak kak?” tanyanya lagi.

“ampun deh vin, kakak udah kelewat sering ngerepotin kalian. Masa mau nyuruh ourel nginep disini sih? bisa dimarahin irsyad nih. Belom lagi ourelnya pasti rewel kalo gak sama kita,” jawab gita. “udah ya ag, vin, ourel mau kakak bawa pulang nih,” katanya lagi, meminta ourel.

Alvin memeluk ourel, tidak rela mengembalikannya pada gita. “kak, please, biarin ourel nginep disini ya, sehari aja,” pinta alvin benar-benar, menatap gita penuh harap.

“alvin,” kata agni, menyuruh alvin mengembalikan ourel. Alvin tetap diam, terus memeluk ourel. “alvin! kasian ourelnya! Cepetan kasih ourelnya ke kak gita!” perintah agni galak.

Alvin menatapnya memohon. Agni menggelengkan kepalanya. Alvin terpaksa mengembalikan ourel ke gita. “ahh! Gitu sih!” alvin berlari ke gazebo, marah sekaligus kecewa.

“ag, alvin kenapa sih?” tanya gita bingung.

“udah kak, bawa aja ourelnya, biar alvin agni yang urus,” kata agni. gita mengangguk dan meninggalkannya.

Agni menghela napas dan berjalan keluar, menghampiri alvin. ia duduk di sebelahnya. Alvin menekuk kedua kakinya, memeluk lututnya, membenamkan wajahnya. “alvin,” panggil agni pelan.

Alvin langsung memeluknya. “agni, kenapa sih lo selalu ngebuat gue jauh dari anak kecil? Gue kan sayang sama mereka ag, gue mau deket-deket mereka,” katanya kecewa.

Agni mengusap-usap punggung alvin. “alvin, lo harus sadar, mereka bukan milik lo, lo gak bisa minta mereka selalu sama lo,” katanya tidak tega. Kasihan banget sih si alvin.

Alvin melepas pelukannya, menatap agni penuh harap. “tapi gue sayang sama mereka ag! Gue pengen milikin mereka! Arghh! Gue bingung! Lagi-lagi gue gak bisa nyurahin kasih sayang gue! semuanya dibatesin! Terus gue harus gimana ag?” tanyanya putus asa.

Agni mengusap-usap dada alvin, menenangkannya. “alvin, yang sabar ya, masih sekolah vin. kalo gak kita ngadopsi anak aja ya?” usul agni.

“gak mau! Gue gak mau ag! Gue maunya ourel! Kalo gak bastian!” tolak alvin mentah-mentah.

“ya gak bisa lah vin! jelas-jelas mereka punya orangtua! Mana mau pula orangtuanya ngasih anaknya ke kita!” agni kesal dengan alvin. yang aneh-aneh aja sih maunya!

Alvin malah diam seribu bahasa. Aslinya, dia lagi uring-uringan dalam dirinya sendiri. Bukannya dia ngebet banget pengen punya anak, tapi dia bingung harus sama siapa lagi nyalurin kasih sayangnya. Terlalu banyak, terlalu melimpah dalam dirinya. Dia gak mau stress gara-gara gak bisa nyurahin kasih sayangnya gini.

“alvin,” panggil agni.

“udah ag, cukup, gue pengen sendiri dulu,” kata alvin, mengusir agni secara halus. Agni mengecup kepala alvin, kemudian meninggalkannya.

Melihat agni yang sudah masuk dan tidak terlihat lagi, alvin mulai uring-uringan beneran. Ia mengacak-ngacak rambutnya sendiri, saking kesalnya. Agni yang melihatnya dari balkon sungguh-sungguh tidak tega. Tapi mau apalagi, dia tidak bisa berbuat apapun.
***
Selama berhari-hari, alvin malah diam terus. dia Cuma mau ngomong kalo lagi di deket ourel. “alvin, lo marah sama gue?” tanya agni.

“gak,” jawabnya singkat. Dia sibuk maen rumah-rumahan sama ourel.

“ya jangan diem dong. Kangen gue vin sama lo yang cerewet,” kata agni, mengusap-usap rambut ourel yang duduk dibawah.

Alvin menatap agni. “lagi gak mood aja ag,” balasnya. Agni paham, alvin lagi kesel mati-matian dalam dirinya sendiri.

“yaudah. Asal lo jangan pernah minta ourel lagi ke kak gita! Gak enak gue sama dia,” alvin mengangguk.

Pas sekali, baru saja diomongin, gita sama irsyad mendatangi mereka. “ourel nakal gak?” tanya irsyad. Keduanya menggeleng.

“ourel pulang ya, udahan maennya,” kata irsyad sambil mengangkat ourel, kemudian menggendongnya. Alvin iri melihatnya. Dia juga mau kayak gitu. Dia kesepian.

“alvin, agni, thanks banget ya lo berdua udah jagain ourel selama ini. gue janji deh gak bakal nitipin ourel ke kalian lagi. gak enak gue ngerepotin lo berdua terus,” kata irsyad tidak enak.

Alvin malah terus-terusan menatap ourel, dia gak mau jauh-jauh dari ourel, dia udah terlanjur sayang sama ourel. “kak, ourel sering-sering aja dititipin disini, gue kesepian kak, gue mau maen sama ourel terus,” kata alvin penuh harap.

Irsyad yang sudah diceritakan oleh gita kalau alvin slalu begini saat ngambil ourel balik, bersikap biasa saja. “lo masih mau maen sama ourel vin?” tanyanya. Alvin mengangguk.

“yaudah, lo maen lagi deh sama dia, tapi bentar aja ya,” irsyad menurunkan ourel ke pangkuan alvin.

“makasih ya kak!” kata alvin tersenyum. Irsyad hanya mengangguk saja. dia tidak tega melihat alvin seperti ini.

“alvin, kasian ourelnya, capek,” kata agni tidak enak.

“udah ag, gak papa kok,” kata gita.

“gak enak agni kak, alvin slalu minta ourel dari kalian, agni kan jadi gak enak sama kalian,” balas agni.

“dia kan kesepian ag, udahlah, biarin aja sih,” kata irsyad.

Sepeninggalan ourel, gita, dan irsyad, alvin kembali menekuk mukanya. “alvin, jangan gini terus dong, capek gue. selalu ngeliat lo murung setelah mereka pergi,” kata agni.

Alvin tiduran di pangkuan agni. “ag, masa rumah segede gini yang tinggal Cuma kita sama pembantu doang sih? gue kesepian ag!”

“terus mau gimana lagi vin?” agni mengusap-usap rambut alvin dan menepuk-nepuk dada alvin.

“gak tau lah ag! Gue sendiri bingung musti begimana! Pusing gue.” alvin memejamkan matanya, memilih untuk tidur saja daripada harus memikirkan hal yang gak ada jalan keluarnya begini.

Agni mengecup kening alvin. “belom saatnya vin,” gumamnya. Dia tahu persis maksud alvin, sangat mengerti. Tapi masalahnya gak mungkin sekarang, masih sekolah.
***
Alvin memutar-mutar bola basket dengan telunjuknya, menatapnya. Hari ini ourel gak dititipin ke mereka, sepi sekali. agni menyodorkan segelas orange juice ke alvin. alvin menghentikan mainannya dan meminumnya.

“alvin, udah gue bilang kan, kalo lo mau anak kecil, ngadopsi anak aja, kalo gak lo maen ke panti asuhan kek!” agni menatap alvin, berharap alvin mengerti.

Alvin balas menatapnya. “gue gak mau ag, gue Cuma mau anak kita atau ourel!”

Agni menatapnya setengah putus asa. “alvin! lo ngerti kan kondisinya sekarang? Gak mungkin banget! ourel, lo tau sendiri dia anaknya kak gita sama kak irsyad! Impossible vin! gak bakal dikasih sama mereka mau lo ngapain juga!”

Alvin menundukkan kepalanya. Dia ngerti, ngerti banget. tapi dia kesepian banget, kalo agni ekskul atau les, dia jadi sendirian di rumah. Gak ada yang bisa diajak main. Kalo main sama rio, iel, atau cakka, ahh, males banget. bosen.

Agni mengarahkan wajah alvin ke arahnya, memegang pipi alvin dan mengusapnya. “alvin, gue tau banget lo kesepian. Tapi gak gini juga kan vin caranya? Gue janji vin, kalo gue udah lulus, gue bakal ngasih lo anak, biar lo gak kesepian.”

Alvin tersenyum dan mengecup kening agni. agni membalas senyumannya. melihat gitarnya ada di gazebo, agni langsung mengambilnya, berniat mengembalikan mood alvin sekaligus menghindari pembicaraan seperti ini.

Agni duduk kembali di hadapan alvin, memangku gitarnya, menatap mata alvin, kemudian tertawa kecil. Entah apa yang ditertawakannya. Agni mulai memetik gitarnya, masih menatap alvin, dan mulai bernyanyi dengan penuh perasaan sesuai lagu yang dinyanyikannya untuk alvin.

Berawal dari cintaku pertama
Diawal ku jumpa
Kamu benar membuatku tergila-gila
Ke langit jadinya
Alvin yang tadinya murung jadi langsung berubah 180 derajat moodnya, dia malah terus menatap agni yang bernyanyi untuknya. Betapa lucunya tingkah agni sekarang baginya, bernyanyi untuknya? Alvin jadi senyam-senyum sendiri kesenengan campur kegeeran.
Kau pun kiriminkan seribu puisi cinta
Tak pernah ku duga
Ku balas kamu dengan senyuman manja
Kau hanya tertawa
Dalam hati, agni bersyukur, alvin jadi tersenyum lagi, berarti berhasil sudah caranya untuk mengembalikan alvin yang sebenarnya. Agni juga jadi senyam-senyum nyanyinya, kebawa auranya alvin yang lagi seneng. Kepalanya sedikit bergoyang sesuai dengan irama lagunya, begitu dimabuk cinta, begitu melambung jauh. Alvin sendiri tanpa sadar mengikuti agni, terbawa caranya membawakan lagu.
Malu-malu tapi mau
Ku lihat sayang
Tampak jelas di matamu
Lama-lama kau mendekat
Ku lihat sayang
Katakan cinta untukku
Agni.. agni.. bisa amat sih nemu lagu yang pas buat mereka? Haha.. alvin jadi bener-bener seneng, bahkan sudah lupa bahwa beberapa hari kemarin ini dia murung.
Kamu memang yang pertama cinta
Menyentuh pipiku dengan manja
Karena kamu yang ku rasa cinta
Mendapatkan segalanya
Kau mulai lagi dengan tingkah lakumu
Ku tersipu malu
Kau titip salam lewat mentariku
Berdegup jantungku
Alvin mengecup pipi agni disela permainannya, menunjukkan bahwa dia benar-benar senang. Agni tak berhenti, dia terus memainkannya, semakin bersemangat malahan.
Malu-malu tapi mau
Ku lihat sayang
Tampak jelas di matamu
Lama-lama kau mendekat
Ku lihat sayang
Katakan cinta untukku
Kamu memang yang pertama cinta
Memulai dengan senyuman manja
Karena kamu yang ku rasa cinta
Lebih dari segalanya
Cinta….
Alvin bersiap ikut bernyanyi, sekedar mengungkapkan bahwa dia sama seperti agni.
Kamu memang yang pertama cinta
Menyentuh pipiku dengan manja
Karena kamu yang ku rasa cinta
Mendapatkan segalanya
Kamu memang yang pertama cinta
Memulai dengan senyuman manja
Karena kamu yang ku rasa cinta
Lebih dari segalanya
Cinta….
Selesai. Keduanya tertawa kecil. Aneh sekali, mereka sering tertawa, tapi kadang bingung dengan apa yang ditertawakannya. Alvin mengacak rambut agni. “lucu,” katanya.
“masa gue lucu sih?” tanya agni tidak puas.
“keren,” puji alvin jujur. Agni tersenyum, puas sekali melihat mood alvin kembali.
***
1,5 tahun kemudian..

Agni hampir saja ambruk saat menaruh makanan di meja. Ia menopang badannya dengan satu tangan di meja dan satunya lagi memegang kepala kursi. Pusing sekali.

“sayang!” panggil alvin sambil menuruni tangga. begitu melihat agni mau ambruk seperti itu, dia langsung berlari menuruni tangga, menuju agni.

Alvin melingkarkan satu tangannya di pinggang agni dari belakang, satu tangannya lagi menahan lengan kanan agni, agar agni tidak terjatuh. “sayang, udah dibilangin juga, jangan repot-repot, lagi hamil juga.”

Agni memegang tengkuk alvin dan berbalik, kemudian memeluk lehernya. “pusing banget vin,” katanya.

Alvin mengusap kepala agni dengan satu tangan, satu tangannya lagi masih melingkar di pergelangan pinggang agni. “iya-iya, udah, duduk dulu ya,” alvin menarik kursi.

“gak mau duduk, peluk,” kata agni. alvin tersenyum dan memeluk agni, sampai agni melepasnya sendiri. Gak lama, agni melepas pelukannya, lalu duduk.

“masih pusing?” tanya alvin khawatir.

Agni menggeleng. Baru saja tiga bulan dia hamil, tapi kepalanya udah pusing banget. masih gak biasa sama efek-efek orang hamil. “alvin, hari ini mau ngantor ya? ikut ya,” kata agni. dia gak mau ditinggal di rumah.

Alvin menggeleng. “gak boleh, nanti kecapekan. Ntar juga shilla, dea, sama ify dateng kok,” kata alvin lalu mengecup kening agni.

Agni cemberut. Dia maunya ditemenin sama alvin, bukan sama yang lain. “maunya ditemenin sama kamu, gak mau sama ify, shilla, ataupun dea,” katanya penuh harap.

“yaudah, nanti aku bilangin ya ke mereka supaya gak jadi dateng. Aku temenin deh ya hari ini. tapi besok gak bisa,” kata alvin.

Agni tersenyum dan mengangguk. “suapin,” katanya manja. Alvin mengangguk dan menyuapi agni. dia lagi seneng banget, gak lama lagi dia bakal punya anak.
***
Agni mengambil bola basketnya. Sudah lama dia gak main basket, dia kangen main basket. Agni mendribble bolanya di tempat. Alvin yang baru pulang kuliah dan melihatnya langsung menyerobot bola itu, tidak membiarkan agni memainkannya.

“balikin,” suruh agni kesal, mengulurkan kedua tangannya meminta.

“gak! Enak aja maen basket! Lagi hamil juga!” omel alvin. ia menjauhkan bola itu dari agni.

Agni manyun. “orang lagi mau maen sih! udahlah, balikin bolanya, gak bakal kenapa-napa kok!” katanya.

Alvin mengalah, daripada gak diturutin, kasian juga anaknya. Ia mengembalikan bolanya ke agni, agni tersenyum dan mendribblenya kembali. “yaudah, tapi gak boleh capek! Gak boleh lompat, gak boleh lari, gak boleh..” belum selesai alvin memperingatinya, agni sudah mengangkat satu tangannya, meminta alvin diam.

Alvin langsung diam. “kalo gitu mah sama aja! Gak usah maen sekalian!” kata agni kesal. dimana-mana, yang namanya basket ya lari, lompat! Mana ada yang diem aja?

Alvin berdecak kesal. “tapi nanti lo kenapa-napa! Gue gak mau lo sama anak kita kenapa-napa! Pilih! Nurut atau gak usah maen!” balasnya kesal. jadi keluar lagi deh gue-lo nya, padahal mereka udah bertekad gak mau make gue-lo lagi. gak mau anaknya yang ada di dalam kandungan agni jadi dengerin kata gue-lo dari orangtuanya. Tapi agninya duluan sih yang bikin kesel.

“iya-iya! Eh, tanding yuk!” ajak agni tiba-tiba.

Alvin jadi geregetan sendiri sama agni. udah dibilangin juga tadi! Ini malah ngajak tanding! “gak mau!” tolaknya keras.

“yaudah,” kata agni sambil mengangkat bahunya lalu berjalan sambil mendribble bolanya ke ring.

Alvin menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah agni. ia kemudian duduk di bangku taman pinggir lapangan, kedua tangannya diletakkan di atas lutut, badannya agak condong ke depan, memandangi agni yang lagi maen basket. Lebih tepatnya ngejagain agni jangan sampe dia lari-lari atau lompat.

“kalo orang mah ngidam tuh yang aneh-aneh, lah, ini malah yang ngebahayain gini. parah banget sih,” gumam alvin heran. tiba-tiba dia jadi senyum-senyum sendiri. Ngebayangin gimana anaknya nanti. “anak gue nanti jadi atlit basket kali ya? atau gak, jadi atlit futsal?” dia tertawa kecil.

“kalo nanti anak gue cewek, jangan sampe deh kayak agni banget. susah banget diaturnya, gak peka lagi. ckck,” katanya pelan. Dia jadi ngomong sendiri. “udah gak peka, cerewet, galak lagi! ntar gue dimarahin lagi sama anak gue sendiri.” Si alvin malah bener-bener ngoceh sendiri, udah kayak orang stress saja.

“tapi pasti nanti dia cantik, sempurna kayak agni. direbutin cowok dah anak gue. terus nanti anak gue bakal milih cowok yang kayak gue pastinya! Udah keren, ganteng, pinter, perfect dah! Haha,” alvin awalnya muji agni, tapi akhirannya malah muji diri sendiri dan tertawa.

“kalo anak gue cowok, gue jamin, pasti bakal mirip banget sama gue! perfect gini, ckck..” alvin menggeleng-gelengkan kepalanya, saking memuji dirinya sendiri. “tapi gue harap dia gak bakal kayak gue, yang depresian gini,” tawa alvin sekejap menghilang, tergantikan dengan senyum pedih.

Agni yang daritadi mendengar samar-samar ocehan alvin langsung menghampirinya. “stop!” seru alvin tiba-tiba. Agni langsung berhenti mendadak. “jangan lari! Jalan aja!” suruh alvin kesal. agni tersenyum kecil dan berjalan menghampirinya.

“ngomongin apa tadi? Gak kedengeran,” kata agni ingin tahu, melempar bola basketnya ke alvin, dan langsung ditangkap oleh alvin.

“ada deh, mau tau aja sih!” katanya sok rahasia.

“ah! Gitu terus sih! gak pernah kasihtau!” ambek agni. ia berjalan kembali ke dalam rumah.

Alvin tertawa kecil melihat tingkah agni, lalu mengikutinya, melingkarkan tangannya di pinggang dan leher agni. menghentikan langkah agni. “jangan ngambek dong. Jelek tau kalo ngambek,” ledek alvin.

“tau ah! Biarin aja!” balas agni seadanya.

“aku sayang sama kamu,” bisik alvin manja.

“aku juga sayang sama kamu,” balas agni setengah tersenyum.
***
Alvin membelai rambut agni yang sedang duduk disampingnya, yang sedang asik membaca novelnya. Aneh nih si agni, biasanya kalo orang hamil ngidam macem-macem, lah kok ini enggak? Cuma makin manja aja dia. alvin menatapnya sedikit bingung.

“kenapa vin?” tanya agni.

“gak papa kok,” jawab alvin.

Agni kembali membaca bukunya, namun tak lama dia menutup bukunya. Ia memandang alvin sedikit ragu.

“kenapa? ngomong aja,” kata alvin bingung, masa tiba-tiba agni jadi menatap dia begitu.

“alvin, aku mau dipeluk ray,” katanya penuh harap. Dia pengen banget dipeluk ray sekarang.

Alvin menatapnya sebal. Mengerutkan keningnya. Kenapa harus ray sih? “gak mau! Masa ray sih? gak!” tolak alvin, melipat kedua tangannya di dada.

Agni menarik-narik tangan alvin. “ayolah vin, kasian kan anak kita. Ya?” rengeknya.

“gak ma-u! Emangnya gak bisa yang laen apa? Cakka kek, iel kek, rio kek! gak usah ray napa?”

“ih! orang maunya ray! pokoknya aku mau dipeluk ray!” agni ngambek. “kamu mah jahat! Tega sama anak sendiri!”

Alvin terpaksa mengalah. “iya-iya! Bentar, aku suruh ray dulu kesini!” katanya kesal lalu menelepon ray, memintanya datang.

Tak lama, ray datang. “kenapa vin, ag?” tanyanya bingung. Kenapa dia jadi disuruh datang? Bukannya dia gak boleh ya masuk ke rumah mereka?

“tau ah! Tanya sono ke agni!” alvin masih melipat kedua tangannya, pandangannya lurus ke depan. Kesel abis sama agni.

Ray menatap agni bertanya. Agni tersenyum dan langsung menghampirinya, memeluk lengannya. Ray bingung dengan agni. napa ni anak?

“kangen gue ray sama lo. peluk gue ya, udah lama gak dipeluk sama ray yang ganteng ini,” harap agni sedikit bercanda. kuping alvin panas mendengarnya. Gak usah gitu juga kali.. Hufft.. bikin sakit hati aja.

Ray langsung memeluk agni tanpa berkata apapun. Agni membalas pelukannya. Alvin yang meski sedaritadi memejamkan matanya, tetap berkobar api dalam dirinya. Erghh.. kalo bukan karna agni, pasti daritadi dia udah matiin si ray. enak aja istri orang dipeluk gitu.

“udahan kek!” serunya marah, membuka matanya. Alvin mengepalkan tangannya, sudah kelewat marah.

Agni melepaskan pelukannya, kemudian menarik tangan ray. “ray! jalan yuk!” ajaknya semangat.

“hah? Apa? Jalan? Gak ah, nanti gue dibunuh sama dia lagi!” kata ray sinis.

“udahlah, biarin aja! Yuk! Udah lama gue gak jalan sama lo!” agni menarik tangan ray, menyeretnya ikut. Ray mengikuti saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar